[Baca langsung di JaringNews.com.]
oleh Eben Ezer Siadari
Jennie S Bev asal Indonesia memimpin dan melobi pihak berwenang AS.
CALIFORNIA, Jaringnews.com – Krisis ekonomi yang menghantam sektor properti AS telah membuat jutaan orang terancam kehilangan rumah karena disita oleh bank. Namun, warga tidak serta-merta dengan mudah menyerah pada keadaan ini. Mereka menghimpun diri dalam kelompok-kelompok komunitas untuk mengadakan pendekatan kepada Pemerintah dan bank, agar memberikan keringanan dan jalan keluar.
Salah seorang pemimpin komunitas itu adalah Jennie S. Bev, orang Indonesia yang sehari-hari bekerja sebagai penulis, pengajar dan entrepreneur di sejumlah perusahaan dot-com, diantaranya Omni Terra Realty, broker properti berlisensi di Silicon Valley, AS.
Jennie dan suaminya tinggal di sebuah residensial bernama Mountain House, sebuah kota baru di Kalifornia Utara. Oleh New York Times, kawasan ini disebut sebagai the most underwater city in USA. Namun apa daya, krisis telah membalikkan sebutan itu.
”Properti-properti di sana mengalami penurun 50% sampai 70% dari harga puncak tahun 2005-2006. Rumah kami misalnya, dibeli dengan harga $625.000, sekarang nilainya tinggal $230.000,” kata dia, dalam percakapan via email dengan Jaringnews.com.
Lebih celaka lagi, buruknya perekonomian telah membuat penghasilan banyak orang menurun sehingga kesulitan membayar cicilan. Belum lagi terciptanya ekuiti negatif, yakni pokok utang lebih besar daripada nilai kolateral saat ini.
Oleh karena itu, Jennie berinisiatif menggalang komunitas di tempatnya tinggal untuk menjalin lobi kepada pihak berwewenang. Dua tahun lalu ia menjadi pemimpin komunitas itu menjalankan misinya.
“Kami melakukan lobi lisan dan tertulis di tingkat city, county, state, dan federal untuk mengajukan beberapa permohonan,” kata alumni Universitas Indonesia ini. Ada setidaknya tiga permintaan mereka.
Pertama, permohonan keringanan pajak properti (yang besarnya sekitar 1.25% sampai 2% dari nilai beli).
Kedua, mengajukan kerja sama dengan bank-bank besar dalam proses modifikasi hutang (loan modification) sehingga harga cicilan mendapatkan keringanan.
Ketiga, meminta agar pokok utang direduksi (principal reduction) sehingga sama dengan nilai kolateral sekarang. Dengan demikian, para pemilik rumah bisa tetap melanjutkan cicilan dan tidak terjadi penyitaan yang akan berakibat panjang secara sosial mikro dan makro.
Menurut Jennie, dari sekian banyak permintaan itu, baru poin pertama yang tercapai. Itu terutama karena keputusan akan hal itu ditentukan oleh county, sehingga aktivisme lobi mererka yang sangat agresif, termasuk menghadiri rapat-rapat publik di tingkat kota dan county, membuahkan hasil.
Kendati kini tanda-tanda pemulihan ekonomi telah tampak, Jennie mengatakan pertumbuhan ekonomi AS masih akan lambat. Yang memprihatinkan adalah angka foreclosure (penyitaan properti oleh bank karena kredit macet). Tahun ini, menurut Jennie, 2.5 juta sampai 3 juta rumah yang mengalami penyitaan, dan dan masih ada 5 juta properti lagi sedang antri dalam proses. “Sampai 2014 proses ini masih akan terus berlangsung dan harga properti masih akan menukik ke bawah,” kata dia.
Jennie sendiri kini sedang aktif menulis beberapa buku current affairs yang cukup panjang dan 200 short Kindle eBooks untuk dijual di Amazon. “Saat ini saya telah menyerahkan kepemimpinan lobi komunitas kepada para pemimpin aktivis lainnya karena saya telah dua tahun memegang aktivitas tersebut,” tutur dia.
Selain itu, ia sedang tekun membesarkan perusahaan investasi propertinya, Omni Terra Realty. Perusahaan ini dia harapkan dapat membantu menaikkan harga-harga properti di California. “Intinya perusahaan yang saya dirikan dengan suami ini membeli dan membantu buyer untuk membeli properti-properti di California untuk disewakan kembali atau untuk disimpan sebagai investasi di masa depan.”[]
Jaring News, 15 November 2011