Select Page

  Kontan

Download KONTAN Daily Seratus Tahun Master Key System

oleh Jennie M. Xue

Konon buku yang dibaca Bill Gates sekeluarnya dari Harvard adalah The Master Key System. Buku ini awalnya diterbitkan sebagai kursus korespondensi yang diselenggarakan oleh Charles F. Haanel dalam 24 bagian. Buku ini pertama kali diterbitkan tahun 1912, sehingga tahun lalu ia telah berulang tahun satu abad. Terbitan versi Bahasa Indonesianya telah dicetak ulang lima kali. 

Buku ini telah menjadi pegangan klasik mereka yang mendambakan buku “manual” tentang sukses yang telah teruji dan banyak dipuji oleh para pakar motivasi dan inspirasi dunia, termasuk Napoleon Hill penulis Think and Grow Rich dan Rhonda Byrnes penulis The Secret. Buku Haanel ini pernah dilarang dibaca oleh gereja di tahun 1933.

Walaupun mungkin kedengaran “klise,” The Master Key System lagi-lagi mengajarkan kekuatan pikiran dalam menciptakan realita. Dalam kehidupan pribadi maupun bisnis, bagaimana setiap individu berpikir pasti mempengaruhi setiap pengambilan keputusan dan tindakan, baik yang berhubungan dengan diri sendiri, individu lain, maupun institusional. Setiap sistem yang baik memang dimulai dari pemikiran dan pikiran yang terarah serta mempunyai tujuan yang jelas.

 

Pikiran membentuk “siapa” diri kita. Dan untuk menjadi seorang manajer yang baik, misalnya, diperlukan dulu konsep diri yang jelas tentang “siapa” seorang manajer yang baik tersebut. Ini perlu menjawab “diri” individunya sendiri, misalnya si Anton. Juga perlu menjawab “manajer yang bernama Anton.”

Konsep diri ini idealnya dikembangkan oleh diri sendiri dengan berbagai sarana dan instrumen secara otodidak. Namun dalam praktek manajemen, “suntikan” pikiran melalui berbagai konsep kepemimpinan dan serta pola berpikir yang benar bisa jadi merupakan jawaban yang telah lama dinanti untuk meremajakan organisasi.

“Suntikan” pikiran-pikiran positif dan berbasis kemenangan yang menggugah hati dan pikiran besar pengaruhnya bagi keadaan mental seseorang. Berbagai riset psikologi menyimpulkan bahwa “suntikan” positif maupun negatif bisa dengan sekejap mempengaruhi proses pengambilan keputusan sehingga bisa mempengaruhi hasil akhirnya.

Sebagai contoh, seorang relawan riset yang diberikan pujian sebelum memulai suatu tugas mempunyai kondisi mental yang lebih positif dan memberi hasil yang baik dibandingkan dengan mereka yang diberikan cercaan. Pujian “good job” sering dilontarkan oleh Sir Alex Ferguson, sang manajer Manchester United yang kini telah pensiun. Ini membangun semangat dan kekompakan antar anggota tim.

Haanel juga mengajarkan bahwa setiap individu mempunyai alam semesta yang khusus dan unik di dalam dirinya. Ini merupakan titik yang menghubungkan kita dengan alam semesta yang maha luas dan tidak terujung. Cara pandang demikian bisa kita hubungkan juga dengan “alam semesta” suatu institusi atau suatu bisnis.

Sebagai contoh, seseorang bisa merasa sendirian maupun bersama dengan kelompok maupun institusi. Ketika ia merasa bersama dengan orang lain maupun institusi, ia sesungguhnya mempunyai benang transparan yang menghubungkan mental, pikiran dan emosi dari diri yang mikro, kelompok yang meso, hingga ke institusi keseluruhan yang makro. Alam semesta ini sama dan satu, hanya dalam skala yang berbeda saja.

Kuncinya adalah menjaga harmoni antara konsep diri yang berada di dalam pikiran dan batin dengan dunia luar. Dengan mempertahankan energi positif dengan pikiran-pikiran positif dan mengasumsikan yang terbaik dari berbagai kemungkinan yang ada, maka fitur kearifan di dalam diri bisa terpancar ke luar. Ketika diri memancarkannya, maka dunia dipanjang dalam bias positif. 

Bias positif ini membawa aliran sungai ke dalam mental yang siap memberikan pancaran positif. Satu ajaran Haanel yang penting diingat adalah: Kehidupan adalah sebuah penyingkapan, bukan proses penambahan. Ia tambahkan bahwa apa yang terjadi pada diri kita di dunia luar diri merupakan manifestasi dari apa yang telah kita miliki di dunia mikro dalam diri kita.

Pencapaian kita adalah akumulatif dari berbagai kesadaran yang membentuk lebih dari sekedar pola pikir. Pencapaian adalah akumulasi dan sintesa kesadaran, kearifan, ketrampilan, keahlian, dan kemampuan menganyam segala variabel yang ada dengan harmoni dengan alam semesta.

Jadi, pikiran merupakan suatu sebab dan kondisi merupakan akibat dari pikiran tersebut. Dalam manajemen, ini tentu sangat realistis untuk diterapkan. Dengan kultur korporat yang positif dan kondusif, pikiran-pikiran yang terbentuk juga mempunyai semangat positif. Pada akhirnya, ini besar pengaruhnya terhadap hasil akhir yang baik optimal bahkan maksimal.[]

 KONTAN Daily, Jumat 24 Januari 2013

Pin It on Pinterest

Share This