[Download PDF KONTAN WEEKLY Tanggung Jawab]
oleh Jennie M. Xue
Tentu kita tahu arti “akuntabilitas” dan “tanggung jawab.” Seseorang yang “akuntabel” adalah seseorang yang diminta pertanggungjawabannya. Sedangkan “tanggung jawab” sendiri diterjemahkan secara bebas sebagai kesadaran akan perbuatan yang mempunyai akibat tertentu.
Uniknya, dua hal ini sering kali dihindari dengan berbagai cara.
Dalam keluarga, sering kita jumpai seorang ayah dan suami yang meninggalkan anak-anak dan istrinya demi kesenangan sesaat. Di tempat kerja, sering kita jumpai kolega dan pegawai yang bekerja setengah hati tanpa memperdulikan efek dari perbuatan mereka.
Padahal, mengemban tanggung jawab itu sesungguhnya suatu proses belajar yang akan sangat membantu dalam perjalanan hidup kita di kemudian hari. Dan adiksi yang ditimbulkannya merupakan motor penggerak produktivitas diri, organisasi, dan negara.
Bisa dimengerti mengapa dan bagaimana negara-negara maju dibangun oleh para workaholics alias mereka yang teradiksi kerja. Di Jepang dan Amerika Serikat, seseorang yang bekerja giat (play hard) merupakan badge of honor tersendiri. Dan hampir bisa dipastikan bahwa sukses sudah di tangan.
Pertama, tanggung jawab yang kita terima merupakan penghargaan akan kemampuan dan prestasi kita. Seseorang yang diberikan tanggung jawab oleh orang lain pasti dipandang potensinya memadai. Jika kita sendiri yang secara proaktif mengambil tanggung jawab, itu juga merupakan penghargaan bagi diri sendiri.
I can do it, karena ini merupakan sesuatu yang super positif. Jika Anda mempunyai image bahwa “bertanggung jawab” adalah sesuatu yang berat dan negatif, reframe seketika saat ini juga. Tanggung jawab dan akuntabilitas merupakan penghargaan dan kehormatan sebagai individu dan profesional.
Kedua, ketika kita menerima atau mengambil tanggung jawab sendiri, kita terbebas dari tekanan atas tanggung jawab orang lain. Artinya, kita tidak berada di bawah payung supervisi orang lain. Kita punya kesempatan besar untuk menerapkan diskresi terbaik yang paling sesuai dalam situasi dan tempat tertentu.
Ini merupakan kesempatan besar pula untuk membuktikan bahwa kebebasan bertindak dalam lingkup tanggung jawab adalah kesempatan menunjukkan kepada dunia how good we are. Bukan how bad we are. Ada pepatah yang berkata bahwa ketika seseorang diberikan kekuasaan (baca: tanggung jawab), maka siapa dia sebenarnya baru terungkap.
Ketiga, menerima atau memilih tanggung jawab memberikan kepuasan tersendiri. Apalagi ketika hasil akhir yang mengagumkan, baik ketika memenuhi atau melampaui ekspektasi. Kepuasan datang dari posisi supervisi “di atas” para subordinat dan kolega sebagai penanggung jawab.
Menjadi seseorang berakuntabel merupakan kesempatan bagi diri untuk merasakan kepuasan optimal. Bisa dipahami mengapa para serial entrepreneur CEO di perusahaan-perusahaan yang didirikan mereka merasa “ketagihan” bertualang sebagai pebisnis. Adrenalin dan hormon-hormon endorfin lainnya tampaknya mampu mengadiksi berkarya.
Keempat, adiksi berkarya merupakan adiksi yang sehat, sepanjang ini tidak mengganggu kesehatan jiwa dan raga. Dalam adiksi berkarya yang dikelola dengan baik, berbagai bentuk tanggung jawab merupakan konsekuensi logis. Jadi, semakin besar tanggung jawab yang Anda terima, semakin terlatih ketangguhan mental Anda.
Bisa dipahami mengapa seseorang yang sadar akan tanggung jawab akan memilih posisi yang sesuai, karena tanpa tanggung jawab, hidupnya terasa kurang punya arti. Tentu ini perlu dibarengi dengan kesehatan fisik dan psikis optimal. Dan menjaga kesehatan fisik-psikis membutuhkan skill tersendiri. Salah satunya adalah dengan menerapkan batas-batas (boundaries).
Menerima atau memilih untuk bertanggung jawab merupakan pintu yang berpotensi untuk membuka ribuan pintu baru di masa depan. Dalam analogi menaiki tangga hidup, tanggung jawab merupakan anak-anak tangga yang perlu dinaiki setapak demi setapak dengan skill optimal, pikiran positif, dan kesehatan adiksi.
Akhir kata, jangan takut untuk bertanggung jawab. Walaupun kita belum mengenal bagaimana bertindak pada awalnya, kita pasti akan semakin mengenal apa yang harus dan patut dilakukan seiring dengan waktu dan pengalaman. Setiap hari merupakan kesempatan berharga untuk menunjukkan kepada dunia potensi yang kita miliki.
Satu tanggung jawab demi satu tanggung jawab. Inilah anak-anak tangga sebagai agregat hidup dan karir. Salam sukses dengan bertanggung jawab.[]
KONTAN Weekly, 20-26 Maret 2017