[Download PDF KONTAN DAILY Pasang Surut Lego]
oleh Jennie M. Xue
Konsultan McKinsey bernama Jørgen Vig Knudstorp bergabung dengan Lego di tahun 2001 dan menjadi CEO di tahun 2004. Lego Group produsen maintain blok-blok berwarna-warni yang bisa dipasang copot dengan mudah merupakan mainan favorit anak-anak di era pra digital.
Di tahun 2003 dan 2004, Lego mengalami masa surut hampir bangkrut dengan kerugian USD 400 juta dari omzet yang hanya USD 1 miliar. Sedangkan Taman Bermain LEGOLAND telah dijual. Lego Group sedang sekarat dan membutuhkan rencana radikal untuk kembali bangkit dan bertumbuh.
Sepuluh tahun kemudian, di tahun 2013, omzet mencapai USD 4,5 miliar dengan keuntungan mencapai USD 1,5 miliar sebelum pajak. Market share di dalam industri mainan anak-anak berlipat ganda dari hanya 2 persen di 2004 menjadi 5 persen di 2012.
Lego Group mengakuisisi HASBRO sebagai produsen mainan anak-anak terbesar kedua di dunia setelah Mattel. HASBRO dikenal dengan merek-merek andalannya Angry Birds, Bejeweled, Playdoh, Playskool, Scrabble, Star Wars dan lainnya. Dalam hanya 8 tahun, omzet Lego menjadi tiga kali lipat dan gross margin dari 56 persen menjadi 70 persen serta menekan operating costs dari 70 persen menjadi 37 persen.
Sebelum kedatangan CEO Knudstorp, Lego merupakan perusahaan keluarga yang didirikan di kota Billund, Denmark di tahun 1916. Pengrajin kayu Ole Kirk Kristiansen mengawali sebagai bisnis furnitur dan mainan kayu. Godtfred Kirk Kristiansen merupakan penerus dari keluarga.
Filosofi kualitas produksi Lego merupakan daya tarik utama yang membuatnya bertahan hingga seratus tahun. Satu, pengetahuan akan materi dan proses manufaktur yang presisi. Dua, pengutamaan pertumbuhan omzet perlahan namun stabil.
Ternyata, pasar dan konsumen telah berubah dengan digitalisasi mainan. Yang menarik, Lego pernah menerima order cukup banyak, namun filosofi pertumbuhan perlahan menahan mereka untuk berkembang lebih pesat.
Yang mencengangkan, film The Lego berhasil menjadi box office terbesar 2014 dengan USD 69 juta di malam pembukaan dan total omzet USD 468 juta. The Lego merupakan film animasi dengan karakter komedi yang didistribusikan oleh Warner Bros Pictures. Kisahnya berkisar pada minifigurin Lego superhero penyelamat alam semesta. Film ini merupakan kolaborasi AS, Australia, dan Denmark.
Bagaimana kiprah CEO Knudstorp? Ada beberapa prinsip bisnis sederhana yang dieksekusi secara konsisten dan detil.
Most companies don’t die from starvation. They die of indigestion. Kebanyakan bisnis tidak mati karena kelaparan, namun karena ketidakmampuan mengolah apa yang ada. Dengan pengelolaan yang tepat, omzet akan lebih stabil bahkan menanjak secara kontinu.
We don’t have strategies, we have action plans. CEO Knudstorp menerapkan action plans, bukan strategi. “Action plan” adalah daftar yang harus dieksekusi untuk mencapai gol tertentu. Fungsinya untuk klarifikasi sumber-sumber daya berorientasi gol dan derap yang perlu dijalankan.
Eksekusi action plan ini sesungguhnya cukup sederhana, generik, dan tidak macam-macam. Pertama, stabilisasi bisnis dalam 3-4 tahun, sambil memperbaiki apa yang kurang optimal. Dengan stabilitas, maka pertumbuhan organik bisa diharapkan terjadi. Dalam proses inilah, berbagai eksekusi perlu dijalankan dengan seksama.
Knudstorp menambahkan bahwa kepemimpinan yang baik bukanlah semata tentang ide-ide konseptual namun tentang eksekusi. Bagaikan New Year’s Resolution, seorang pemimpin adalah eksekutor yang handal, tepat waktu, dan berorientasi gol. Di Lego Group, eksekusi ini dilakukan oleh 8000 pegawai.
Act your way to the new way of thinking, not think your way to a new way of acting. Seorang CEO sekaliber Knudstorp beraksi dahulu sebelum menentukan jalur pikiran baru. Dengan perhitungan yang optimal, sebenarnya ide sudah bisa dijalankan. Jika terlalu lama dipertimbangkan akan menimbulkan “analysis paralysis.”
Misalnya, setiap Jumat, para manager menyampaikan hasil kerja minggu itu yang dibahas dan dievaluasi. Data yang ada digunakan secara optimal sebagai mekanisme sosial, bukan semata menjadi bagian dari arsip database. Dan Knudstorp memastikan tingkat komitmen dan spirit kerja dengan melakukan inspeksi ke pabrik serta berkomunikasi langsung dengan para buruh.
Knudstorp juga menerapkan cash management yang lebih cermat, fokus ke produk-produk inti, dan menurunkan tingkat kompleksitas yang mengkontribusi sukses. Ia juga mempererat komunikasi dengan konsumen secara langsung dalam komunitas fan Lego yang fanatik.
Singkat kata, Lego berhasil bertahan dengan proses simplifikasi, klarifikasi inti produk, dan peningkatan komunikasi dengan fan. Ditangani oleh bukan anggota keluarga pendiri, Lego kini kembali menjadi produsen mainan tangguh dengan marketshare kedua terbesar di dunia.[]
KONTAN DAILY, 22 April 2016