KONTAN Daily Perbanyak Kreasi daripada Konsumsi
oleh Jennie M. Xue
Tanyakan kepada diri Anda sendiri. Apakah Anda lebih banyak berkreasi daripada konsumsi atau sebaliknya? Mayoritas penduduk dunia adalah konsumen, bukan produsen. Yang dimaksudkan dengan “produsen” di sini adalah mereka yang mempunyai andil langsung dalam proses penciptaan, seperti menghasilkan produk-produk intangible yang dikenal sebagai properti intelektual. Atau berkarya sebagai entrepreneur.
Biasanya seseorang hanya memilih untuk mendengarkan musik, menonton acara-acara televisi dan filem, serta membaca buku-buku dan majalah cetak dan di komputer tablet. Daripada menciptakan lagu, memainkan instrumen, rekaman, memproduksi filem dan video, menulis buku, mengisi majalah, dan menciptakan game dan app untuk komputer tablet. Juga lebih banyak yang berkarya sebagai karyawan daripada menjadi wirausahawan-wati.
Dikuantifikasikan, maka bisa jadi konsumsi kita jauh melebihi kreasi inovatif kita. Padahal, inovasi dan kreativitas seseorang baru berarti ketika produksi kreatif melebihi konsumsi. Bayangkan produktivitas Anda dalam bentuk P&L (profit and loss statement). Perbanyak kreasi sehingga terjadi “surplus,” sehingga secara intelektual dan finansial Anda mempunyai “gain.”
Tentu ini memerlukan tekad tinggi dan kemampuan alias “skill” yang memadai. Untuk itu, Anda bisa tingkatkan daya retensi dari berbagai pengetahuan dan skill update sehingga status konsumen bisa beranjak menjadi produsen. Bagi mereka yang kurang aware bahwa setiap saat adalah kesempatan belajar, mari kita upgrade brainware dengan mindset bahwa setiap orang adalah pembelajar otodidak.
Logikanya begini. Andalah pemilik otak, kemampuan belajar, dan motivasi belajar, bukan? Walaupun Anda belajar di universitas atau institusi tertentu, Andalah yang sesungguhnya mengubah diri dari Titik A ke Titik B dengan kesadaran untuk menambahkan informasi baru ke dalam pikiran. Juga Andalah motor yang menggerakkan kaki untuk melangkah ke berbagai pelatihan dan seminar untuk mengupgrade kemampuan diri.
Dalam Learning Pyramid yang dicetuskan oleh National Training Laboratories di Maine, dikemukakan bahwa seseorang dapat menyimpan lebih banyak hasil pembelajaran apabila mereka mengajarkan kembali apa yang mereka pelajari (90%), mempraktekkan (75%), mendiskusikan (50%), mendemonstrasikan (30%), menyerap dari audio visual (20%), membaca (10%), dan mendengarkan dari kuliah (5%). Jadi para pelatih dan guru yang mengajarkan kembali apa yang mereka pelajari baik secara intelektual maupun kinestetik, sesungguhnya merupakan pembelajar sejati.
Dengan kata lain, ketika kita menjadi produsen, maka kita jauh melampaui fase konsumtif belaka. Kapasitas kita bertambah dan kemampuan mengingat kembali apa yang telah kita miliki semakin terasah. Mengkonsumsi suatu karya intelektual secara pasif sesungguhnya merupakan kerugian.
Seorang otodidak sejati adalah mereka yang hanya sedikit mengenyam bangku sekolah. Kebanyakan tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Mereka hanya membaca, mendengar, mengobservasi, dan mempraktekkan apa yang diserap. Dengan demikian, retensi informasi dan ketrampilan semakin mendalam.
Proses belajar sejati ketika informasi yang dimiliki bertransformasi menjadi sesuatu. Dari tidak ada menjadi ada.
Sesungguhnya “belajar” merupakan proses yang fun dan menggembirakan. Anda bisa kenal banyak hal baru dan memperbaharui informasi dan keahlian untuk pekerjaan dan bisnis Anda yang telah ada. Dan dengan mengajarkan kembali apa yang baru dipelajari akan meningkatkan retensi 90 persen.
Bagaimana caranya? Bayangkan bahwa Anda perlu mengajarkan kembali apa yang baru dipelajari kepada orang lain. Jika Anda mempunyai kemampuan menulis yang baik, tuliskan apa yang baru saja Anda baca dalam satu atau beberapa halaman resensi dan komentar. Jika Anda lebih suka berbicara, tuangkan informasi baru tersebut dengan mengulangnya kembali dan direkam di smartphone Anda. Sesekali, Anda bisa dengar dan baca kembali resensi dan komentar yang tersimpan.
Bawalah selalu sebuah buku nota mungil untuk menuliskan apa yang baru saja Anda dapatkan dari berbagai buku maupun presentasi. Menuliskan kembali dengan tulisan tangan mentrigger memori otot dalam meretensi informasi. Dan ketika dalam proses menulis, bisa jadi Anda mendapatkan ide lain sehingga terjadi percampuran ide yang amat patut untuk dicatat.
Jadilah seorang produsen, bukan hanya konsumen. Kuncinya adalah dengan menjadi konsumen informasi dan ketrampilan yang cerdas dan observan yang peka akan hal-hal kecil yang seringkali luput dari perhatian.[]
KONTAN Daily, Jumat 10 Oktober 2014