[Download PDF KONTAN WEEKLY Otomatisasi dan Perbaikan Bisnis]
oleh Jennie M. Xue
Walaupun memiliki gelar MBA atau MM, tampaknya tidak semua orang memiliki entrepreneurial skill yang sama. Sedangkan mereka yang tidak bergelar MBA atau MM sekalipun, cukup banyak yang sukses besar sebagai self-made billionaire.
Di era Industrial Revolution 4.0 nan serba otomatis ini, bisnis yang mengandalkan koneksi dan “pakai feeling saja” tanpa data sudah kadaluwarsa. Entrepreneurial skill yang dikombinasikan dengan otomatisasi dan data sangat penting bagi bisnis. Mari kita bahas tiga faktor utama bisnis era pasca-industri.
Kita mulai dari brainstorming product mix, misalnya. Dengan data yang kini dapat dengan mudah direkam dari POS (point of sale) setiap outlet, produk inventaris dan jumlah unit untuk distok sudah sangat jelas.
Perusahaan-perusahaan yang menjual data untuk kepentingan bisnis pun kini sudah semakin banyak dijumpai. Cukup banyak penjual data manca negara dalam berbagai vertikal yang siap membantu, seperti ResearchNow.com, DataStreamX.com dan BigDataExchange.com.
Setelah data mengenai pasar, kompetitor, perilaku dan kebiasaan konsumen, dan produk dianalisa, seorang pebisnis semestinya mempunyai fondasi cukup untuk melakukan perubahan agar terjadi pertemuan antara data dengan bisnis konkrit. Jika bisnis Anda masih tergolong kecil dan sulit untuk membeli data karena keterbatasan budget dan lain-lain, gunakan berbagai online tools gratis, seperti Google Analytics dan Google Keyword Planner.
Atau gunakan tools yang tidak terlalu mahal seperti BuzzSumo dan LongTailPro. Tentu setiap tool tidak sama dan data yang diperlukan setiap bisnis tergantung produk dan model bisnisnya. Cari saja dengan search engine, kemungkinan besar ada tool yang sesuai.
Dengan data yang telah didapat, ambil keputusan yang terbaik. Misalnya, kapan sebaiknya stok diperbanyak dan keyword apa yang dapat menghasilkan lebih banyak hit ke situs perusahaan. Dengan hit semakin tinggi, konversi leads menjadi pembeli lebih besar. Diharapkan, revenue dan profit juga meningkat.
Selain data, otomatisasikan hal-hal yang membuang waktu, seperti memilah-milah email, dikte, dan workflow lainnya. Salah proses otomatisasi yang paling dikenal adalah posting blog ke RSS yang men-trigger newsletter via email melalui email newsletter provider, seperti MailChimp dan semacamnya. Otomatisasi ini merupakan salah satu solusi bagi proses-proses yang memerlukan ketepatan waktu dan makan biaya.
Zapier adalah salah satu tool otomatisasi yang powerful dan dapat dikategorisasikan sebagai Web 3.0. Di situs Zapier ada daftar aplikasi yang dapat digabung penggunaannya melalui intermediasi Zapier. Penggabungan beberapa aplikasi secara otomatis akan luar biasa hasilnya sehingga produktivitas dan omzet meningkat.
Penulis sendiri menggunakan beberapa tool otomatisasi untuk memudahkan pekerjaan sebagai penulis, content marketer, dan pebisnis e-commerce. Bahkan ada algoritma yang dapat memprediksi viralitas suatu konsep.
Lantas, sebagai pebisnis, bagaimana cara meningkatkan ketrampilan berwirausaha? Selain menggunakan data sebagai dasar pengambilan keputusan dan menggunakan berbagai tool otomatisasi, Anda perlu menginternalisasi diri sebagai entrepreneur yang selalu mempunyai spirit ekstra ketika ada masalah.
Ini perlu didasari dengan informasi mendalam mengenai produk, industri, dan konsumen. Kenali dan terapkan workflow internal yang efisien, pengumpulan sales leads yang kontinyu dalam kanal teruji, dan customer service memuaskan agar terjadi repeat buying.
Setelah mengenali, perbaiki sistem-sistem dalam bisnis dengan berbagai tool yang telah tersedia. Tentu spirit dan kekompakan kerja sangat penting agar data dan otomatisasi punya arti dalam eksekusi.
Pada akhirnya, keseriusan eksekusi punya arti sangat penting. Sering kali, bisnis kurang berjalan baik karena berbagai masalah dalam kualitas personel, motivasi, dan etika kerja. Di Jepang, misalnya, disiplin kerja masih dilatih terus-menerus, padahal sejak bangku SD, anak-anak di Negara Sakura sudah tinggi semangat disiplin dirinya.
Ini semestinya tidak menjadi masalah mengingat setiap individu dewasa semestinya punya etika kerja yang baik untuk dapat survive hidup di dunia. Namun, sekali lagi, salah satu masalah terbesar di Indonesia adalah rendahnya produktivitas kerja. Ini bisa ditanyakan dari para pengelola pabrik manufaktur.
Akhir kata, di era digital otomatis pasca-industri yang berbasis data dan analitiks, suatu bisnis hampir mustahil gagal. Kuncinya adalah mengerjakan PR dengan tepat, kualitas tinggi eksekusi, dan spirit bekerja yang kompak.[]
KONTAN WEEKLY, 7-13 Agustus 2017