[Download PDF KONTAN Weekly Neo Kapitalisme Philip Kotler.]
oleh Jennie M. Xue
Buku tebal masterpiece ekonom asal Perancis Thomas Piketty Capital in the Twenty-First Century membahas satu dari beberapa “kekurangan” sistem kapitalisme, yaitu inekualitas. Menurut ekonom klasik Philip Kotler dalam buku terbarunya Confronting Capitalism, ada 14 belas kekurangan kapitalisme yang perlu diperbaiki agar masa depan planet bumi dan kemanusiaan dilestarikan dengan baik.
Penulis sendiri percaya akan kekuatan kapitalisme, sepanjang “kekurangan-kekurangan”-nya bisa diatasi. Kapitalisme yang tidak diregulasi mungkin kurang sesuai untuk iklim Indonesia, namun regulator perlu memiliki moralitas dan daya analisis yang kritis sehingga mampu menelurkan regulasi-regulasi yang membuat ekonomi lebih baik dan relatif merata. Terlepas dari filosofi Keynesian maupun laissez-faire-nya Hayek dan Milton Friedman.
Pada prinsipnya, “kapitalisme” mempunyai tiga unsur utama: kepemilikan privat, perjanjian, dan rule of law. Faktor ketiga ini menciptakan iklim berbisnis yang sangat menentukan “kenyamanan” bekerja dan bertransaksi.
Empat belas kekurangan sistem kapitalisme menurut Kotler: 1) tidak memberikan solusi memuaskan mengenai eradikasi kemiskinan, 2) memperbesar jurang kekayaan dan pemasukan, 3) tidak memberikan upah kerja memadai bagi sebagian besar buruh di dunia, 4) dikawatirkan tidak mampu memberikan jumlah pekerjaan yang cukup setelah otomatisasi teknologi, 5) social cost (kerugian sosial) dari aktivitas-aktivitas bisnis hampir tidak pernah terbayar, 6) eksploitasi lingkungan dan sumber daya alam akibat dari lemahnya regulasi, 7) memperpetuasikan instabilitas siklus bisnis dan ekonomi, 8) lebih mengutamakan kepentingan pribadi daripada komunal dan komunitas.
Sembilan, meningkatkan hutang konsumen sehingga roda ekonomi digerakkan oleh keuntungan daripada oleh nilai produk sebenarnya, 10) mengutamakan keuntungan jangka pendek daripada investasi jangka panjang, 11) membiarkan politisi dan bisnis berkolaborasi untuk menentukan arah perekonomian, 12) kurang ketatnya regulari kualitas produk, keamanan produk, kebenaran iklan, dan perilaku anti-kompetisi, 13) hanya fokus kepada pertumbuhan GDP daripada pertumbuhan dengan indikator lain, dan 14) kurangnya fokus dalam meningkatkan nilai-nilai sosial dan kebahagiaan.
Beberapa gerakan bisnis bersifat sosial (social entrepreneurship) dan telah sangat berhasil diterapkan, telah digunakan oleh Whole Foods, Panera Bread, dan The Container Company. Empat tenet yang dijalankan: mempunyai tujuan lebih tinggi dari sekadar mencari keuntungan, memberikan manfaat bagi para stakeholder dengan membagi kesejahteraan, komitmen akan tanggung jawab terhadap komunitas, dan membangun kultur yang berdasarkan kepercayaan, otentisitas, transparansi, kebaikan hati, integritas, pembelajaran, dan daya juang.
Whole Foods dan Panera Bread, misalnya, mengandalkan suplai dari para supplier organik setempat untuk sayur-sayuran dan buah-buahan segar. Panera Bread dengan 2000 gerainya di AS telah dengan resmi menolak ayam berantibiotik sebagai bahan baku sup mereka.
The Container Company memberi gaji pegawai dua kali lipat standar pasar perusahaan serupa untuk posisi yang sama. Gaji rata-rata pegawainya sebesar USD 50.000 per tahun. Tujuannya untuk meningkatkan produktivitas, kegembiraan kerja, dan menurunkan angka turnover. Mantap.
Money does buy happiness. Menurut penelitian Gallup dengan 450.000 responden, dua jenis “kebahagiaan” adalah kebagiaan yang berasal dari dicukupinya kebutuhan harian dan kebutuhan jangka panjang. Menurut ekonom Princeton bernama Angus Deaton dan psikolog Daniel Kahneman, angka USD 75.000 per tahun merupakan kuncinya. Lebih dari itu, tidak lagi membawa kebahagiaan signifikan.
Menurut kalkulator online nilai uang di berbagai masa MeasuringWorth.comm, para ekonom Vanderbilt, Stanford, Harvard, Northwestern, Loyola, Oxford, dan UC, berpendapat bahwa nilai USD 75.000 di tahun 2009 identik dengan USD 78.000 dalam nilai tenaga kerja atau USD 84.700 dalam daya beli di tahun 2013. Untuk gaya hidup kelas menengah di San Francisco Bay Area, angka ini senilai USD 140.000 mengingat tingginya biaya hidup.
“Kapitalisme baru” apapun sebutannya menggabungkan tiga unsur utama (kepemilikan privat, perjanjian, dan rule of law) dengan kepekaan akan HAM, kebutuhan dasar optimal, sustainabilitas ekologi, dan kesehatan jangka panjang. Sebagaimana dibahas dalam The New Capitalist Manifesto dan Betterment oleh ekonom Harvard Umair Haque, kunci dari keberlangsungan umat manusia di masa depan adalah korporasi yang menerapkan zero social debt (hutang sosial nihil). Ini sejalan dengan pemikiran Philip Kotler. Bagaimana kesiapan Indonesia?[]
KONTAN Weekly, 9-15 Maret 2015