Select Page

still-life-450

Kontan Logo

[Download PDF KONTAN Weekly Persepsi dan Tidying Up]

oleh Jennie M. Xue

Setiap individu, organisasi, bangsa, bahkan negara sebagai suatu institusi, pasti mempunyai persepsi akan diri sendiri maupun akan dunia luar. Persepsi diri yang positif akan membangun persepsi yang positif pula tentang diri kita di dalam benak orang lain.

Persepsi diri sangat penting artinya dalam membangun mindset alias pola pikir. Ujungnya bermuara kepada tingkat kemajuan suatu peradaban.

Salah satu instrumen terbaik untuk membangun persepsi positif adalah melakukan tidying up besar-besaran. Apa arti “tidying up” di sini sebenarnya?

Membuang benda-benda yang tidak diperlukan, merapikan tempat kerja, dan membangun kebiasaan baru dengan mengutamakan simplicity (kesederhanaan bentuk) dan tidak menumpuk apapun. “Tidying up” di sini arti konteksnya adalah “membersihkan secara besar-besaran.”

Beberapa prinsipnya. Satu, buanglah apa pun yang tidak lagi digunakan dan ada duplikatnya. Dua, setelah proses “eliminasi dengan membuang,” baru pertimbangkan apa saja yang perlu disimpan. Tiga, simpanlah apa yang perlu disimpan dalam suatu sistem yang tertata alias mudah diambil apabila diperlukan. Empat, ulangi proses eliminasi secara besar-besaran selama beberapa bulan sekali, sedangkan eliminasi dalam lingkup kecil dilakukan setiap saat.

Di negara-negara empat musim, biasanya ketika salju musim dingin mencair, “spring cleaning” alias membersihkan rumah secara besar-besaran untuk menyambut datangnya musim semi mulai dilakukan. Ini merupakan momentum penting dalam menjaga keberlangsungan kehidupan, di mana perlengkapan musim dingin disimpan di gudang dan perlengkapan musim semi dan musim panas dikeluarkan.

Maria Kondo, penulis buku best-seller yang telah terjual lebih dari 2 juta kopi berjudul “The Life-Changing Magic of Tidying Up: The Japanese Art of Decluttering and Organizing” menuliskan bahwa suasana tempat kerja sangat menentukan kualitas kerja, mengingat kekacauan pikiran sangat dipengaruhi oleh kekacauan yang dilihat oleh mata biologis.

Persepsi membentuk pikiran dan pola pikir serta sebaliknya.

Sepanjang jalan-jalan di Jakarta dan kota-kota lainnnya di Indonesia, kebersihan masih jauh dari memadai. Dibandingkan dengan standar kebersihan lingkungan Singapura dan Jepang, misalnya, standar Indonesia masih jauh dari memadai. Padahal, menggunakan framework Maria Kondo, kerapihan dan kebersihan lingkungan sebagaimana desain-desain simpel ala Zen mempengaruhi pola pikir dan perilaku.

Mereka yang pernah belajar Psikologi pasti mengenal bahwa otak bersifat plastis, di mana perilaku membentuk pola pikir dan pola pikir membentuk perilaku. Dalam konteks Psikologi Sosial, kebersihan dan kerapihan lingkungan membentuk pola pikir dan perilaku lingkungan individu dan sebaliknya.

Dengan memastikan kebersihan dan kerapihan lingkungan kota dan negara, maka perilaku individu pun akan terpengaruh dan keplastisan otak setiap individu membentuk kebiasaan yang bersih dan rapih, yang juga berlaku di setiap segi kehidupan. Ini merupakan tantangan besar bagi Indonesia di mana membuang sampah sembarangan telah menjadi fakta sisi kultur yang tidak menyenangkan.

Lingkup yang lebih kecil dari negara dan lebih besar dari diri sendiri adalah organisasi, perusahaan, kantor, dan tempat kerja lainnya. Prinsip yang sama juga berlaku di sana.

Lakukan pembersihan besar-besaran selama enam bulan sekali. Buang segala sesuatu yang tidak disentuh lagi selama enam bulan terakhir, kecuali dokumen-dokumen penting yang perlu disimpan sebagai arsip.

Bangun kebiasaan (habit) di mana setiap pekerjaan maupun benda tidak ditumpuk dan diabaikan bahkan dilupakan. Selesaikan dan tuntaskan setiap tugas, aktivitas, dan benda yang dipakai. Bangun sistem sehingga tidak terjadi penumpukan, termasuk ketika sesuatu perlu disimpan.

Kebiasaan baru akan terbentuk setelah suatu aktivitas dijalankan selama 21 hari berturut-turut atau lebih. Menurut para pakar kebiasaan (habit) dan pakar Psikologi, setiap kebiasaan kecil yang dijalankan secara terus-menerus membentuk pola pikir, persepsi, dan juga diri kita secara keseluruhan.

Ketika persepsi yang dibangun oleh pandangan mata kita positif, maka pikiran dan pola pikir pun menjadi positif, produktif, dan kreatif. Bayangkan bagaimana suatu diri kita, organisasi, tempat kerja, dan negara bisa menjadi lebih baik berkali-kali lipat secara simpel hanya dengan mulai membenahi kebersihan dan kerapihan.

Kebersihan dimulai dari hal kecil ke hal besar. Tidak ada istilah “malas ah” atau “buat apa?” Kita hidup untuk jangka panjang sebagai individu dan organisasi. Dan persepsi positif sangat mudah dimulai. Ayo, dimulai. Jangan malas.[]

KONTAN Weekly, 7-13 Desember 2015

Pin It on Pinterest

Share This