Select Page

[Download PDF KONTAN DAILY Mencintai Kesulitan]

oleh Jennie M. Xue

Mungkin tidak banyak yang kenal nama Raymond “Ray” Zinn. Ia adalah pendiri dan CEO Micrel, perusahaan microchip dan semiconductor di San Jose, Silicon Valley. Perusahaan ini didirikannya di tahun 1978, sehingga ia adalah CEO terlama di lembah silikon ini. Hebatnya lagi, ia legally blind alias “buta penglihatan.”

Cacat matanya yang tidak dapat dipulihkan, sama sekali tidak menurunkan semangat kerja, kondisi mental, dan kemampuannya memimpin perusahaan microchip terbesar ke-30 di Silicon Valley dengan hampir 700 pegawai. Spirit ini terbentuk oleh keyakinan “mencintai kesulitan,” di mana seseorang perlu menjalankan hal-hal sulit lebih dahulu sebelum menjalankan hal-hal menyenangkan.

Di Silicon Valley, ia dikenal sebagai CEO legendaris yang berkarya selama 37 tahun hingga di pertengahan 2015, ketika Micrel diakuisisi oleh Microchip Technology yang berbasis di Arizona senilai USD 839 juta. Micrel sendiri dibangun dengan USD 300 ribu bersama partnernya Warren Muller tanpa bantuan venture capital (VC).

Hebatnya, Micrel langsung menghasilkan untung sejak hari pertama pendiriannya. Kecuali di tahun 2002, ketika gelembung dotcom meletus. Ketika ditanya “apa rahasianya,” jawabannya klise: fokus.

Dengan fokus, Ray Zinn mampu melampaui kesulitan-kesulitan bisnis dan yang disebabkan oleh cacat matanya. Termasuk ketika board of directors perusahaan yang didirikannya sendiri memintanya mengundurkan diri. Dengan fokus, ia berhasil menggunakan semua teknologi paling mutakhir untuk menggantikan fungsi matanya.

Salah satu temuannya yang dipatenkan adalah penggunaan radio tanpa perlu disinkronkan dengan transmitter. Selain itu, ia juga mempatenkan metode cepat encoding dan decoding signal RF, seperti yang digunakan untuk pembuka garasi dengan remote control, sistem alarm, dan komunikasi radio dua arah. Paten-paten lainnya pun mempunyai arti sangat penting untuk dunia teknologi modern hingga hari ini.

Dalam bukunya yang berjudul Tough Things First, Zinn menceritakan bagaimana didikan keras ayahnya menjadikannya seperti sekarang. Sebagai atlit lari track and field yang tidak berkaki panjang, ia perlu stamina dan kecerdasan ekstra untuk mengungguli lawan-lawannya. Ia juga dikenal sebagai atlet senam gymnastic serba bisa yang sangat lentur dan kuat.

Kelenturan dalam kekuatan merupakan kunci kedua suksesnya.

Baginya, berbisnis identik dengan menjadi atlet. Seorang pebisnis perlu berdisiplin diri sangat tinggi sehingga apapun yang dilakukannya bermuara pada satu gol. Dengan sendirinya, dorongan berkarya berasal dari fokus yang luar biasa, sehingga hasilnya menjadi “terbaik.”

Ambillah contoh Microsoft yang mengalahkan Ashton-Tate, Lotus 123, dan WordPerfect. Mengapa demikian, padahal Microsoft bukanlah perusahaan yang menghasilkan produk-produk sempurna? Jawabannya: Karena tiga kompetitor tersebut bukanlah yang terbaik.

Zinn berpendapat bahwa dengan disiplin diri kuat, kita sedang menjalani evolusi biologi ke tahap lebih tinggi. Makhluk hidup pada umumnya memilih untuk menuai “low hanging fruits” alias “hal-hal yang mudah dicapai.” Padahal ini sangat mudah dijalankan oleh siapapun. Kebiasaan ini tidak membawa evolusi kepada tingkat berikut.

Intelektualitas manusia memberi kemampuan berpikir bahwa lebih baik akar-akaran dan biji-bijian tidak dimakan, namun ditanam kembali untuk makanan masa depan. Inilah yang Zinn sebut sebagai “mencintai kesulitan.” Dan ini membawa manusia kepada evolusi tahap berikut.

Bersulit-sulit dahulu, bersenang-senang kemudian. Bekerja keras dahulu, memetik paten, royalti dan passive income kemudian.

Akhir kata, Zinn mengingatkan kita agar selalu mengolah pikiran dan tubuh agar tetap fit dan optimal. Stamina diri merupakan modal terpenting seseorang. Setiap orang sukses membutuhkan sinkronisasi kesehatan prima setiap aspek kehidupan.

Dengan fokus dan disiplin diri, rintangan apapun pasti bisa diatasi. Pernahkah Anda membayangkan perusahaan Anda dipimpin oleh seorang CEO tunanetra?

Sekarang, bayangkan apa yang akan Anda lakukan seandainya suatu hari mata Anda berhenti berfungsi. Apakah Anda akan berhenti sebagai CEO atau pebisnis? Mengapa? Bagaimana Anda mengatasinya?

Dalam setiap perjuangan awal, pasti ada hal-hal yang sulit. Perlu fokus, disiplin, kelenturan, kekuatan, dan stamina untuk menjalankannya. Setiap individu merupakan kesempatan berevolusi spesies manusia. Jadikan diri kita agen evolusi penting. Minimal bagi diri dan organisasi kita.[]

KONTAN DAILY, Jumat, 30 Desember 2016

Pin It on Pinterest

Share This