[Image Source: GizChina]
[Download PDF KONTAN DAILY Serbuan Xiaomi]
oleh Jennie M. Xue
Xiaomi menyerbu dunia. Ketika produk-produk Apple sedang lesu di Negeri Tiongkok, Xiaomi sedang melakukan serangan gencar. Berkantor pusat di Beijing, Xiaomi adalah produsen smartphone, aplikasi-aplikasi mobile, laptop dan berbagai aksesoris elektronik.
Baru berusia delapan tahun, Xiaomi kini memegang posisi ke-4 sebagai produsen smartphone terbesar di dunia. Di India, Xiaomi memegang posisi unggul.
Funding mereka mencapai USD 1,1 miliar dan valuasi terakhir senilai USD 46 miliar. Angka fantastis.
Dan di China, sudah jelas mereka sangat unggul. Omzet mereka 72 persen berasal dari China sendiri dan 28 persen dari negara-negara lain.
Xiaomi telah melakukan penetrasi di 74 negara di seluruh dunia. Jumlah pegawainya mencapai 15.000 orang yang tersebar di China, India, Malaysia, Singapura, Indonesia, Filipina, dan Afrika Selatan.
Konsumen pengguna telah mencapai 300 juta orang dan mereka telah memasarkan 50 aplikasi. Sistem yang digunakan adalah Android Google dan artificial intelligence (AI) buatan Microsoft.
Pendiri dan CEO Xiaomi bernama Lei Jun telah mengantongi net worth USD 12,5 miliar. Ia menduduki ranking ke-11 orang terkaya di China dan ke-118 di seluruh dunia.
Bagaimana strategi bisnis mereka hingga menggapai posisi luar biasa?
Satu, menyasar strategi bisnis ekosistem.
Ini serupa tapi tidak sama dengan Apple-nya Silicon Valley. Dalam bisnis teknologi, strategi ekosistem adalah salah satu yang terampuh. Siapa yang menguasai ekosistem, dialah yang akan bertahan hingga kapan pun.
Dua, pada awal pendirian, hanya dijual online untuk menekan biaya operasional dan iklan.
Salah satu kekuatan bisnis China adalah strategi cost saving alias hemat pengeluaran. Pada awal pendiriannya, Xiaomi hanya dijual online melalui situs dan aplikasi belanja.
Tiga, kualitas produk premium namun dengan price point lebih rendah dari kompetitor.
Ini merupakan strategi yang gampang-gampang susah, karena produk premium biasanya membutuhkan biaya produksi yang lebih tinggi. Xiaomi mampu memberikan produk berkualitas tinggi dengan harga efisien.
Empat, memasuki pasar-pasar pelosok dengan gerai-gerai retail brick-and-mortar.
Di tahun 2019, direncanakan akan ada 2.000 gerai di seluruh dunia. Jadi, bisa dipastikan mereka akan hadir di mal-mal terdekat Anda. Ini untuk mengimbangi konsumen non-milenial dan agak “gaptek.”
Eropa pun telah dibidik dengan penetrasi di Spanyol, Inggris, dan Italia. Namun pasar AS masih terbuka lebar.
Lima, Xiaomi bukan hanya kompetitor Apple dan Samsung, namun juga memasuki pasar elektronik, finansial, konten online, dan kebutuhan rumah tangga. Strategi menggurita mereka patut diberi acungan jempol mengingat keberanian.
Bantal, dompet, jam tangan, speaker, rice cooker, dan segala macam keperluan rumah tangga dan personal telah dimasuki mereka. Jadi, mereka bukan hanya menjual hardware smartphone dan teknologi berkomputer.
Tidak ketinggalan pula konten online dan jasa finansial telah menjadi titik-titik penting sumber omzet. Dalam satu tahun, terhitung 2017 hingga 2018, growth telah mencapai 67 persen. Jadilah mereka dijuluki “burung phoenix”-nya China.
Apa yang dapat kita pelajari dari Xiaomi?
Satu, mulai dari bisnis online.
Tekan biaya operasi dengan distribusi online. Ketika bisnis telah mature, gerai-gerai offline dapat menyusul kemudian.
Dua, membangun merek dapat dilakukan sekaligus.
Apapun produk yang ditawarkan, lakukan bersamaan. Proses eliminasi dapat dilakukan kemudian.
Tiga, profit margin kecil bukan halangan sepanjang strategi tepat.
Ini dapat dijumpai di Silicon Valley, sebagaimana Amazon dengan profit margin minimnya, kini telah menggurita.
Empat, kualitas tinggi dengan harga terjangkau sangat atraktif.
Ini sangat penting dan dapat dipastikan merupakan unsur sukses Xiaomi.
Akhir kata, mari kita perhatikan bagaimana Xiaomi terus menukik di kancah bisnis dunia, tidak hanya di bisnis telpon genggam. Bisakah Xiaomi mengalahkan Apple dan Samsung? Mari kita tunggu.[]
KONTAN DAILY, Jumat, 22 Februari 2019