Select Page

Kontan

KONTAN DAILY Unitasking

Download PDF KONTAN Daily Unitasking

[Di bawah adalah artikel yang belum diedit.]

oleh Jennie S. Bev

Saya
termasuk pekerja multitasker, artinya dalam waktu yang sama saya mempunyai
beberapa proyek yang perlu diselesaikan. Misalnya, disamping memulai sebuah
perusahaan startup, saya juga menulis memoar dan mengisi beberapa media sebagai
kolumnis tetap bulanan dan mingguan. Belum lagi beberapa organisasi non-profit
yang membutuhkan advis-advis saya dari waktu ke waktu dan menyampaikan
presentasi-presentasi berdasarkan undangan dari rekan-rekan bisnis dan
akademik.

Di
tahun yang baru, saya sudah tidak lagi mempunyai new year’s resolution seperti tahun-tahun yang lampau. Prioritasnya
adalah fokus dan menyelesaikan hal-hal yang tertinggal dari tahun yang lampau. Ini
bukan berarti mengerjakan tugas dengan lambat dan lemah lembut, namun  berfokus sepenuhnya dengan konsentrasi pikiran
dan holistik mind-body-heart keseluruhan.
Be mindful.

Multitasking is obsolete, sudah kuno. Sekarang
waktunya untuk unitasking. Hanya
mengerjakan satu hal saja sampai selesai, baru beralih. 

Sesungguhnya
dengan multitasking, kita “mengejar”
waktu yang terasa demikian singkat dan kurang. Dua puluh empat jam masih terasa
belum cukup. Dan bagi mereka yang merasa “dikejar-kejar” waktu, ini sebenarnya
adalah limiting belief dan bisa
menjadi mental block.

Ide
bahwa “waktu adalah uang” juga bisa menjadi bumerang. Ide ini dibawa oleh
Benjamin Franklin yang ketika itu masih terkesima dengan Revolusi Industri, di
mana waktu dan uang mempunyai hubungan yang searah: semakin banyak waktu yang
digunakan untuk mengerjakan sesuatu, maka semakin banyak uang yang akan
terkumpul.

Konsep
ini sudah menjadi sesuatu yang basi karena penggunaan Internet dan berbagai real-time technology. Uang bisa datang
dengan sekejap mata dan ini tidak berarti selalu dalam jumlah yang sama dengan
waktu yang digunakan. Dengan kata lain, sumber daya bisa menghasilkan
berkali-kali lipat dari hasil-hasil di masa lampau dengan jumlah jam produksi
yang sama.

Unitasking,
alias mengerjakan satu hal saja namun dengan kecermatan dan keseluruhan enerji
pikiran, tubuh, dan hati yang terfokus, merupakan pilihan yang lebih tepat
dalam proses produksi. Menurut psikolog ternama Mihaly Csikszentmihalyi, ketika
kita bekerja dengan fokus dan semua daya tercurah, maka terjadi proses “flow”
alias “mengalir.”

Kondisi
“flow” ini merupakan titik pertemuan antara kemampuan dan tantangan. Waktu
seakan-akan berhenti ketika ini terjadi. Satu-satunya fokus adalah apa yang
sedang dikerjakan saat itu. Ketika Anda menemukan titik “flow,” maka itulah yang
terbaik menurut diri Anda, walaupun mungkin tidak Anda sadari pada saat itu. 

Unitasking memungkinkan kita
menemukan titik “flow” tersebut. Dan hasil dari unitasking ini bermakna lebih tinggi bahkan berkualitas lebih baik
daripada hal-hal yang dilakukan dengan multitasking.
Multitasking is overrated, unitasking is
underrated.

Tahun
2013, saya kembali ke unitasking.
Dengan rencana kerja lima tahun ke depan yang sudah ditetapkan dengan
target-target yang jelas dan terkuantifikasi, multitasking hanya memperlambat
pencapaian dan bisa membahayakan proyek keseluruhan. Project management yang efektif perlu dilandasi dengan unitasking yang dijalankan dengan
kesadaran penuh. 

Waktu
yang “mengejar-ngejar” kita sesungguhnya terjadi karena pikiran yang merasa
harus terburu-buru. Dan ini bisa terjadi karena merasa demikian banyak “list of
things to do” sudah menanti. 

Milikilah
waktu. Pikirkan hanya satu hal saja ketika mengerjakan sesuatu. Perdalam mindset of abundance, bahwa Anda
memiliki banyak waktu dan hidup dalam berkelimpahan. 

Tinggalkan
hal-hal kecil yang tidak meningkatkan nilai dan tidak memberikan manfaat nyata.
Misalnya, apabila memungkinkan, delegasikanlah tugas yang “low value” kepada mereka yang memiliki kemampuan menyelesaikan.
Waktu yang Anda miliki gunakan eksklusif untuk hal-hal yang memberikan nilai
tambah nyata kepada hasil akhir atau meningkatkan revenue.

Idealnya,
ada tim atau support group yang
mengerjakan hal-hal lain di luar yang memberikan value added or profit. Saya mempunyai beberapa tim yang mengerjakan
beberapa kelompok tugas. Ini penting supaya tugas utama bisa tetap saya
kerjakan dengan hasil sebaik mungkin.

Di
dunia yang penuh gadget dan Internet
yang nyala 24/7, fokus menjadi semakin singkat dan bercabang. Ini tantangan
besar. Pertama-tama yang perlu dilakukan adalah menyingkirkan pemecah fokus.
Tim Ferris dengan bukunya Four-Hour
Workweek
menjelaskan bahwa waktu perlu dipilah-pilah dan dengan bantuan
Internet, sesungguhnya kita punya lebih banyak waktu untuk bekerja optimal.
Gunakan waktu minimal untuk membaca dan membalas email, misalnya. Gunakan sisa
lebih dari 23 jam dalam satu hari untuk hal-hal produktif dan bisa
dikuantifikasikan hasilnya.

Unitasking
memungkinkan kita berfokus tunggal dan menghasilkan produksi kreatif luar
biasa. Waktu bukan uang, namun memberikan daya untuk dilipatgandakan, apabila
dijalankan dengan fokus tajam dan tunggal.[]

KONTAN Daily, 28 Desember 2012

Pin It on Pinterest

Share This