Select Page

shopping-450

Kontan Logo

[Download PDF KONTAN WEEKLY Tekad dan Impulse Buying]

oleh Jennie M. Xue

Di awal tahun, biasanya kita berjanji untuk memperbaiki diri. Ini dikenal sebagai “new year’s resolution.” Resolusi adalah janji terhadap diri sendiri. Namun, antara “janji” dan “hasil,” ada jarak. Dalam “jarak” inilah, aktivitas-aktivitas dilakukan agar “hasil” diperoleh.

Sayangnya, dalam “jarak” antara “janji” dengan “hasil,” sering kali kita tidak berhasil mengontrol diri.

Sebagai contoh, biasanya fitness gym ramai di awal Januari penuh dengan para anggota yang berjanji untuk berolah raga teratur. Namun, di bulan Maret atau bahkan pertengahan Februari, biasanya semangat itu telah padam sehingga gym-gym kembali di kapasitas biasa.

Menurut survei The American Psychological Association di tahun 2011, mayoritas responden menjawab bahwa alasan utama gagalnya perubahan diri adalah “rendahnya tekad” atau “lack of willpower.” Dalam “jarak” antara “janji” dan “hasil,” diperlukan tekad membara yang terus membahana sampai hasil dicapai.

Ini membutuhkan ketrampilan (skill) khusus.

Menurut dua psikolog ternama Mark Muraven dan Roy F. Baumeister, willpower bekerja sebagaimana energi yang disimpan di dalam tubuh. Ketika kita telah banyak menggunakannya, diperlukan jeda tertentu untuk mengembalikan jumlah energi yang telah digunakan.

Dengan kata lain, ketika kita telah banyak menggunakan willpower alias “tekad” dalam berbagai aktivitas dan pengambilan keputusan (decision making), maka kita perlu beristirahat.

Suplai tekad dalam diri kita ada dalam jumlah terbatas. Sebagaimana energi yang telah digunakan, maka kita akan merasa “lelah” sesudahnya.

Muraven dan Baumeister juga berpendapat bahwa kita punya keterbatasan dan menggunakan “jatah tekad” alias “willpower.” Misalnya, ketika kita perlu fokus mengerjakan sesuatu yang sangat penting, distraksi bertubi-tubi dapat mengalahkan tekad juga pada akhirnya.

Impulse buying alias “konsumsi berdasarkan impuls” merupakan salah satu bentuk “gagalnya tekad” mengkonsumsi. Produk-produk “impulse buying” biasanya dipajang dekat dengan kasir, sehingga ketika menunggu giliran, impulsi mengkonsumsi dapat menggerakkan tangan untuk membeli.

Lantas, sebagai individu bagaimana Anda dapat melatih tekad alias willpower?

Pertama, kenali bahwa semua berasal dari pikiran. What we think, we become. Tekad merupakan suatu energi yang terbentuk dari pikiran tertentu. Energi ini perlu diisi kembali ketika telah banyak digunakan. Perlu masa istirahat untuk mengisi “bensin” tekad.

Kedua, mengelola tekad atau willpower merupakan suatu ketrampilan (skill) yang perlu dilatih setiap hari. Semakin terlatih, semakin besar dan cepat kemampuan mengatasi deplesi.

Ketika tekanan hidup demikian beragam dan tertubi-tubi, sering kali kita merasa “lelah batin.” Inilah saatnya sesungguhnya kita sedang mengalami willpower depletion, yaitu kehabisan tekad sebagai “bensin” kehidupan.

Dalam salah satu eksperimen Muraven dan Baumeister, sekelompok partisipan perlu menunggu dalam barisan sebelum masuk ke dalam ruangan. Ketika telah masuk, mereka perlu menunggu lagi dalam barisan baru. Mereka yang mempunyai stok tekad yang telah menipis akan keluar dari barisan dan pulang.

Dalam eksperimen berikutnya, dua kelompok studi diberikan makanan berbeda. Yang satu diberi coklat sedangkan yang satu lagi diberi wortel dengan alasan “diet.”

Setelah selesai makan, mereka diberi satu kendala yang memerlukan tekad untuk menyelesaikannya. Mereka yang diberi coklat lebih banyak yang berhasil menyelesaikan. Sedangkan yang diberi makan wortel cepat menyerah.

Tampaknya, yang diberi makan wortel telah banyak menggunakan “energi tekad” mereka, sehingga stoknya telah menyusut dan perlu diisi kembali.

Dr. Kelly McGonigal dari Stanford University juga melakukan eksperimen mengenai willpower. Dalam risetnya, ia berhasil membuktikan korelasi positif antara jumlah jam tidur dengan kemampuan bertahan dengan tekad membara.

Semakin lama jam tidur, maka Anda dapat semakin mengatasi deplesi tekad. Dengan kata lain, apabila kurang tidur, Anda akan mudah menyerah ketika menghadapi berbagai pilihan dan distraksi. Istirahat cukup membantu kejernihan pikiran dan kemampuan mengendalikan pikiran. Termasuk mengurangi impulse buying.

Sebagai bisnis, korelasi antara kemampuan mengendalikan tekad dan impulse buying sangat jelas. Dengan strategi bisnis yang tepat, maka perilaku konsumen dapat dipengaruhi dengan strategi penempatan dan timing penawaran produk.

Sebagai konsumen dan individu, Anda sebaiknya mengenali seberapa dalam kemampuan mempertahankan tekad dalam beraktivitas dan berkarya. Dan tidur yang cukup merupakan salah satu bentuk pengisian tekad terbaik.[]

KONTAN WEEKLY, 5-11 Desember 2016

Pin It on Pinterest

Share This