[Download KONTAN Daily Psikologi Bullying]
oleh Jennie M. Xue
Hampir setiap orang pernah mengalami di-bully. Bullying adalah suatu tindakan yang merendahkan seseorang yang dilakukan oleh orang lain. Bentuk tindakannya bisa macam-macam, seperti mengejek, menghina, mencemarkan nama baik, hingga memukul dan mengancam dengan kekerasan. Intinya, berbagai cara dilakukan untuk agar pihak lain merasa “tidak nyaman” akan eksistensinya.
Bagi mereka yang bekerja di kantor, berbisnis, maupun menuntut ilmu di bangku sekolah atau perguruan tinggi, bullying sering terjadi. Biasanya pelaku mempunyai “power” atas pihak yang di-bully alias “ditindas.” Sebenarnya, apa psikologi bullying? Bagaimana mencegah dan mengatasinya?
Menurut Susan Heitler, PhD seorang psikolog lulusan Harvard University, bullying biasanya dilakukan oleh orang dewasa yang mempunyai kepribadian “borderline.” Penindasan merupakan suatu bentuk ekspresi keadaan psikologis yang bermasalah kepada pihak lain, termasuk kepada anggota keluarga sendiri. “Psikologi bermasalah” bisa disebabkan oleh rasa cemburu, kekhawatiran berlebihan, ketakutan, dan rendah diri.
Baik pelaku maupun korban bullying perlu ditangani secara serius. Para pelaku agar tidak mengulanginya dan mengobati akar masalah. Para korban agar tidak terluka secara psikologis mendalam sehingga tidak mempengaruhi hubungan dengan orang lain di masa depan. Bullying juga dapat mempengaruhi kesehatan jangka panjang korban, termasuk ancaman penyakit jantung dan masalah maag.
Bagi para manajer, hendaknya memahami betul bagaimana menciptakan lingkungan yang positif dan memberikan motivasi kerja yang kondusif sehingga bullying tidak terjadi. Para manajer sendiri sering kali tidak mengenali bahwa mereka pernah menjadi “pembully” ketika berkata-kata kasar, curiga berlebihan, dan bermindset superior berlebihan.
Tugas para manajer adalah menjaga tempat kerja agar bebas dari bullying. Bagaimana? Mengutamakan harmoni bukan pemenuhan target tanpa ampun, sistem reward berfokus pada kekuatan tim dan sinergi bukan mengenyampingkan dua hal tersebut, dan mengutamakan kerja sama jangka panjang bukan hanya jangka pendek.
Mediasi perlu dilakukan hingga tahap rekonsiliasi apabila sampai terjadi konflik di tempat kerja. Jangan biarkan masalah terkatung-katung dan memperburuk suasana kerja.
Lingkungan kerja yang positif memberikan rasa aman berkreasi dan berekspresi, bukan menyebabkan rasa takut. Dan ini berarti produktivitas tinggi untuk kepentingan organisasi.
Idealnya, setiap anggota tim merupakan manusia dewasa yang memahami cara berkembang sebagai individu. Namun seringkali seorang manajer masih diperlukan sebagai mentor dan pendorong motivasi.
Filsuf Denmark bernama Soren Kierkegaard (1813ñ1855) pernah berkata, “Bullying adalah suatu bentuk kecemburuan di mana pelaku berharap untuk mendapatkan sesuatu dari perbuatan tersebut.” Ia menambahkan bahwa ketika dibully, responnya tidak mengabaikan dan tidak menyerang balik. Ia malah “meminta api” untuk rokoknya dengan nada bersahabat. Pelaku bully menghentikan perbuatannya dan menjadi lebih lunak.
Sebagai anggota tim, mengenali sesama kolega secara cukup mendalam merupakan salah satu strategi agar tidak terjadi bullying. Bukankah seseorang yang merasa cukup dekat dengan orang lain akan merasa sungkan untuk “membully”? Cara “lunak” yaitu dengan mengulurkan tangan lebih dulu sebagai penyambung tali persahabatan bisa cukup efektif.
Apabila bullying telah terjadi, lakukan rekonsiliasi antara pelaku dengan korban dalam waktu sealami mungkin, tanpa tergesa-gesa. Setiap kasus berbeda. Apabila konsultasi dengan seorang psikologi memungkinkan, lanjutkanlah.
Peran seorang manajer dalam menciptakan kultur yang people friendly daripada “hostile” penuh bullying sangatlah penting. Sepanjang otoritas dilakukan dengan tenang dan berwibawa, serta tidak memihak, semestinya bullying bisa dicegah atau diatasi.
Bullying bukan hanya masalah antar individu, namun masalah organisasi yang perlu dituntaskan sehingga tidak menggerogoti kepercayaan, motivasi, dan lingkungan kerja kondusif terhadap produktivitas dan kreativitas optimal.[]
KONTAN Daily, Jumat 30 Januari 2015