Select Page


[Image Source: Style Memoire]


[Download PDF KONTAN DAILY Kebesaran Zara dan Mango]

oleh Jennie M. Xue

Di mana ada Mango, biasanya ada Zara. Namun, di mana ada Zara, belum tentu ada Mango. Mango didirikan pada tahun 1984, sedangkan Zara di tahun 1975. Dua-duanya hebat dalam bidang fast fashion, sebagaimana H&M dan Uniqlo. Namun Zara jauh lebih besar dari segi jumlah gerai dan omzet.

Mari kita berkenalan dengan keduanya dan mengenal persamaan dan perbedaan strategi bisnis mereka. Dua merek fast fashion ini berasal dari Spanyol. Zara didirikan di Galicia, sedangkan Mango didirikan di Barcelona.

Keduanya mempunyai sejarah dan strategi yang berbeda, namun hasilnya sama-sama mencengangkan. Mango kini memiliki 2.200 gerai sedangkan Zara 7.475 gerai. Mango memiliki omzet 2,3 miliar Euro sedangkan Zara beromzet 25,34 miliar Euro.

Jadi, Zara hampir 10 kali lipat Mango dari volume omzet.

Mango didirikan oleh kakak adik Isak Andic dan Nahman Andic. Gerai pertama mereka diawali di Barcelona yang dikenal dengan fashion dan tarian flamenco.

Zara dibangun oleh Amancio Ortega dan Rosalía Mera. Nama “Zara” sesungguhnya berasal dari “Zorba,” namun karena ada satu kelab malam di kota yang sama, maka diubah menjadi nama yang dikenal sekarang.

Diawali dengan “keluguan” sense of business para pendirinya, Zara dan Mango berkembang pesat karena supply chain yang ciamik dan strategi pemasaran dan kolaborasi. Zara mengambil pasar UK setelah negara asal, sedangkan Mango di Portugal. Pasar EU di tahun 1990an sangat bagus dan ini sangat mendukung perkembangan pesat mereka.

Tiga strategi penting Zara yang sangat mempengaruhi sukses mereka.

Satu, design on demand.
Dalam satu atau dua minggu, setiap desain dapat diwujudkan dan didistribusikan kepada konsumen. Dan jumlah produk Zara tidak pernah kurang dari 60.000 desain. Grup merek yang mereka miliki termasuk Massimo Dutti, Pull&Bear, Bershka, Stradivarius, Oysho, Zara Home, and Uterqüe.

Dua, tidak memasang iklan.
Biaya promosi untuk iklan dialihkan untuk membuka gerai-gerai baru. Jadilah Zara salah satu raksasa fashion yang hampir tidak mempunyai divisi pemasaran. Ini menantang para staf customer service untuk menjadi “wajah” Zara, daripada brand ambassador.

Tiga, tidak bekerja sama dengan selebritas.
Desainer-desainer Zara anonimus, alias tidak dikenal namanya di publik. Mereka juga tidak punya brand ambassador selebriti. Dengan kata lain, para staf dan manajemen Zara serta storefront mereka itulah yang memegang peran super penting dalam strategi bisnis sukses.

Mango juga mempunyai lima strategi utama yang melesatkan bisnis mereka ke dunia internasional.

Satu, inspirasi dari catwalk.
Strategi “fast fashion” rasa catwalk desainer terkenal merupakan filosofi dasar desain Mango. Niche yang mereka targetkan adalah para pecinta mode kelas dunia yang punya keterbatasan finansial.

Dua, bekerja sama dengan selebritas sebagai “pemberi ilham” alias “muse.”
Kate Moss dan Penelope Cruz termasuk dua selebritas besar yang diajak bekerja sama sebagai “pemberi ilham.” Mereka mempunyai beberapa lini khusus yang mencerminkan selera dan personalitas selebritas individu.

Tiga, menggunakan toko untuk menggali informasi konsumen.
Setiap gerai bukan hanya tempat menjual namun juga sebagai tempat menggali informasi konsumen. Jadi, dengan informasi langsung dan tidak langsung, setiap interaksi dengan pengguna fashion konsumen Mango dicatat dan dianalisa.

Empat, gaya merchandising butik bukan fast fashion.
Jika Anda ke gerai-gerai Mango, perhatikan keunikan-keunikannya. Gaya merchandising mereka sangat ala butik banget. Jadi, para konsumen seakan-akan sedang shopping fashion buat desainer kondang.

Lima, manajemen logistik dan manufacturing.
Dari 140 supplier Mango, masing-masing mempunyai fokus kategori fashion berbeda, sehingga tidak ada unsur timpang tindih. Timeline juga dapat diatur dengan baik dengan flow cepat dan tepat.

Konklusinya, tidak ada yang salah dan benar dalam strategi bisnis dan pemasaran. Silakan gunakan iklan dan brand ambassador, jika ini ada dalam filosofi bisnis Anda.

Namun Zara dan Mango sama-sama mengutamakan timing cepat dan tepat dengan desain-desain yang selalu berubah dari hari ke hari. Fast fashion hanya membutuhkan 1-2 minggu saja dari konsep ke distribusi. Siapa cepat, dia dapat.[]

KONTAN DAILY, Jumat, 18 Januari 2018

Pin It on Pinterest

Share This