Download KONTAN Daily Produktivitas dan Lima Tahun
oleh Jennie Maria Xue
Anda pasti sudah tahu tentang 10.000 jam-nya Malcolm Gladwell dalam Outliers. Nah, saya ingin tambahkan dengan dua konsep lagi, yaitu produktivitas pribadi dan periode lima tahun inkubasi sukses. Dalam pengalaman merantau yang sudah lebih dari 15 tahun, saya telah membuktikan berkali-kali kesahihan “produktivitas pribadi” dan “lima tahun inkubasi.” Sekarang sedang saya terapkan di dalam beberapa proyek baru saya.
Dengan asumsi bahwa Anda telah mencapai 10.000 jam pelatihan akan ketrampilan tertentu, sekarang capailah produktivitas tertinggi atau optimalisasi dengan memperhatikan output (hasil) per jam atau per hari. Satu kelemahan sistem pengukuran produktivitas di Indonesia adalah: kerja seseorang dibayar per bulan, bukan per jam.
Akibatnya, produktivitas yang dihitung per bulan sering kali molor dan tertarik ulur sehingga aktivitas dan output per jam bisa saja menjadi sangat minim. Dengan kata lain: untuk apa kerja giat-giat, toh dengan santai saja juga gajinya sama dengan mereka yang rajin? Tidak mengherankan para pekerja Indonesia termasuk berproduktivitas rendah yang tentu saja merendahkan competitiveness negara sebagai tempat investasi yang memuaskan.
Untuk itu, pengukuran produktivitas sendiri perlu diganti dari ukuran bulanan atau ukuran lainnya yang terkadang terlalu besar dan beresiko terlalu banyak celah kebocoran penghitungan. Bagi divisi pemasaran, pengukuran produktivitas dilakukan dengan penjualan jumlah unit per bulan serta pemberian komisi per unit terjual selain akumulatif yang dicari rata-ratanya.
Perhitungan produktivitas dalam ukuran jam memungkinkan setiap unit gerakan produksi dan unit barang mentah dicocokkan dan diukur dengan akurat. Dalam hal UMR (Upah Minimum Regional) pun sebaiknya menggunakan ukuran jam. UMR Jakarta sekarang Rp 2,4 juta per bulan. Ini berarti Rp 15.000 per jam.
Negara-negara tempat investasi yang kompetitif ber-UMR sekitar USD 1-2 –an per jam, seperti China, Mexico, dan Vietnam. Dengan UMR hampir sama, yang menentukan tempat pilihan adalah faktor produktivitas per jam yang terukur dengan seksama. Tentu saja, selain itu faktor kestabilan suplai buruh, peraturan perburuhan, stabilitas politik, dan berbagai kestabilan lainnya cukup menentukan keberhasilan efisiensi dan produktivitas.
Lantas, apa hubungannya dengan “lima tahun”? Kembali ke konsep kematangan atas suatu ketrampilan yang membutuhkan 10.000 jam, ini bisa diterjemahkan menjadi 2000 hari dengan asumsi 5 jam latihan kerja per hari atau 5.47 tahun. Kita bulatkan menjadi lima tahun.
Seberapa besar sumber daya yang diperlukan selama masa proses pematangan suatu ketrampilan, jelas bisa diukur dengan metode ini. Produktivitas pribadi baik untuk kepentingan perusahaan maupun untuk kepentingan perencanaan keuangan misalnya, dapat menggunakan metode ini.
Untuk pencapaian gol-gol pribadi pun, metode ini sangat efektif. Bagi para penulis, jumlah kata merupakan unit yang mudah diukur. Seorang penulis produktif bisa menyelesaikan 800 hingga 2000 kata per jam. Tentu ini sangat ditentukan oleh seberapa cepat seseorang mengetik.
Jadi produktivitas menulis seseorang juga sangat ditentukan oleh jumlah kata yang bisa diketik per menitnya. Seorang penulis yang mempunyai kecepatan mengetik 90 kata per menit, misalnya, jelas mempunyai advantage dibandingkan mereka yang hanya mengetik 30 kata per menit. Dikalikan dengan kecepatan berpikir dalam bentuk tatabahasa yang baik serta substansi tulisan, produktivitas final bisa diperkirakan, dijalankan, dan dipertahankan.
Kuantifikasi produktivitas per jam dengan berbagai variabelnya ini ketika ditempatkan di dalam kerangka 10.000 jam alias lima tahun pelatihan untuk inkubasi sukses, maka diperoleh suatu kerangka luar biasa. Gunakan kerangka seperti ini dalam berbagai proyek perlu dicapai dalam waktu tertentu dengan produktivitas optimal. Silakan dicoba dengan variabel-variabel berbeda.[]
KONTAN Daily, 29 November 2013