Select Page


[Download PDF KONTAN DAILY Tren Perusahaan Bionik]

oleh Jennie M. Xue

2020 tinggal beberapa hari lagi. Mungkin Anda pernah menonton seri televisi Star Trek tempo doeloe (1966-1969) yang cukup mengagumkan di eranya dengan William Shatner sebagai Kapten Kirk dan Leonard Nimoy sebagai Mr. Spock.

Di sana dapat dijumpai teknologi-teknologi “masa depan” seperti berkomunikasi nirkabel seperti smartphone zaman now, scan medis, kendaraan terbang antar planet, dan ruang hologram. Hampir semua teknologi tersebut telah ada di abad ke-20an akhir dan awal hingga pertengahan abad ke-21.

Dengan kata lain, kita sudah cukup lama hidup “di masa depan.” Dan ini membutuhkan adaptasi luar dalam karena “masa depan” masih akan terus berlanjut dengan segala keunikan dan kehebatannya.

Nah, dalam dunia keorganisasian, sekarang telah tiba era “bionic company” atau “perusahaan bionik,” menurut tim direktur Boston Consulting Group Rich Hutchinson, Lionel Aré, Justin Rose, dan Allison Bailey. Perusahaan bionik (PB) ini merupakan bentukan termutakhir peradaban manusia di mana suatu organisasi menggunakan tenaga manusia dan tenaga mesin dalam menjalankan bisnis dan berbagai tugas.

Dapat diprediksikan bahwa perusahaan-perusahaan yang bertahan untuk jangka panjang adalah “perusahaan-perusahaan bionik.” Bagaimana “perusahaan bionik” ini mempengaruhi strategi dan gaya berbisnis di tahun 2020 dan seterusnya, mari kita simak.

Satu, setiap bisnis mempunyai kans yang sama untuk menggunakan teknologi digital dan mesin-mesin Revolusi Industri 4.0 dalam operasional dan manajemen. Teknologi yang dimaksud termasuk artificial intelligence (AI), machine learning, robotics, data sensors, computing power, data storage dan mobile connectivity.

Berbagai teknologi gabungan menciptakan generasi digital terbaru yang sangat powerful. Bahkan dapat melampaui inteligensi manusia, sehingga kualitas hidup peradaban manusia akan berkali-kali lipatnya hanya dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tahun.

Jika Anda perhatikan, saat ini juga kita telah menggunakan hampir semua teknologi tersebut dalam berbagai kapasitasnya. Ruang dan jarak sudah bukan lagi merupakan halangan untuk bergerak, berkarir, berbisnis dan mengeruk keuntungan. Faktor pembeda pemenang dan pecundang adalah pola pikir digital dan inovasi berkesinambungan.

Dua, batas antara manusia dan teknologi semakin kabur dalam kemampuan melayani dan menyenangkan konsumen.

Ini juga sangat jelas terbaca dengan berbagai chatbot dan robot-robot pelayan housekeeping hotel dan sebagainya. Di Jepang dan China, telah ada hotel yang dilayani seratus persen oleh robot tanpa ada penjaga dan pekerja manusia sama sekali. Kondisi “tanpa manusia” dalam front-end suatu bisnis akan menjadi sangat lumrah, terutama di negara-negara dengan populasi tua, seperti di Eropa, Taiwan, Jepang, dan Korea.

Tiga, manusia pemenang kompetisi di akhir abad ke-21 adalah mereka yang mampu bertransisi ke berbagai ketrampilan dan keahlian digital. Ini merupakan keharusan dan kepastian.

Tanpa ketrampilan dan keahlian digital, para pekerja manusia akan menjadi kadaluwarsa hanya dalam waktu beberapa tahun saja. Dan ini akan terjadi di semua industri, tidak hanya dalam industri manufaktur, e-commerce, dan hospitalitas.

Empat, salah satu unsur paling kompetitif bagi manusia pekerja di era mendatang adalah mereka yang lancar (fluent) dalam berorganisasi dalam struktur digital. Hard skills seperti kemampuan menggunakan dan memprogram komputer tentu penting.

Namun yang lebih penting lagi adalah soft skills yang menggabungkan antara hard skills dengan emotional skills dan intellectual skills. Menterjemahkan logika manusia dalam berbagai algoritma yang sahih dan organik bagi teknologi merupakan tantangan berat. Dan bagi yang menguasai ini merupakan seorang teknologis-humanis atau humanis-teknologis pemimpin besar manusia di masa depan.

Lima, inovasi dalam berbagai dimensi dapat dipastikan merupakan makanan sehari-hari. Kata “sehari-hari” bermakan literal. Artinya, setiap hari dapat dipastikan merupakan hari baru dengan inovasi-inovasi terkini.

Mengingat telah semakin parahnya kondisi ekologi manusia yang diperkirakan tidak lagi dapat dikembalikan ke era pra-climate change, berbagai indikator makro semakin mengkhawatirkan. Namun, ini bukan berarti akhir dari segalanya. Uniknya, berbagai indikator petaka seringkali menjadi rancu dan tidak dapat dipercaya.

Jadilah manusia perlu berinovasi setiap hari untuk mencari celah yang sahih bagi jangka pendek dan panjang. Ini tentu didukung oleh data. Sayangnya, data masa lampau tidak mampu mendeteksi seratus persen masa depan. Karena inilah, berbagai inovasi perlu dijalankan terus-menerus dengan berani.

Perubahan ultra cepat telah menjadi sesuatu yang konstan. Mari kita beradaptasi dan menyiapkan diri untuk mengejar ketinggalan-ketinggalan kita.[]

Pin It on Pinterest

Share This