Select Page

[Download PDF KONTAN WEEKLY Tetap Fokus ke Pembicaraan]

oleh Jennie M. Xue

Di era konstan distraksi ini, konsentrasi adalah barang langka. Sangat sulit bagi kita untuk dapat fokus dalam melakukan satu hal tanpa terdisrupsi oleh berbagai notifikasi, pesan digital, dan panggilan telpon.

Bahkan keinginan untuk mengecek status Facebook dan ciutan Twitter pun sangat tinggi, terkadang jauh melampaui motivasi bekerja di hari Senin. Yang lebih menyedihkan adalah semakin menurunnya attention span kita. Bacaan semakin pendek dan pembicaraan pun semakin tergesa-gesa.

Setiap orang seakan-akan punya tugas super penting, padahal mungkin yang dibaca hanyalah pesan-pesan grup WA alumni SMA, status lucu Facebook teman-teman, dan ciutan beberapa selebriti dan orang terkenal.

Adiksi Internet dan gadget digital semakin mendarah daging, padahal di dunia bisnis dan kerja, mengendalikan fokus tetap luar biasa penting.

Bayangkan jika Anda perlu bernegosiasi yang nilainya jutaan dollar, namun Anda membiarkan pikiran terdisrupsi oleh pesan-pesan sosmed yang mengalir tiada akhir. Bagaimana Anda dapat fokus sehingga berhasil membawa kebaikan bagi perusahaan dan memastikan hadirnya sang profit?

Jelas Anda perlu fokus di setiap pembicaraan, baik pertemuan empat mata maupun dalam rapat dengan beberapa orang. Untuk itu, Anda perlu kenali beberapa strategi manajemen atensi yang efektif.

Satu, menurut neurosains, ada dua jenis atensi: suka rela dan tidak suka rela. Keduanya sangat penting untuk dikenali agar distraksi dapat disingkirkan sebelum pembicaraan dimulai. Kedua jenis atensi ini erat hubungannya dengan distraksi dari luar.

Atensi suka rela mengacu kepada atensi yang sebenarnya dapat kita kontrol, dan atensi tidak suka rela tidaklah dapat dikontrol. Keduanya sangat penting untuk surival of the species dan evolusi manusia.

Atensi suka rela dapat dikontrol dengan menghilangkan distraksi ruangan. Atensi non suka rela tidak dapat dikontrol karena sumber distraksi tidak dalam jangkauan kontrol kita.

Dua, carilah kesempatan berbicara yang tepat ketika Anda dan pihak sedang dalam kondisi prima. Pagi hari semestinya merupakan waktu yang baik, karena telah melalui masa tidur di malam hari dan belum lelah beraktivitas.

Namun, ada beberapa orang yang lebih segar dan fokus di malam hari seperti nokturnal. Kenali pola Anda dan teman bicara Anda. Untuk hal-hal sangat penting dan serius, sebaiknya aktivitas dilakukan ketika fisik dan mental siap.

Tiga, hilangkan kesimpangsiuran mental (mental clutter) dengan mengulang-ulang afirmasi positif seperti “saya damai dan sukses” dan “semua beres dan tenang tenteram” ratusan hingga ribuan kali hingga gelombang pikiran menjadi tenang dan jelas.

Ini menjelaskan mengapa agama mengajarkan doa yang berulang-ulang. Chanting prayer atau chanting meditation adalah salah satu metode terjitu untuk menenangkan pikiran. Dengan pikiran yang tenang, dapat dipastikan hasilnya baik atau bahkan sangat baik.

Empat, ganti emosi negatif dengan emosi positif. Jadilah tuan bagi pikiran sendiri, bukan hamba. Jangan biarkan hal-hal negatif mempengaruhi pikiran-pikiran Anda. Biasakan untuk bersyukur setiap hari selama ratusan kali di dalam hati. Hal-hal kecil sering kali lewat dari radar rasa syukur kita.

Ketika ada rasa khawatir, marah, kecewa, iri, dan jengkel, sebaiknya lakukan framing dengan melihat sisi positif dari segala sesuatu. Dan hindari membanding-bandingkan diri.

Bahkan hal-hal negatif sekalipun pasti ada positifnya. Minimal, Anda jadi bisa belajar dari kesalahan masa lalu.

Lima, kembalikan, alihkan, dan gunakan kerangka pikir berbeda ketika percikan-percikan pikiran mengganggu pembicaraan. Misalnya, ketika tiba-tiba ada impulsi untuk melakukan sesuatu yang tidak berhubungan dengan konteks pembicaraan, kembalikan arah fokus kepada pembicaraan asal.

Jangan biarkan impulsi-impulsi pikiran mengacaukan tujuan pembicaraan sebenarnya. Redupkan impulsi-impulsi tersebut dengan menarik nafas atau memandang satu titik yang menenangkan.

Enam, hindari mental fatigue. Ketika Anda sudah tidak sanggup lagi untuk fokus setelah berbagai cara digunakan untuk mengembalikan pikiran yang mengembara, aturlah waktu kembali agar ada pertemuan berikut. Terutama apabila fisik pun telah terganggu, misalnya ada rasa pening di kepala atau kesulitan bernafas karena terlalu banyak asap rokok di sekitar.

Sebaiknya pembicaraan diteruskan di lain waktu yang lebih fit bagi Anda, daripada hasilnya merugikan masa depan. Setiap pembicaraan selain sebaiknya win-win, juga ada unsur pembelajaran.

Akhir kata, biasakan untuk melatih kebiasaan fokus dalam beraktivitas, apalagi ketika sedang berkomunikasi dengan orang lain. Kurangi multitasking karena ini akan mengurangi kualitas output hingga enam puluh persen. Selamat meningkatkan fokus. Semakin fokus, semakin baik output, sehingga dalam agregat akan membentuk hidup yang lebih baik.[]

KONTAN DAILY, 10-16 Juli 2017

Pin It on Pinterest

Share This