Select Page

[Download PDF KONTAN DAILY Relevansi Leica di Era Digital]

oleh Jennie M. Xue

Para penggemar fotografi pasti kenal betul dengan nama Leica. Jika Anda pengguna Leica, bisa dipastikan Anda kenal dunia fotografi luar dalam, berkantong tebal, dan kritis akan keindahan dan kualitas. Dari survei terbaru, hanya 10 persen penggemar fotografi yang berniat membeli produk Leica dan hanya 10 persen dari yang berniat tersebut yang sungguh-sungguh akan membelinya.

Kamera Leica adalah kamera legendaris yang mereknya tergolong dalam kategori passion luxury product. Dibandingkan dengan wearable luxury product, seperti Louis Vuitton dan Gucci, produk-produk Leica hanya diminati oleh segelintir penggemar fotografi tingkat advanced.

Leica Camera AG adalah perusahaan optik Jerman yang memproduksi kamera dan lensa. Perusahaan ini dikenal dengan kamera rangefinder, viewfinder, dan reflex. Prototipe Leica pertama diproduksi di pertengahan 1920an. Dikenal dengan inovasinya yang luar biasa, ia memperkenalkan image frame sideways dengan film 35 mm. Di masa itu, cine-camera dengan film-strip lebih populer.

Leica generasi kedua tahun 1932, menggunakan rangefinder dan viewfinder dengan lensa interchangeable. Setahun berikutnya, generasi ketiga diperkenalkan dengan slow speed shutter control dan fast 1/1000th shutter speed. Generasi ketiga ini sangat populer hingga tahun 1950an.

Untuk memperingati usia satu abad kamera pertamanya, Leica Camera AG memperkenalkan kamera digital tanpa display, hanya dengan viewfinder. Sangat retro chic dan dijual seharga USD 16.545. Ternyata, di era kamera digital dan smartphone yang super mudah digunakan, masih ada tempat untuk kamera super ini.

Sebagai bisnis, Leica mengalami banyak tantangan, selain demokratisasi teknologi fotografi yang kini sangat murah dan meriah. Strategi bisnisnya, ternyata Leica hanya mempertahankan kekuatan sejarah dan kepercayaan konsumen akan kehebatan kamera ini.

Leica mempertahankan bentuk kamera ala tempo doeloe yang berbentuk kontak. Tanpa lensa, tubuh kamera tersebut dijual USD 6.500 di AS. Sedangkan lensanya yang dikenal sangat tajam dan berkualitas tinggi, sangat baik digunakan dalam cuaca dan keredupan apapun.

Sebagai ikon kultural, Leica digunakan oleh para fotografer dan pengguna terkenal seperti Henri Cartier-Bresson, Robert Capa, Robert Frank dan Ratu Inggris. Bahkan Steve Jobs membandingkan kekuatan kamera iPhone dengan “kamera Leica.”

Tantangan teknologi dihadapi ketika lensa Leica yang membutuhkan sensor lebih peka dibandingkan dengan yang digunakan di dalam kamera digital ternyata tidak kompatibel sebagai lensa telpon genggam. Lensa tersebut terlalu besar, sehingga tidak nyaman bagi pemakai.

Penolong Leica dari kebangkrutan adalah Andreas Kaufmann yang mempunyai saham minoritas di dalam perusahaan. Ia memperkenalkan kembali M Model dengan lensa yang dapat ditukar.

Di tahun 2011, Leica kembali meraup laba setelah mendapat suntikan dana dari Blackstone Group yang memegang 44 persen sahamnya. Data terakhir menunjukkan omzet 337 juta Euro dengan kenaikan penjualan 35 persen.

Tantangan berikut Leica adalah menawarkan produk-produk berkualitas dengan price point yang tetap tinggi namun dapat menjangkau para profesional fotografi.

Ini telah dimulai dengan meninggalkan kamera R Series yang diperkenalkan di tahun 1976 yang tidak lagi kompatibel. Perkembangan teknologi fotografi mengharuskan Leica untuk meninggalkan Seri R dan memfokuskan diri pada Seri M.

Tidak banyak produk-produk passion luxury yang bisa bertahan lebih dari satu abad. Leica pantas diacungi jempol untuk prestasinya. Dibandingkan dengan Kodak yang kini telah mengundurkan diri dari dunia industri kamera, Leica malah semakin kinclong.

Digitalisasi kamera klasik Leica membuka pintu bagi pengembangan kelas produk baru. Kapabilitas, kualitas, kompatibilitas, dan kompetisi (4K) adalah kerangka strategi bisnis Leica yang dipertahankan. Tentu peran sejarah dan aura majestik bentuk klasik yang dipertahankan tetap berperan.

Ketika afordabilitas elektronik dipadukan dengan kekuatan sejarah dan kualitas spektakuler teknologi optik legendaris, Leica mampu melontarkan diri kembali sebagai ikon kultural. Jika Anda mempunyai produk yang semakin tidak relevan, teladani jejak langkah Leica. Carilah kompatibilitas baru dengan memanfaatkan data-data sejarah produk. Bentuk kelas produk baru, jika diperlukan.

Leica tetap pemenang dan untuk mempertahankan status jawara, kerangka 4K adalah kuncinya.[]

KONTAN DAILY, Jumat, 24 Maret 2017

Pin It on Pinterest

Share This