[Download PDF JASA KEUANGAN Teknologi Low Latency Pasar Modal]
oleh Jennie M. Xue
Teknologi yang digunakan dalam trading pasar modal semakin maju. Dalam pengambilan keputusan, trader dan pengambil keputusan perlu dibekali dengan berbagai informasi terbaru yang instan. Salah satu terpenting yang menjawab tantangan ini adalah teknologi bernama low latency (latensi rendah).
Perbedaan satu milidetik saja bisa mengakibatkan kerugian jutaan dollar dalam transaksi pasar modal. Untuk itu, penggunaan layar monitor untuk menganalisa berbagai chart dan tabel sebaiknya selebar mungkin diameternya dengan pikselitas setinggi mungkin, sehingga satu perubahan mikro dapat ditangkap oleh mata dalam sekejap. Output visual tersebut tergantung dari kecepatan input yang diproses yang sangat dipengaruhi oleh kecepatan latensi.
Di AS, 60 hingga 70 persen transaksi trading terjadi secara elektronik dengan daily volume di NYSE dan trading algoritmik sebesar 35 persent. Trading via Internet dan jaringan komputer ini sangat membutuhkan jeda rendah (low latency) sehingga institusi finansial mempunyai competitive advantage yang berharga.
Dibalik layar monitor, ada input informasi yang diproses dengan algoritma tertentu untuk diproyeksikan sebagai output. Di antara input dan output pasti ada jeda. Semakin kecil jeda tersebut, semakin akurat. Ini sangat penting dalam trading via Internet, online gaming, dan telpon atau voice chat dengan Voice over Internet Protocol (VOIP). Teknologi ini sangat berharga dalam telesurgery alias “operasi bedah jarak jauh” dengan teknologi robotik dalam pelayanan kesehatan.
Dalam VOIP, misalnya, semakin kecil jeda antara input dan output suara, maka semakin baik penerimaan di pihak seberang. Anda pasti pernah merasakan bagaimana rasanya berbicara dengan voice chat dengan jeda suara beberapa detik. Dalam online gaming, jeda input dan output pasti dikenakan penalti berarti. Sekarang bayangkan ketika trading pasar modal mempunyai jeda beberapa detik. Runyam sudah perdagangan, kerugian menggunung.
Dalam prakteknya, teknologi low latency merupakan koneksi jaringan yang digunakan oleh institusi-institusi finansial untuk menghubungkan stock exchange dengan Electronic Communication Networks (ECN) dalam eksekusi transaksi. Profesor Bisnis New York University bernama Joel Hasbrouck dan Gideon Saar membedakan tiga komponen pengukuran latensi: jeda waktu antara informasi yang dikirimkan kepada trader, algoritma trader dalam menganalisa informasi, dan implementasi aksi dalam melakukan trading.
Bagaimana benchmark low latency dalam penyampaian data di NYSE dan Wall Street?
Penyedia data bisnis Thomson Reuters merupakan salah satu pengguna teknologi ultra low-latency direct data feed untuk NYSE Euronext Universal Trading Platform (UTP). Informasi yang disampaikan kepada para klien mempunyai akurasi dan distribusi normalisasi data sub-milidetik.
Klien sendiri dapat mengirimkan data dengan menggunakan Reuters Market Data System atau menghubungkan diri dengan client trading applications. Jeda semakin diperkecil dengan instalasi solusi ke stasiun-stasiun lokal NYSE Euronext.
Menurut Steve Rubinow, CIO NYSE Euronext, dalam industri keuangan, sub-milidetik merupakan awal percakapan dan jeda milidetik telah terlalu panjang. Dengan teknologi data latency, kecepatan cahaya adalah satu nanodetik untuk mencapai satu kaki (one foot). Sedangkan dalam satu mil ada 5280 kaki dan Pusat Data NYSE berada dalam jarak 10 mil dari Wall Street. Ini berarti jeda hanya terjadi 105.600 nanodetik atau 105 mikrodetik. Jauh lebih cepat dari satu kedipan mata.
Bagaimana penerapan teknologi low latency ini dalam industri keuangan dan perbankan secara umum?
Real-Time Analytics. Perubahan mikro dalam pasar modal bisa jadi merupakan indikator penting penentu aktivitas-aktivitas berikut. “Waktu adalah uang” merupakan konsep literal di sini, bukan semata figuratif. Sistem EMC Greenplum dengan HPDA (High Performance Data Analytics) menggabungkan skalabilitas masif Informatica Ultra Messaging dan B2B-DT yang berfungsi memperkecil jeda waktu antara streaming data dengan proses data analytics.
HTML 5 WebSockets. Interface situs biasanya atraktif namun kurang efisien dalam menangani data dalam jumlah masif, sedangkan coding untuk kompatibilitas mobile gadget dan browser beragam agak kompleks. HTML 5 WebSockets meningkatkan efisiensi dan kompatibilitas dengan teknologi low latency.
Shared-Nothing Architectures. Skalabilitas merupakan penentu “bisa” dan “tidak bisa.” Skalabilitas saja tidak cukup tanpa diimbangi dengan skalabilitas yang baik. Dalam database, skalabilitas sering menjadi masalah. Dengan low latency, skalabilitas database membaik drastis dan peer-to-peer messaging juga semakin baik.
Inter-Thread Communication sebagai disruptor. Komunikasi dalam suatu instrumen menentukan kelancaran informasi sebagai output. Low latency di sini merevolusi disrupsi, seperti dalam aplikasi messaging ultra performance.
Cache-Friendly Algorithms. CPU dengan teknologi low latency memungkinkan cache terekam dalam nanodetik atau bahkan mikrodetik. Bisa dibayangkan efisiensinya dalam CPU dan Operating System.
Teknologi low latency merupakan kebutuhan yang tidak lagi dapat dipungkiri. Semakin jauh disrupsi dalam dunia perbankan dan keuangan, semakin teknologi ini dibutuhkan. Dalam 5 hingga 10 tahun di muka, bisnis bukan lagi mengenai lokasi geografis “where” namun adalah pengalaman “how.” Dan kecepatan skalabilitas adalah faktor penentu keberhasilan berbagai model bisnis.[]
JASA KEUANGAN, Edisi 10, April 2016