Select Page


[Image Source: WKYT]


[Download PDF KONTAN DAILY Runtuhnya GE]

oleh Jennie M. Xue

Siapa tidak kenal dengan GE alias General Electric? Perusahaan legendaris ini telah menjadi studi kasus selama puluhan tahun di sekolah-sekolah bisnis. Dan Jack Welch adalah CEO GE top yang mendidik banyak CEO perusahaan-perusahaan besar kelas dunia lainnya seperti Boeing dan Home Depot.

Dengan 300.000 pegawai GE, merek legendaris ini merupakan idaman tempat kerja para eksekutif lulusan program MBA terkenal. Uniknya, bahkan perusahaan selegendaris GE pun mengalami masa sunset alias surut. Diawali dengan menukik tajamnya harga saham GE di tahun 2017, implosi terjadi hingga hari ini.

Dalam 6 bulan pertama 2017, GE gagal mencapai proyeksi USD 12 miliar. Bahkan dana USD 8 miliar untuk mengkover dividen pun mereka mengalami kesulitan.

Di masa jayanya, GE adalah perusahaan paling berharga di USA dengan nilai valuasi USD 600 miliar di bulan Agustus 2000. Di tahun itu, sepertiga dari pegawai GE menjalankan 150 pabrik di AS dan 176 pabrik lainnya di 34 negara.

Program pensiun pegawai mereka mengkover 485.000 orang. Dan 10 miliar unit saham, GE adalah perusahaan terbuka yang paling banyak dimiliki sahamnya di seluruh dunia. Di kala itu, mereka membayar dividen 600.000 akun dari investor individu hingga mutual funds.

Ketika harga saham mencapai USD 150 di awal 2000, Welch melakukan split 3-for-1. Padahal, di kala itu dot-com bubble pertama meletus dan akuisisi Honeywell tidak berhasil. Kekuatan nama besar GE tetap mempertahankan saham senilai 40 kali earning di tahun 2001.

Produk-produk GE sendiri dapat ditemui di seluruh rumah tangga di AS, dengan peralatan dapur, elektronik, dan berbagai produk finansial (GE Capital). Namun, peralatan elektronik adalah darah daging utama mereka.

Jack Welch merupakan katalis penting dalam sejarah GE di mana ia bertugas selama 20 tahun sebagai pemimpin yang berani mengambil resiko, lugas, dan tidak segan-segan mem-PHK-kan pegawai yang tidak produktif.

GE Capital merupakan salah satu titik lemah GE. Di masa lalu, mereka membiayai pembelian peralatan rumah tangga buatan mereka, namun kini mereka membiayai KPR properti mewah dan me-leasing mobil-mobil tank, maskapai penerbangan, dan pembangunan gedung-gedung kantor.

Begitu Welch meninggalkan GE dan Tragedi 9/11 di tahun 2001, suksesornya Jeff Immelt menjual divisi plastik dan lini asuransi. Ketika krisis finansial 2008 terjadi, saham GE pernah mencapai titik USD 6,66 per saham di bulan Maret 2009. Federal Reserve mengeluarkan bantuan dengan injeksi dana segar untuk menolong GE yang tengah krisis.

Problemnya apa sih dengan GE sehingga ia sunsetting sekarang?

Satu, perubahan super cepat teknologi.
Mantan CEO Jeff Immelt pernah berujar bahwa kemarin GE adalah perusahaan industrial dan hari ini dunia memandangnya sebagai perusahaan software dan analitiks. Jadi, para industrialis tidak lagi bisa bergerak tanpa memasukkan elemen perangkat lunak dan analitiks.

Perangkat lunak di sini mencakup AI (artificial intelligence) dan derivatifnya berupa IoT (the Internet of things). Contohnya, selain ada smart phone, sekarang ada smart home lengkap dengan analitiks yang dapat memprediksi kebutuhan-kebutuhan para penghuni rumah, seperti kapan perlu mengorder makanan tertentu via Alexa Amazon.

Dua, minimnya performance lini industri GE seperti power turbines, jet engines, locomotives, dan mesin MRI.
Tanpa suntikan dana dari GE Capital yang telah kembang-kempis, sulit bagi mereka untuk memutar dana operasional. Padahal, 43 persen saham GE dipegang oleh investor individu, jadi mereka perlu membayar dividen yang besar.

Posisi GE sebagai perusahaan terbuka tampaknya sangat membebani operasional. Ini membuat manajemen sangat “Wall Street-oriented” alias berorientasi Wall Street, asal investor senang. Padahal, salah satu syarat longevity suatu perusahaan adalah eksekusi visi dan paralelitas visi dengan fakta di lapangan, bukan semata-mata “asal investor senang.”

Tiga, optimisme berlebihan dan ketimpangan visi.
Para CEO GE setelah Jack Welch sangat optimistis dan mempunyai visi berbeda-beda yang tidak sesuai dengan kebutuhan masa kini dan masa depan. Perbedaan memang baik, namun ketidakmampuan mengaplikasikan visi agar paralel dengan kebutuhan jelas merupakan hal yang dapat mematikan pertumbuhan.

Jeff Immelt, misalnya, dikenal dengan karisma magnetik yang terdengar seperti pemimpin besar, namun ia lebih merupakan salesperson yang baik. Skill menjual memang penting, namun dalam manajemen perusahaan, kepemimpinan yang mumpuni lebih penting.

Akhir kata, GE memang masih punya harapan untuk memperbaiki diri. Apalagi ia merupakan perusahaan legendaris. Kita simak.[]

KONTAN DAILY, Jumat, 25 Januari 2019

Pin It on Pinterest

Share This