Image Source: The Knockturnal
[Download PDF KONTAN DAILY Setelah K-Pop, K-Beauty]
oleh Jennie M. Xue
Siapa yang tidak kenal K-Pop? Boy band dan girl band seperti BTS dan Blackpink adalah dua contoh band kelas dunia asal Korea Selatan.
Nah, sekarang di samping K-Pop, ada K-Beauty yang merupakan produk-produk kecantikan seperti skincare, kosmetik, toileteri, parfum, mani, pedi, dan sejenisnya. Pasar produk-produk ini mencakup 25 persen skincare, 20 persen hair care, 20 persen kosmetik, 10 persen wewangian, dan 26 persen lainnya.
Market size AS untuk skincare mencapai USD 52,4 miliar. Sedangkan market size skincare global mencapai USD 196 miliar di tahun 2024. Total global cosmetics market sendiri mencapai USD 800 miliar. Luar biasa besar pai yang dapat diraih.
Menurut NPD Group, skincare merupakan bagian dari beauty industry yang paling cepat perkembangannya. Dan ini sangat erat hubungannya dengan semakin tingginya kesadaran akan kesehatan dan hidup fit. Kesadaran generasi Milenial akan going green dan staying fit juga sangat besar sebagai unsur pendorong.
Singkatnya, Kultur Korea Selatan sangat mengutamakan skincare, sebagaimana juga Jepang. Di AS, perawatan kulit tidaklah segencar di negara-negara Asia, di mana kulit putih glowing alias kinclong adalah kebanggaan setiap individu, baik perempuan maupun laki-laki.
Gaya dandan Jepang, Korea, dan negara-negara Asia lainnya pun lebih natural dengan nuansa pink dan beige yang lebih alami dan glowing. Bandingkan gaya dandan para aktris K-Drama yang alami dengan The Kardashians dan The Jenners yang lebih medok dengan eyeliner tebal dan gelap.
Di kultur negara-negara Barat, kulit nge-tan alias sawo matang dipandang lebih “eksotis,” sehingga cukup banyak yang berkulit putih bermandikan matahari hanya supaya agak “cokelat” sedikit. Jadilah di AS, tanning bed lebih populer daripada whitening skincare dan perawatan kulit lainnya.
Charlotte Cho, sosial media influencer K-Beauty yang dibesarkan di AS, mulai menyadari pentingnya skincare setelah bekerja di negara leluhurnya. Cho kini dikenal sebagai salah satu influencer yang sangat berpengaruh terhadap industri skincare AS. Ia mulai memperkenalkan pentingnya skincare untuk menjaga kesehatan kulit dibandingkan dengan kosmetika berwarna yang lebih bersifat “menutupi” kekurangan wajah dan kulit.
Ekspor kosmetik asal Korea Selatan sendiri melonjak dari USD 1,7 miliar di tahun 2014 menjadi USD 5 miliar di tahun 2017. Dan ini sangat dipengaruhi oleh semakin maraknya beauty influencer di sosial media, terutama YouTube. Charlotte adalah salah satu yang paling dikenal di ranah K-Beauty AS.
Namun jelas para influencer lainnya yang berkiblat kepada kesehatan kulit sangat membantu menyebarkan “demam skincare” ini. Sebagai contoh, bahkan influencer-influencer Indonesia yang bermukim di Korea seperti Amelia Tantono (Amelicano) dan Hansol Jang (Korea Reomit) pun tidak luput dalam mempromosikan K-Beauty, seperti Nacific dan sebangsanya dalam vlog-vlog mereka.
Retailer kecantikan seperti Sephora juga telah menelurkan skincare line mereka sendiri. Demikian juga para raksasa consumer products seperti Unilever dan e-commerce giant Amazon. Luar biasa impak dari K-Beauty yang telah membuat seluruh dunia keranjingan perawatan kulit.
Yang menarik, Korea Selatan telah dipercaya sebagai pusat skincare dunia yang disegani. Kok? Ya. Mereka menerima outsource R&D dan produksi dari berbagai merek terkemuka.
Bukti lainnya adalah munculnya berbagai formula efektif terkini yang diciptakan di negeri Arirang ini. Ketika gaya hidup merambah ke dunia influencer via vlog dan media sosial, jadilah tren yang sangat diperhitungkan.
Bayangkan betapa besarnya USD 200 miliar market size skincare dunia.
Booming K-Beauty tidaklah seperti booming properti, mengingat harga retail yang sangat dapat disesuaikan dengan kantong konsumen. Berbagai target market sangat dimungkinkan untuk digarap, terlepas dari fakta bahwa substansi formula yang dikandung setiap botolnya mirip.
Selamat menikmati booming K-Beauty.[]
KONTAN DAILY, Jumat, 2 Agustus 2019