[Download PDF KONTAN DAILY WeWork Rajanya Co-Sharing Workspace]
oleh Jennie M. Xue
WeWork dengan nilai valuasi USD 20 miliar adalah raja co-sharing global dengan anggota 200.000 orang dan 270 lokasi di seluruh dunia. Mereka menyewakan meja dan ruangan kantor dengan harga dimulai US$220 per bulan.
Begini sejarah pendiriannya. Di tahun 2008, mantan militer Adam Neuman dengan toko pakaian bayinya di New York City berjumpa dengan seorang arsitek Miguel McKelvey.
Mereka berdua mendirikan Green Desk, co-working space, yang diperuntukkan untuk sharing tempat kerja di gedung perkantoran. Dua tahun kemudian, namanya diubah menjadi WeWork.
Di Indonesia, co-sharing office WeWork dapat dijumpai di Gama Tower, Sinarmas MSIG Tower, dan Revenue Tower. Kehadiran WeWork menggilas Regus virtual and flexible office space yang telah hadir lebih dulu.
Perbedaan utama WeWork dengan co-working space lainnya adalah pilihan-pilihan keanggotaan dan penyewaan dan suasana hip dan segar di setiap lokasi WeWork. Facelift lokasi-lokasi WeWork sangat mencerminkan kultur startup yang tidak dijumpai di co-working spaces lainnya.
Biaya operasional per meja yang disewakan kepada pengguna turun dari US$14.000 ke US$9.500 mengingat skalabilitas. Semakin skalabel, semakin rendah biaya operasional.
Dalam artikel ini, kita bahas bagaimana mereka menjadi raksasa dalam waktu singkat dan ke mana arah pertumbuhan mereka. Juga kita pelajari apa saja insight dari hadirnya startup tangguh WeWork.
Intinya konsep co-working alias office sharing ini tepat untuk kota-kota di mana startup menjamur. Tempat kerja profesional dan baik namun murah meriah sesuai dengan kebutuhan startup yang fleksibel itulah yang diminta oleh pasar. Jadilah NYC, LA, dan SF kota-kota awal konsep ini.
Dengan US$17 juta seed money, WeWork tinggal landas dengan mulus. Setahun kemudian, mereka mendapat kucuran dana US$40 juta untuk launching di kota hujan Seattle. Satu tahun kemudian lagi, dana US$150 dikuncurkan lagi. Luar biasa bisnis real estate sewaan di masa perbaikan resesi kala itu.
Di tahun 2014, WeWork membuka co-working spaces di Washington DC dan London. Dan dana segar terkucur US$350 juta. Selanjutnya, mantan CEO di Time Warner bernama Artie Minson terpilih untuk memimpin WeWork sebagai CEO dan COO sehingga berkembang di 54 lokasi.
Dua tahun kemudian US$434 juta investasi dikucurkan kembali. Sedangkan valuasi telah mencapai US$16 miliar. Di akhir 2017, investasi tambahan senilai US$690 juta dan US$4 miliar dikucurkan oleh Softbank.
Valuasi WeWork terakhir mencapai US$35 miliar.
Ini melebihi nilai Twitter di stock market saat artikel ini ditulis, yaitu US$ 25 miliar.
Tidak mengherankan, mengingat ada 200.000 anggota di seluruh dunia dan revenue total 2017 mencapai US$900 juta. Di AS saja, mereka hadir di 200 building. Diperkirakan di tahun 2019, keanggotaan mereka akan meledak menjadi 400.000 orang.
Uniknya, selain para startup mikro, raksasa teknologi IBM juga menggunakan WeWork untuk membangun tim-tim inovatif mereka. Lokasi netral ternyata membantu membangunkan daya inovasi.
Satu, untuk meraup pangsa pasar besar, tidak perlu ide-ide teknologi super inovatif. Cukup ide kuno, seperti penyewaan kantor ala WeWork yang dikemas sesuai dengan kebutuhan era terkini.
Dua, bisnis co-working space membutuhkan dana segar awal cukup tinggi. Namun sebagaimana bisnis properti lainnya, daya tahan di dalam pasar cukup panjang.
Tiga, begitu mengenali bisnis model baru, jadilah first mover agar pasar belum tersaturasi oleh replika-replika. Nikmati first mover advantage dengan ketajaman indera wirausaha Anda.
Empat, bentuklah produk baru yang diilhami oleh produk sukses yang ada. Ada WeWork, kini ada WeLive. WeLive serupa dengan WeWork namun bentuknya adalah penyewaan kamar studio atau apartemen harian, mingguan, dan bulanan. Saat ini, baru NYC dan Washingto DC yang mempunyai fasilitas co-living ini.
Konklusinya, startup Anda hanya membutuhkan model bisnis dan model revenue baru, tidak terbatas kepada inovasi fisik produk. Jadikan sharing economy sebagai kerangka berpikir inovatif.
Lihatlah sekeliling Anda. Apa saja yang dapat Anda lakukan dengan apa yang telah ada? Perubahan apa yang dapat diciptakan agar sesuatu yang tidak terpikirkan sebelumnya bisa membawa angin segar?
Salam hangat.
KONTAN DAILY, Jumat, 24 Agustus 2018