Select Page

Luar Biasa

LUAR BIASA Pemimpin Makan Terakhir

oleh Jennie M. Xue

Di Indonesia, para priyayi mempunyai kebiasaan dilayani. Ini merupakan salah satu bentuk struktur sosial yang masih sangat kasat mata di abad ke-21 ini. Terlihat jelas siapa yang “melayani” dan “dilayani.” Struktur sosial seperti ini membentuk default state bahwa “mereka yang punya uang dan kedudukan-lah yang dilayani.”

Perhatikan di tempat kerja, pasti ada “golongan” direktur dan komisaris, “golongan” eksekutif manajer dan subordinatnya, dan “golongan” wong cilik seperti office boy/girl, supir, pesuruh, dan satpam. Bagi seseorang yang sudah terbiasa hidup di negara barat dengan struktur yang lebih egaliter, saya terbiasa mengambil makanan dan minuman sendiri serta mengerjakan banyak hal sendiri, seperti memfotokopi dan menyapu kantor.

Saya sudah sangat terbiasa memandang seseorang dari kapasitas diri dan hati daripada dari statusnya. I reach out to others. Saya tidak berdiam diri ketika aktivitas perlu dijalankan dan bersuara perlu dilakukan demi efektivitas dan produktivitas.

Apalagi sebagai CEO perusahaan berbasis virtual di Silicon Valley, apa saja pasti saya kerjakan sendiri mulai dari mempersiapkan pekerjaan, membeli berbagai keperluan kerja, dan melakukan berbagai presentasi dan lobi bisnis dan kontraktor independen yang dipekerjakan. Sebelum mempunyai bisnis sendiri, saya juga terbiasa bekerja dengan otak sebagai kerah putih maupun membersihkan tempat kerja yang merupakan kegiatan “kerah biru.” Tidak ada pekerjaan yang tabu buat saya di Amerika Serikat.

Di Indonesia, ternyata saya “dimanjakan” dengan koki di rumah dan para office boy/girl yang selalu siap membantu di tempat kerja. Struktur sosial seperti ini mungkin diperlukan di masa lalu dan mengingat hampir separuh (48%) penduduk Indonesia hanya mengenyam pendidikan SD, sehingga tidak mempunyai ketrampilan dan keahlian lain untuk bekerja sebagai “kerah biru” apalagi “kerah putih.” Namun, sebaiknya setiap pemimpin menyadari bahwa ia sesungguhnya adalah bukanlah seseorang yang perlu dilayani secara khusus.

Why Leaders Eat Last merupakan buku terbaru dari pakar kepemimpinan dari think-tank internasional RAND Corporation Simon Sinek. Buku terdahulunya berjudul Start with Why. Ia mengajak para pembaca dan klien coachingnya untuk menyadari pentingnya menjadi pemimpin yang berpandangan egaliter, menghargai prestasi setiap individu, dan menciptakan lingkungan yang membuat setiap anggota tim terpacu untuk bekerja karena cinta. Seorang pemimpin yang sebenarnya akan mendahulukan orang lain dan para subordinatnya.

Kecintaan akan pekerjaan dan posisi seseorang di dalam organisasi merupakan inti dari sukses suatu bisnis. Kesuksesan perlu dibangun dari setiap individu dalam setiap aktivitas kecil dan di setiap hari. Kesuksesan-kesuksesan kecil membentuk kesuksesan besar yang masif dan bertaraf institusional.

Setiap pemimpin mempunyai tim yang dipimpinnya, walaupun mungkin tim tersebut tidak berbentuk “tim” secara formal. Untuk bekerja efektif, efisien, dan produktif, tim tersebut perlu merasa nyaman. Ini adalah tugas seorang pemimpin untuk membangun suasana yang kondusif. Ketenangan merupakan dasar dari segalanya.

Rasa tenang untuk berkarya perlu dipertahankan terus-menerus oleh pemimpin dan para subordinat. Seorang pemimpin membangun kondisi yang nyaman bagi subordinat untuk mengemukakan pendapat, berkomunikasi secara horisontal dan vertikal, dan bebas berkarya sepanjang hasil yang diharapkan tercapai. Juga, ia perlu “menjamin” bahwa apapun yang dijalankan oleh para subordinat dipercaya integritasnya.

Dalam suasana “I get your back” alias “saya membelamu,” maka para anggota tim mempunyai hati yang lebih besar untuk berani berinovasi. Ini merupakan sumbangsih terbesar seorang anggota tim. Dan seorang pemimpin hanya perlu membangun suasana yang nyaman saja.

Jokowi mempunyai sifat yang tenang dan easy going, bahkan dikenal dengan istilah “aku ora opo-opo.” Ini merupakan salah satu bentuk pembangun suasana. Kepemimpinan ala Jokowi sekarang dan Gus Dur di masa lampau bisa dijadikan benchmark yang berharga. Karena idealnya, seorang pemimpin bukan makan lebih dulu, namun berada di urutan terakhir.

Seorang pemimpin adalah “penjaga” timnya dan memberikan rasa aman, nyaman, dan tenang. Dalam suasana seperti inilah, inovasi baru bisa ditelurkan dengan jenial.[]

LUAR BIASA, Oktober 2014

Pin It on Pinterest

Share This