[Download PDF KONTAN DAILY Rame-Rame Bikin Startup dalam 7 Langkah]
oleh Jennie M. Xue
Lama merantau di Tanah Seberang, tepatnya di San Francisco Bay Area alias Silicon Valley dan Sacramento, penulis sering mendapat pertanyaan via WA, “Jen, gimana sih bikin startup itu?” Mengingat saya telah berkali-kali diwawancara oleh media mainstream Indonesia dan USA untuk beberapa startup, jadilah penulis “tempat bertanya.”
Walaupun startup penulis barulah berskala kecil menengah (UKM) dan belum berstatus unicorn, mungkin ada beberapa pengalaman dan pengamatan yang dapat di-share kepada pembaca. Minimal, dari fase ideasi hingga operasional tahap awal bisa dianggap cukup sahih.
Satu, kenali berbagai problem yang dapat dibuatkan solusinya dengan aplikasi web dan mobile.
Ini bisa saja sesuatu yang Anda kuasai betul atau cukup make sense apabila solusinya berefek cukup kolosal.
Apa yang Anda pikirkan, bisa jadi sedang dipikirkan oleh ratusan orang. Yang membedakan pemilik startup dengan “pemimpi” adalah ide yang diekseskusi.
Dua, kenali business model dari perspektif user.
Sebagai pencetus ide, seringkali kita “tergoda” untuk “menerapkan ide-ide kita” ala “tiran.” Hindari ini dan berpikirlah dari perspektif user. Idealnya, gunakan support group untuk mengenali selera dan harapan para user akan produk yang sedang dirancang.
Tiga, kenali revenue model yang scalable.
Beberapa revenue model populer antara lain: membership, iklan, pay-per-use, pay-per-download, pay-per-product, komisi atau royalti, dan barter.
Pilihlah yang scalable. Dengan kata lain, dapat digeber untuk jumlah user tidak terbatas. Setiap startup unicorn mempunyai unsur ini yang sangat jelas.
Empat, fase ideasi poin 1 sampai 3 perlu digodok secara matang namun memberi ruang untuk bertumbuh dari kesalahan.
Tiga poin ideasi di atas hendaknya digodok hingga matang. Jika ada partner, semakin berseberangan ide-idenya, semakin ada check and balance.
Jadi, berbagai perbedaan bukanlah sumber perpecahan namun merupakan masukan perspektif berbeda sebagai bahan pembelajaran. Idealnya, startup founders bukan hanya mereka yang mampu bekerja sama dengan baik, namun juga mempunyai skills dan MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) berbeda, sehingga dapat saling melengkapi.
Lima, buatkan business flow untuk estimasi harga web development.
Buatlah business flow berdasarkan persona pengguna. Setiap persona hendaknya jelas usia, jender, jumlah penghasilan, kelas sosial, dan minatnya. Ini penting untuk menentukan login aplikasi dan bagaimana business model dapat dijalankan.
Enam, bangun jaringan pembiayaan.
Bisa saja dari kocek sendiri apabila biaya development masih terjangkau. Jika perlu, lakukan fund raising dan networking ke angel investors.
Financial statement dua tahun pertama, pitch deck, dan business flow dapat digunakan sebagai “proposal” ke calon investor. Gunakan best practices terbaik sebagai benchmark. Jika perlu, kenali preferensi calon investor, sehingga pitch lebih mengena.
Tujuh, launching dan promosikan secara online dengan agresif.
Begitu aplikasi web dan mobile startup Anda selesai, lakukan offline dan online launching serta promosikan secara agresif. Ini tentu tergantung dengan budget Anda.
Minimal, aplikasi web punya SEO (search engine optimization) yang kuat, sehingga trafik organik mengalir secara otomatis. Untuk ini, tim SEO yang kompeten adalah kunci sukses tahap awal dalam mengumpulkan trafik dan member.
Akhir kata, tarik setiap pengunjung situs untuk menjadi anggota aplikasi Anda dengan berbagai cara termasuk gated content berharga, tidak hanya berbagai bentuk diskon dan cashback. Di era startup online ini, jumlah member adalah currency alias mata uang yang sangat diperhitungkan oleh para investor.
Jumlah member merupakan salah satu barometer suksesnya suatu startup, walaupun churn rate pada akhirnya merupakan penentu terakhir.
Selamat berstartup ria.[]
KONTAN DAILY, Jumat, 20 September 2019