Download KONTAN Daily Panda dan Serigala
oleh Jennie S. Bev
Tahukah
Anda bahwa jumlah panda di dunia hanya sekitar 1.900 (seribu sembilan ratus)
saja? Sisa di alam liar hanya 1.600 (seribu enam ratus) ekor dan yang hidup di
penangkaran dan kebun binatang sekitar 300. Sekarang bandingkan dengan jumlah
bayi manusia yang lahir di Indonesia yaitu 3.5 juta sampai 4.5 juta setiap
tahun. Berapa bayi yang lahir per hari? Sekitar 11.000 (sebelas ribu). Ya,
dalam satu hari.
Bandingkan
dengan Singapura yang dalam satu tahun kelahiran 6.500 (enam ribu lima ratus) bayi
dan jumlah penduduk hanya sekitar 4.8 juta, Indonesia jelas membludak. Belum
lagi kalau kita hitung berapa yang lulusan S1 di Indonesia? Hanya sekitar 2
sampai 4 persen saja dan separuhnya hanya berpendidikan SD atau kurang.
Dalam
satu hari lahir bayi di Indonesia yang jumlahnya hampir 2 kali lipat angka
kelahiran Singapura per tahun. Dan hampir 6 kali lipat jumlah panda di seluruh
dunia.
Luar
biasa bukan? Overpopulasi di Indonesia sudah sedemikian tinggi dan kualitas SDM
yang pas-pasan bahkan termasuk “agak di bawah standar internasional” ini
merupakan ancaman sosial, politik, dan ekonomi Indonesia. Namun tentu saja ini
tidak begitu disadari oleh mereka yang sehari-hari hidup di Tanah Subur Hijau
Royo-Royo ini. Bagi mereka yang memandang Indonesia dari luar dan bisa dengan
mudah mengkomparasikannya dengan negara-negara lain, jelas ini cukup menganggu.
Jangan
cepat tersinggung dulu. Kalau saya tidak perduli dengan Indonesia, untuk apa saya
utarakan hal ini? Persepsi dari perspektif global ini perlu diketahui para
manajer, pengusaha, dan pengambil keputusan lainnya. Jangan terlena dan
komplasen alias “nyantai habis emang gue pikirin” attitude.
Kompetisi
hidup, karir dan bisnis sudah sedemikian luar biasa, kadang tidak terkendali. Fokus
sudah menjadi barang langka dan multitasking
alias mengerjakan beberapa hal bersamaan malah lebih populer. Ini salah kaprah
karena tanpa fokus akan sulit mencapai kualitas tinggi yang memenuhi standar
tinggi.
Panda
yang langka ini mempunyai sifat alami yang sangat fokus akan kegiatan utamanya
yaitu memakan bambu. Mereka tidak begitu tertarik untuk kawin dan berhubungan
seks, yang merupakan salah satu faktor penyebab kelangkaan mereka. Dari ovulasi
betina yang hanya satu kali dalam satu tahun (manusia 12 kali setahun) dan masa
subur yang hanya 36 sampai 48 jam saja, serta probabilitas keberhasilan
kopulasi yang hanya 2 persen, keadaan hormonal mereka meningkatkan kesempatan
mereka untuk fokus tentang kehidupan, bukan tentang “kawin” alias seks belaka.
Kebiasaan
panda ini sangat menarik untuk diteladani oleh manusia Indonesia yang sudah overpopulated.
Pak
serigala (wolf pack) juga merupakan
fenomena yang bisa dipelajari. Pertama, gerombolan serigala ini mempunyai
struktur sosial yang rumit bak institusi manusia. Kedua, pemimpin alpha wolf
bisa jantan maupun betina. Dalam struktur sosial hewan lainnya, biasanya alpha
adalah jantan. Dalam pak serigala, ekualitas sudah merupakan fundamen yang
alamiah bagi mereka.
Ketiga,
status alpha, beta, sampai omega (terbawah) sangat jelas di mana yang terlemah
seperti anak-anak, para serigala lansia dan yang cacat fisik menduduki status
terendah. Keempat, para jantan dan betina yang kuat fisiknya mempunyai “tugas”
melindungi kelompok dengan bertugas sebagai penjaga/pelindung mereka yang
lemah, pemburu mangsa, dan pembagi makanan. Kelima, walaupun para pemburu
mendapatkan fasilitas makan hasil buruan pertama, seringkali mereka mengalah
bagi mereka yang lemah dan sakit. Keenam, mereka saling menjaga anak-anak
ketika harus “bertugas.”
Banyak
yang bisa kita pelajari dari kehidupan panda dan serigala. Panda hidup soliter
dan sangat fokus akan kehidupan, tidak memikirkan “kawin” alias “seks.”
Serigala sangat sadar akan tugas dalam kelompok dan menjaga “keadilan.” Panda
dan serigala sama-sama hewan luar biasa yang hidup berdasarkan naluri yang
hebatnya seakan-akan dilatih secara khusus.
Jadi,
ketika tim Anda terdiri dari individu-individu yang pikirannya seks melulu dan
tidak fokus akan pekerjaan. Anda bisa “sindir” bahwa panda saja lebih fokus
daripada mereka. Juga ketika menjumpai tim yang jelas strukturnya, kerja
serabutan sana-sini dan bermental EGP, maka serigala lah merupakan teladan yang
bisa digunakan. Kita ini manusia, masa kalah dengan panda dan serigala?[]
KONTAN Daily, Jumat 20 September 2013