Select Page

cinema450

Kontan Logo

[Download PDF KONTAN Daily Observasi Melalui Film.]

oleh Jennie M. Xue

Setiap film mempunyai makna. Namun jelas ada perbedaan besar antara film fiksi dengan film dokumenter.

Film fiksi termasuk film-film yang didasari atau diilhami oleh kisah-kisah nyata, karena fiksionalisasi suatu peristiwa sangat erat hubungannya dengan dramatisasi dan romantisasi. Film dokumenter yang diproduksi oleh para dokumentaris dan jurnalis semestinya mengutamakan obyektivitas terlepas dari “subyektivitas pencipta” yang selalu ada, seperti latar belakang dan pengalaman hidupnya.

Tugas kita sebagai penikmat film adalah mengamati bagaimana film mewakili suatu peradaban namun juga tidak pernah luput dari “fiksionalisasi” yang “menjanggalkan” suatu fakta. Yang saya maksud “fakta” di sini adalah kenyataan sebenarnya, bukan “fakta terlihat” alias “fakta yang sudah masuk ke dalam persepsi.”

Dalam menikmati film, daya observasi kita akan visualisasi yang terekam oleh benak ditentukan juga dengan informasi yang membentuk kerangka berpikir. Termasuk langka mereka yang mampu secara obyektif menceriterakan kembali hasil observasi adegan-adegan dan background setting suatu film.

Asumsi pertama yang perlu dicamkan adalah: film merupakan dramatisasi dan romantisasi. Terkadang kesedihan dan kegalauan luar biasa bahkan kekejian bisa digambar dengan sinematografi yang indah dan sedap di mata. Dunia nyata tidak seperti itu.

Misalnya tokoh kolumnis Carrie Bradshaw dalam film seri televisi Sex and the City mempunyai beberapa kejanggalan. Dikisahkan bahwa ia hanya bekerja sebagai kolumnis lepas The New York Star. Dengan asumsi satu kolom terdiri dari 1000 kata dan setiap kata ia dibayar USD 3, yang sudah merupakan angka fantastis bagi seorang kolumnis lepas, penghasilannya per bulan USD 3000 untuk kolom bulanan atau USD 12000 untuk kolom mingguan.

Dipotong 35 persen pajak, Medicare tax, Social Security Tax, NY State Tax, dan lainnya, bisa jadi penghasilan per bulan yang dibawa pulang hanya tinggal USD 1500 untuk kolom bulanan atau USD 6000 untuk kolom mingguan. Cukupkah USD 6000 per bulan untuk hidup di Manhattan? Tidak.

Uang sewa per bulan di Manhattan Upper East Side bisa mencapai USD 5000 atau bahkan lebih. Biaya makan USD 500 per bulan. Ditambah dengan biaya listrik, air, sampah, asuransi kesehatan, asuransi jiwa, transportasi, entertainmen, rokok 3 pak per hari, makan di luar, fashion terbaru, dan sepatu Manolo Blahnik yang sepasang bisa mencapai USD 600 ke atas, maka minimal pengeluaran Carrie semestinya mencapai USD 10.000 per bulan.

Dan ia masih belum berkeluarga saat itu. Apabila skenario menceritakan bahwa ia memiliki seorang anak, misalnya, perlu ditambahkan setidaknya USD 2500 per bulan dalam anggaran belanja di New York City yang serba mahal.

Sayangnya, di Indonesia, banyak pemirsa yang masih “percaya” buta akan persepsi yang dibentuk oleh film-film fiksi. Studi kasus Carrie Bradshaw di atas ini sesungguhnya masih yang “sangat kasat mata” dan “kasar.” Coba perhatikan film-film yang “sulit dihitung” dalam dollar?

Terkadang saya tertawa ketika digambarkan seseorang yang sederhana dan berasal dari keluarga bersahaja tanpa punya uang warisan yang disimpan dalam trust fund account, yang bergaya hidup cukup tinggi. Juga, iklim alias suhu di suatu kota sering kali menjadi “faktor kejanggalan” suatu film. Mustahil seorang perempuan cantik mengenakan bikini di jalan raya San Francisco yang terkenal dingin dan berangin. Suhu “sedang” di SF mencapai 15 sampai 20 derajat Celsius.

Observasi film sebaiknya dilakukan dengan hati-hati dengan mengenali berbagai fakta kehidupan, lebih dari sekedar mengenali kultur belaka. Jangan cepat “termakan” gambaran-gambaran di dalam film, apalagi untuk mengenal suatu kultur dalam konteks bisnis. Ambil yang masuk akal dan baik secara universal. Detil lainnya memerlukan observasi partisipatoris. Selamat berpikir dan menonton kritis.[]

KONTAN Daily, Jumat 27 Maret 2015

Pin It on Pinterest

Share This