Select Page

jaring news

Roubini2

oleh Jennie S. Bev

Bagaimana kondisi ekonomi Indonesia di tahun 2013 masih merupakan tanda tanya.

CALIFORNIA, Jaringnews.com - Ekonom Nouriel Roubini memprediksi akan terjadi resesi global yang sempurna alias 'The Perfect Storm' di tahun 2013. China sedang dalam proses pelemahan cukup signifikan dan Eropa sedang dalam krisis besar. Cina sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir, saling terkait dengan developed countries di Eropa dan Amerika Utara dalam saling menggiring ekonomi ke bawah.

Dalam semester kedua 2012, diprediksikan akan terjadi peningkatan growth sampai 4 persen di AS. Terhitung Juni 2009, AS sedang tertatih-tatih dalam economic recovery yang ditandai dengan kemunduran berupa double dip housing crisis dan angka pengangguran yang meningkat kembali. Saat ini, sekitar 6,8 juta orang tidak mempunyai pekerjaan tetap penuh waktu. Housing crisis saat ini telah mencapai dasarnya yang akan berlangsung hingga 2013 dan diharapkan akan terjadi peningkatan harga-harga properti di 2014.

Sementara AS dalam fase recovery, belahan dunia lain diprediksikan akan mengalami krisis kolosal. Bagaimana dengan Indonesia dan apakah prediksi 'perfect storm' di tahun 2013 akan turut dialami?


Investasi dan konsumsi lokal Indonesia yang jauh melebihi ekspornya masih merupakan primadona bagi ekonomi nasional. Struktur ekonomi Indonesia yang berdimensi dua:manufacturing kuat di Jawa dan sumber daya alam kuat di luar Jawa, merupakan perisai yang tangguh dalam melindungi ekonomi nasional dari krisis yang terjadi di luar Indonesia.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengacu kepada prediksi tahun 2013, naik dari 6,8 persen ke 7,2 persen. Konsumsi rumah tangga akan meningkat dari 2,62 persen ke 2,85 persen dan investasi dari 3,03 persen ke 3,13 persen. Suku bunga BI dipertahankan pada 5,75 persen yang diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi.

Investasi asing meningkat dari 30,3 persen ke Rp 51,5 triliun (sekitar US$ 5,6 miliar) di kuartal pertama setelah peningkatan credit rating oleh Moody’s pada 18 Januari, sebagaimana diutarakan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan. Indonesia juga menargetkan investasi asing sebesar Rp 206,8 triliun (sekitar US$ 22,43 miliar).

Imbas dari krisis global tidak terlalu dirasakan sampai saat ini, mengingat pasar lokal yang sangat kuat. Namun, mining industry telah mulai tersendat setelah dikeluarkannya Peraturan Menteri Pertambangan RI No 29/M-DAG/PER/5/2012 tentang Ekspor Pertambangan Produk Pertambangan. Permendag ini mensyaratkan penambahan nilai terhadap produk-produk pertambangan sebelum diekspor dalam bentuk pengolahan sehingga berbentuk setengah jadi. Dalam waktu dekat, juga diperkirakan akan dikeluarkan peraturan yang mengenakan bea ke luar sebesar 20 persen sampai 50 persen terhadap 65 bahan tambang.

Peraturan ekspor hasil tambang ini akan membawa penurunan ekonomi yang cukup signifikan, mengingat Indonesia merupakan salah satu pengekspor batu bara terbesar dengan 370 juta ton tahun lalu. Selama ini, pertambangan mengkontribusi sekitar 4 sampai 5 persen kepada GDP nasional, namun sangat signifikan bagi GDP daerah. 'Booming' pertambangan mereda secara cepat mengingat peraturan baru yang bersifat proteksi non-tarif. Segala bentuk proteksi tarif dan non-tarif berdampak langsung terhadap investasi dan rencana-rencana investasi bisnis.

Selain itu, kepekaan terhadap harga minyak yang telah membawa Indonesia ke 'krisis mini' di tahun 2005-2006, misalnya mempunyai pengaruh laten di masa depan. Namun juga perlu diperhatikan debt-service ratio Indonesia yang saat ini cukup rendah yaitu 21.6 persen (lebih rendah dari batas 30 persen).

Secara umum, prediksi Nouriel Roubini tentang 'The Perfect Storm' krisis global 2013 bertentangan dengan para penganut 'Asian Century', di mana negara-negara dengan filosofi Timur-nya yang kenyal dan tabah terhadap segala bentuk krisis. Aset tak terlihat Asia memang adalah filosofi Timur-nya yang ternyata sejalan dengan kebutuhan era peka ekologi dan peka HAM ini. Segala bentuk CSR, misalnya, sudah sejak zaman Confusius diajarkan dan diterapkan secara tidak langsung melalui berbagai bentuk karitas yang menjadi bentuk sustainability modern dalam implementasi di dalam institusi-institusi.

Bagaimana kondisi ekonomi Indonesia di tahun 2013 masih merupakan tanda tanya. Jika prediksi Roubini tepat, jelas terbuka kemungkinan prediksi Hatta Rajasa meleset. Namun, mengingat berbagai indikator dan struktur ekonomi Indonesia yang sangat unik, termasuk populasi yang luar biasa besar dan berpenduduk mayoritas usia muda dan usia produktif, tidak tertutup kemungkinan keunikan-keunikan inilah yang akan menyelamatkan Indonesia dari 'The Perfect Storm', sebagaimana yang selama ini dinikmati.

Faktor kestabilan politik mungkin selama ini termasuk baik, sehingga tidak terlalu mengguncangkan kestabilan ekonomi. Namun mengingat 2014 adalah tahun pemilihan umum, politik partai semakin gencar dan semakin mempunyai dampak sosial dan ekonomi. Bagaimana meyakinkan investor luar dan dalam negeri untuk tidak terpengaruh faktor ini merupakan tantangan bagi semua.[]

Jaring News, 22 Mei 2012

 

Pin It on Pinterest

Share This