Download KONTAN Daily Viralitas Strategi Pemasaran
oleh Jennie S. Bev
Terminologi
“viralitas” diterjemahkan dari “virality” alias kemampuan untuk mengangkat
suatu produk atau konsep secara viral. “Viral” sendiri merupakan salah satu
karakteristik dari Internet, yaitu kemampuan untuk berkembang secara
eksponensial berkali-kali lipat dalam waktu sangat singkat. Dengan kata lain, dengan
kecepatan penyebaran bak virus maka suatu bisnis, produk, atau konsep bisa
meluas ke seluruh dunia dengan waktu dan sumber daya lainnya yang sangat kecil.
Salah satu pionir
pemakai istilah ini adalah Seth Godin, penulis best-seller yang berkepala botak
ini pernah menulis sebuah buku The Idea
Virus yang dibagi-bagikan secara gratis melalui blognya. Ini menjadi salah
satu buku terlaris di dunia. Semua dimulai dengan modal nol dan satu blog yang
murah meriah saja. Sekarang ia adalah salah satu self-made Internet millionaire
yang dikagumi.
Viral marketing
adalah salah satu buzzword Internet yang banyak dicari. Viral marketing sering
dimiskonsepsikan sebagai strategi marketing. Ini salah. Suatu produk bisa
menjadi viral bukan karena berbagai strategi dan taktis pemasaran, namun dengan
karakteristik inherennya sendiri. Jadi, suatu produk bersifat “viral” apabila
memang elemen-elemennya bekerja dengan sendirinya untuk “memanggil”
konsumen-konsumen lainnya.
Sebagai contoh
pionir produk “viral” adalah Hotmail. Saat itu, email gratis baru satu itu
saja. Dengan mengirimkan email dengan alamat @hotmail.com, penerima email jadi
penasaran dan ingin mencari tahu dan membuat akun juga di sana. Penyedia
fasilitas unduh video Youtube juga merupakan salah satu kasus sukses produk
yang viral. Video yang diupload ke Youtube pasti disebarkan linknya kepada
handai taulan dan mereka bisa dengan mudah menyebarkannya lagi kepada orang
lain.
Arsitektur dari
suatu desain produk menentukan viralitas-nya. Word-of-mouth baik secara
langsung maupun via fitur “tell a friend” atau “share” di situs Internet
bukanlah kadar viralitas. Itu adalah keberhasilan strategi pemasaran dan
keberhasilan produk itu sendiri dari perspektif popularitas karena satu dan
lain hal. Demikian menurut Andrew Chen dalam The Viral Startup: A Guide to Designing Viral Loops terbitan
Hyperink.
Dengan desain
yang viral, maka suatu produk bisa dengan sendirinya berkembang terlepas dari
divisi pemasaran yang standar maupun premium. Desain yang viral menciptakan
“viral loop” alias lingkaran viral. Lingkaran ini berpotensi menjadi ekosistem
tersendiri.
Dengan menjadi
“ekosistem,” lingkaran viral ini mampu hidup terus. Facebook adalah salah satu
contoh ekosistem yang luar biasa. Konsep yang sederhana dan setiap anggota
dengan sendirinya akan mencari teman dan handai taulan di sana serta mengundang
mereka yang belum bergabung. Lingkaran ini membentuk jaringan luar biasa di
seantero dunia.
Inti dari produk
yang viral: desain produk, insentif untuk menggunakan produk tersebut, dan
produknya sendiri memang sangat layak untuk direkomandasikan kepada pengguna
lain. Desain produk yang dengan sendirinya “menghubungkan” pengguna dengan
pengguna lain sangat krusial di sini.
Tentu saja Amazon
yang pada mulanya hanya menjual buku merupakan suatu pengecualian. Kemampuan
viralitas Amazon, misalnya, terbatas dengan word-of-mouth akan fitur dan produknya
lebih jauh lebih murah dibandingkan dengan penjualan di toko-toko konvensional.
Sampai saat ini, “social networking” dan penghubung antar pengguna melalui
Amazon hanya terbatas pada “product review” yang bisa saling menyilang.
Perhatikanlah
bahwa startup yang menawarkan produk-produk berbasis lokal agak sulit
berkembang secara viral, kecuali Yelp. Wcities.com sekarang menjual konten
kepada Yahoo! dan para pemain raksasa Internet. Mengembangkan bisnis lokal yang
viral mempunyai keterbatasan massa kritikal.
Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dari segi desain produk. Pertama, penggunaan sebaiknya
seintuitif mungkin tanpa perlu masa pembelajaran yang berarti. Kedua, desainnya
sebaiknya sesederhana mungkin. Ketiga, optimasi produk yang ringkas dan padat.
Keempat, produk tidak perlu berkompetisi dengan produk-produk lain, namun unik
dan tidak ada duanya.
Beberapa penerbit
online berbasis Web 2.0 atau bahkan 3.0 seperti Hyperink berpegang kepada
konsep viral ini. Dengan menerbitkan blog-blog yang tinggi peminatnya menjadi
ebook, ini merupakan salah satu bentuk viral yang “primitif” karena tidak
mengandalkan viralitas desain produk. Sebagai penulis ebook, saya cukup
terkesan dengan strategi ini dan telah siap menerbitkan empat ebook dengan
mereka. Menerbitkan ebook dengan konsep viralitas merupakan eksperimen yang
hasilnya akan saya informasikan kepada para pembaca. Silakan ditunggu.[]
KONTAN Daily, Jumat 14 Juni 2013