[Download PDF KONTAN DAILY Televisi Streaming vs Kabel]
oleh Jennie M. Xue
Konten adalah raja, kata Bill Gates. Distribusi mempunyai posisi penting selain konten itu sendiri. Jadilah “distribusi konten” sebagai “perdana menteri.”
Distribusi konten melalui teknologi OTT adalah salah satu model bisnis yang luar biasa. Sangat skalabel dan berpotensi untuk merajai dunia jauh melampaui era televisi analog dan parabola.
Ini adalah era fantastis dan mencengangkan. Mari kita simak.
Seperti apa masa depan per-televisi-an dunia? Akankah berubah dari apa yang kita kenal selama ini? Bagaimana dengan oportunitas bisnis konten, produksi, dan distribusinya di masa depan?
“Over the top” (OTT) adalah istilah yang digunakan untuk metode distribusi konten yang menggunakan Internet dan smart devices (smart phone, tablet, TV, etc) sebagai saluran distribusi acara-acara televisi. Dan para raksasa teknologi dunia seperti Apple, Google, dan Amazon mempunyai market share yang cukup besar.
Ini semua terlaksana tanpa terkoneksi dengan kabel (cable) dan satelit parabola (satellite). Sling, Vue, Hulu, Amazon Prime, Netflix, dan semacamnya dikenal sebagai provider TV streaming seperti ini.
Dua puluh lima persen keluarga di AS tidak lagi memiliki dan menggunakan TV konvensional dengan kabel maupun parabola. Menurut survei, para Milenial, Generasi X dan Y lebih menyukai TV streaming dengan distribusi OTT. Diperkirakan di tahun 2019, pelanggan OTT akan mencapai 330 juta orang, yaitu seluruh penduduk AS.
Di Indonesia, TV berbasis OTT seperti ini dimungkinkan sepanjang infrastruktur Internet dengan kecepatan tinggi dan bandwith memadai. TV streaming ini memungkinkan pengguna memilih kanal dan film seri atau dokumenter setiap saat secara asynchronous.
Sebagaimana portal-portal video online seperti YouTube dan Vimeo, asynchronocity merupakan selling point penting mengingat perbedaan zona waktu dan pilihan user. Ini sangat berbeda dengan TV kabel dan analog yang masih synchronous.
TV streaming segera menempati posisi mainstream di seluruh dunia. Di tahun 2017, pelanggan Netflix mencapai 100 juta orang secara global dengan mayoritas di luar AS. Pengguna AS dan luar AS mencapai rasio tiga banding satu.
Proyeksi subscriber growth Netflix tahun 2019 akan mencapai 120 juta, 2020 mencapai 150 juta, dan 2021 mencapai 160 juta. Diperkirakan, di tahun 2027, pengeluaran Netflix untuk kreasi konten akan mencapai USD 14,4 miliar.
Tren streaming TV mencakup empat kategori, menurut Deloitte.
Satu, vMVPD (virtual multichannel video programming distributor) akan mencapai 20 persen pasar AS, seperti DirectTV, SlingTV, dan YouTube TV.
Dua, jutaan pengguna TV di dunia akan memutuskan subscripsi TV kabel dan digantikan dengan TV streaming. Tiga, pemasangan iklan tertarget dan terpersonalisasi akan semakin marak baik di dunia maya atau digital statis.
Empat, VR (virtual reality) dan AR (augmented reality) semakin populer dan dapat dinikmati di berbagai tempat publik dan privat. Di Jakarta, CGV telah menawarkan ini secara terbatas.
Dengan tren-tren tersebut, bagaimana Anda dapat mengantisipasi kesempatan bisnis?
Satu, leverage teknologi terbaru, yaitu 4K video, HDR (high dynamic range), dan 5G wireless.
Dua, gunakan data analytics dengan business and marketing metrics dalam data collection process.
Tiga, lakukan berbagai sinergi untuk memproduksi dan mendistribusikan konten.
Empat, tingkatkan UX (user experience) dan AI (artificial intelligence) dalam berbagai proses dan deliveri.
Dengan kata lain, dunia per-televisi-an telah berubah dan kreasi serta distribusi konten akan semakin deras lajunya. Laju informasi akan semakin tidak terbendung dan perbedaan geografi bukan lagi merupakan penghalang distribusi.
Bagi para pekerja konten dan intelektual kreatif, TV streaming membuka panggung bisnis semakin luas dan dalam. Nyaris tidak ada lagi penghalang untuk berkarya, sepanjang ide cukup jenial untuk diwujudkan dan dikonsumsi secara global.
Walaupun konten adalah raja dan distribusi adalah perdana menteri, pekerja konten adalah pewujud segala macam ide. Kombinasi antara teknologi dengan skill kreatif dan intelektual merupakan kunci sukses abad ini, sepanjang AI dan UX mendapatkan porsi yang memadai.[]
KONTAN Daily, Jumat, 6 Juli 2018