[Download PDF KONTAN Daily No Mentor No Problem]
oleh Jennie M. Xue
Kisah-kisah para sukses kelas dunia sering diwarnai dengan kisah tentang mentor mereka. Martin Luther King, Jr punya Dr. Benjamin Mays, seorang profesor dan pendeta African-American yang menginspirasi King. Gloria Estefan punya nenek yang mengajarinya menyanyi sejak kecil. Tom Hanks punya guru drama bernama Rawley Farnsworth. Jurnalis kelas dunia Walter Cronkite punya guru jurnalisme SMA bernama Fred Birney. Mohandas Gandhi punya Dadabhai Naoroji, seorang pejuang kemerdekaan India.
Bahkan dunia “mentoring” kini telah menjadi industri dengan para “mentor profesional” berposisi sebagai “coach.” Walaupun seorang coach bukan seorang mentor dalam arti sebenarnya, beberapa fungsi seorang mentor disubstitusi oleh kehadiran seorang coach.
Seorang mentor (pembimbing) biasanya mempunyai relasi personal dengan mentee (orang yang dibimbing). Seorang mentor berpengalaman khusus di bidang tertentu yang tidak dimiliki oleh mentee. Dan inilah yang dipelajari dengan seksama oleh seorang mentee.
Misalnya, seorang jurnalis kawakan di bidang bisnis menjadi mentor bagi seorang jurnalis yunior yang baru saja lulus dari S1 Jurnalisme. Sang mentor membimbing proses dari awal pengenalan bisnis dan bagaimana menulis tentang bisnis hingga berhubungan baik dengan para nara sumber bisnis dan sesama jurnalis bisnis.
Seorang coach membimbing dengan memfasilitasi, bukan dengan contoh berdasarkan pengalaman maupun tip dan strategi spesifik yang hanya berlaku di bidang tertentu. Jadi, seorang coach lebih bertindak sebagai pemberi feedback alias umpan balik yang umum.
Seorang coach mengenal fase-fase belajar, adaptasi, dan kompetensi serta pencapaian. Tugas seorang coach adalah mengingatkan para coachee (peserta coaching) untuk sadar akan fase apa yang sedang dialaminya dan apa yang perlu dijalakan untuk mencapai fase berikutnya.
Jadi, apakah untuk sukses Anda perlu seorang mentor dan seorang coach? Atau salah satunya? Bagaimana jika Anda tidak mempunyai keduanya?
Jawabannya: Bisa. Sukses tidak datang hanya karena Anda mempelajari apa yang telah dialami oleh orang lain dan tidak hanya karena Anda mendengarkan umpan balik dari orang lain. Anda tetap bisa sukses dengan daya analisa, daya refleksi, dan daya kontemplasi atas diri sendiri.
Model penggunaan mentor dan coach sangat baik dan mungkin memang dibutuhkan oleh mereka yang mempunyai preferensi-preferensi tertentu. Namun, Anda tetap bisa sukses tanpa kehadiran seorang mentor maupun coach. Dengan catatan: Anda perlu sangat proaktif dan mempelajari sesuatu dengan sangat dalam dan luas dengan instrumen-instrumen yang tepat.
Benjamin Franklin menggunakan teori Constructivism yang dipopulerkan oleh Professor Seymour Papert dari MIT. Tentu saja saat itu Benjamin kecil tidak menyadarinya.
Constructivism adalah teori yang berpendapat bahwa proses belajar berjalan dengan lebih efektif ketika seseorang mengerjakan sendiri secara langsung, karena setiap pengalaman membentuk kerangka dan menjadi fondasi bagi pengalaman baru. Misalnya, daripada berbicara mengenai berbagai teori menulis atau cara mengoperasikan komputer, lebih efektif proses belajar dilakukan dengan menjalankannya langsung.
Benjamin Franklin muda belajar menulis tanpa mentor maupun coach. Dan ternyata ketrampilan menulis merupakan katalis proses pematangan sebagai pemikir besar yang membawanya kepada karir politik dan sebagai Presiden AS keñ6.
Bagaimana Ben kecil belajar tanpa mentor? Pertama, ia mengakui bahwa kemampuan menulis dan daya intelektualnya terbatas. Namun ia sangat menggemari membaca majalah The Spectator. Maka ia mengkoleksi majalah tersebut dan membaca setiap artikel dengan sangat seksama.
Setiap kalimat dalam setiap artikel dianalisa. Ia memperhatikan apa saja unsur-unsur yang membedakan sebuah artikel yang baik dengan yang “sangat baik” bahkan “luar biasa.” Penyusunan kalimat, paragraf, struktur, gaya bahasa, diksi, panjang kalimat, kombinasi kalimat, ekspresi, alur, dan sebagainya. Sedetil mungkin dari segi bahasa, struktur, dan substansi.
Michael Burry, seorang investor yang pernah mendirikan Scion Hedge Fund Firm juga merupakan seorang otodidak yang mempelajari cara kerja ekonomi makro. Prediksinya tentang Foreclosure Crisis 2008 sangat tepat sebelum para ekonom menyatakan analisis mereka.
No mentor, no coach, no problem. Asalkan Anda rendah hati dalam mengakui kesalahan dan mau belajar super keras, dalam, dan luas. Salam hangat.[]
KONTAN Daily, 11 September 2015