Select Page

Kontan 

Download KONTAN Daily Revolusi Digital Setiap Hari

oleh Jennie M. Xue

Setiap hari terjadi revolusi digitalisasi dalam inovasi. Tentu tidak kita sadari, karena mustahil kita bisa mengamati setiap inovasi baru di seluruh dunia. Salah satu revolusi digital yang sedang melanda dunia adalah pergeseran dari buku berbentuk kertas ke dalam bentuk buku digital alias ebook. 

Di Indonesia, ini tentu belum terasa mengingat rendahnya minat baca penduduk serta kurang maraknya industri perbukuan. Di mancanegara, terutama di AS, pergeseran ke digitalisasi sangat menarik.

Salah satu buku yang cukup dalam mengupas proses inovasi dan dampak-dampaknya adalah The Innovator’s Dilemma oleh Clayton Christensen. Salah satu kasus menarik adalah kegagalan para produsen musik untuk mempopulerkan musik digital MP3 dan MP4 yang akhirnya dipopulerkan oleh Apple dengan iTunesnya.

Bayangkan produk-produk sebelumnya, seperti CD yang menggantikan kaset, DVD menggantikan Beta dan VHS, streaming video yang menggantikan DVD, email yang menggantikan faksimili, dan Internet yang menggantikan suratkabar yang tiap pagi diantarkan tukang koran. Memang produk-produk yang digantikan tersebut masih ada, namun sudah tidak lagi menjadi produk utama. Produk-produk kadaluwarsa tersebut menjadi niche product.

Suatu hari, buku-buku cetak akan menjadi produk unik niche. Sebagaimana juga lilin kini bukan lagi produk utama yang digunakan untuk menerangi rumah, namun sebagai dekorasi interior maupun asesoris meditasi belaka. Faksimili tetap digunakan untuk kasus-kasus tertentu di mana email dan scanner tidak dijumpai. Mesin faks bukan lagi digunakan untuk komunikasi utama, namun sebagai cadangan. Merekam video pun sudah tidak lagi menggunakan pita rekam, kecuali untuk video kamera yang agak tua. 

Penerbit buku internasional seperti Simon and Schuster atau Random House semestinya lebih peka akan trend buku-buku elektronik, karena sesungguhnya merekalah yang paling berkepentingan. Seperti Sony dengan walkmannya, semestinya berkepentingan untuk mempopulerkan musik-musik berbasis MP3 dan MP4, namun Apple malah lebih progresif dengan iTunesnya. 

Strategi penerbit-penerbit internasional dalam “mengendalikan” perkembangan buku-buku digital termasuk mengendalikan harga ebook dari buku-buku terbitan mereka. Dengan memberikan opsi bagi para pembaca untuk membeli versi cetak maupun versi elektronik, para penerbit telah terjun ke dunia buku digital. Namun masih dengan harapan bisa mengendalikan harga sebagaimana mereka mengendalikan harga dan distribusi buku-buku analog. 

Menurut Barry Eisler, penulis buku-buku thriller best-selling yang bermukim di San Francisco, bisnis yang baik memberikan apa yang dibutuhkan oleh konsumen, bukan memaksakan kehendak kepada konsumen. Dalam dunia buku digital, harga bukan lagi merupakan faktor penentu utama karena harga bisa ditekan menjadi sangat rendah mengingat sangat minimnya overhead cost yang dibutuhkan. Eisler sendiri menjual ebooknya dengan harga berkisar USD 2.99. Sangat terjangkau pembeli dan ia mendapatkan 70% dari harga sebagai keuntungan. 

Dalam digitalisasi produk, seperti ebook maupun aplikasi komputer, harga 99 sen alias IDR 12.000 bisa saja dipasang untuk produk yang diproduksi dalam waktu panjang dan memakan banyak energi. Sepanjang leverage bisa digandakan berkali-kali lipat, bahkan jutaan dan miliaran kali, harga yang super rendah tetap mempunyai justifikasi. Di masa produk-produk analog, berbagai overhead yang tinggi harganya merupakan rintangan utama pricing rendah. 

Dalam era digital ini, yang menjadi kunci daya tarik produk bukanlah lagi harga, namun pemenuhan kebutuhan instan, fitur-fitur produk, dan estetika yang menarik. Kompetisi berbasis inovasi merupakan kompetisi sesungguhnya. Inovasi fitur dan inovasi konten merupakan dua kunci keberhasilan produk-produk digital dan menjadi motor revolusi digital setiap hari.

Milyarder digital tercipta setiap hari. Ide-ide jenial mereka dalam inovasi fitur maupun inovasi konten membawa peradaban manusia ke masa depan yang lebih baik. Dan mempertebal akun bank mereka. Bukankah kini adalah era yang luar biasa? Setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk mempelopori suatu revolusi. Revolusi digital dimulai dari laptop Anda.[]

KONTAN Daily, Jumat 25 April 2014

Pin It on Pinterest

Share This