Select Page

Kontan 

Download KONTAN Daily Negative Thinking Kultur

oleh Jennie M. Xue

Berpikir negatif sesungguhnya merupakan hasil programming tubuh kita sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Pikiran-pikiran negatif merupan “alarm system” yang memperingati kita dari kemungkinan-kemungkinan serangan dari luar, sehingga kita bisa mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Programming ini telah mengisi otak kita bagian “insting primitif” yang merupakan salah satu instrumen survival skill.

Yang menarik dari “programming” negatif ini adalah: pikiran negatif lebih sering salah daripada pikiran positif, menurut para pakar psikologi dan neuroscience. Pikiran-pikiran negatif agak sulit untuk diabaikan dan dihentikan, sehingga sebaiknya memang tetap diobservasi. Pikiran-pikiran negatif diperlukan dalam setiap fase kehidupan individu, termasuk perkembangan organisasi.

Lantas bagaimana dengan “berpikir positif” yang banyak dielu-elukan oleh para coach dan motivator? Sesungguhnya “pikiran positif” adalah suatu usaha untuk melawan pikiran-pikiran negatif yang lebih alami daripada pikiran positif. Proses eliminasi pikiran-pikiran negatif memerlukan usaha yang besar mengingat ini berarti melawan programming tubuh. 

Yang sesungguhnya terjadi di dalam pikiran ketika Anda berpikir positif adalah “menutupi” alias “membaluti” pikiran-pikiran negatif “default” programming ribuan generasi. Pikiran-pikiran positif tidak bisa mengatasi masalah, menurut para pakar psikologi dan neuroscientists

Observasi pikiran negatif dan mengkritiknya secara terbuka jauh lebih baik daripada meredamnya dengan pikiran-pikiran positif. Memang berpikir positif dapat menghibur hati dan membuat perjalanan hidup dan aktivitas terasa sedikit lebih indah. Namun yang membuat seseorang sukses bukanlah segala macam afirmasi dan pikiran-pikiran positif yang menggantikan pikiran-pikiran negatif secara “paksa.” 

Kesuksesan seseorang berasal dari kesungguhan dalam menjalankan suatu pilihan. Dengan kesungguhan luar biasa, fokus, manajemen waktu dan energi yang baik, tim yang mendukung, instrumen yang tepat, dan berada di tempat dan waktu yang tepat. Bukan karena afirmasi setiap detik dan pikiran-pikiran positif tanpa henti.

Mengingat hal-hal positif dan bersyukur setiap ada kesempatan merupakan kebiasaan yang baik untuk mengimbangi pikiran-pikiran negatif, namun bukan berarti pikiran-pikiran negatif perlu dieliminasi dalam sekejap. Karena memang mustahil. Pikiran-pikiran positif sebagai “kritik” terhadap pikiran-pikiran negatif lebih diperlukan dan lebih efektif bekerja dalam membentuk diri yang semakin kuat terhadap hal-hal negatif. 

Pikiran negatif diperlukan dalam setiap langkah kehidupan sebagai perisai alami. Jadi, sebaiknya Anda tidak berusaha keras untuk menghapus pikiran-pikiran negatif, terlepas dari advis mereka yang tidak mengenal dengan baik fungsi-fungsi instrumen survival ini. 

Kultur yang sangat negatif, misalnya, merupakan contoh dari pikiran-pikiran negatif kolektif di dalam komunitas. Ini bisa saja disebabkan oleh hukum yang lemah, korupsi dahsyat yang sudah sangat terinternalisasi ke dalam masyarakat, dan kemampuan rendah para anggota masyarakat dalam bertahan hidup secara terhormat. Kultur Eropa yang lebih gentleman daripada kultur Asia yang lebih “kiasu” alias “sikut-sikutan secara agresif dalam bertahan hidup” misalnya menunjukkan bahwa persaingan hidup di Asia bisa jadi jauh lebih besar dan sulit. 

Dalam suatu perusahaan, pikiran negatif diperlukan dalam mengases resiko dan kinerja kerja. Kita tidak bisa dengan serta-merta menganggap suatu bisnis itu bebas resiko dan staf yang baru dipekerjakan pasti kompeten. Karena ini melawan “pikiran” alami yaitu: berpikir negatif.

Yang bisa dilakukan oleh para manajer dan timnya adalah menciptakan iklim yang baik dan mendukung. Keberhasilan meningkatkan produktivitas terlepas dari berbagai pikiran negatif tentang resiko merupakan hal positif yang diharapkan. Bagaimana menciptakan iklim tersebut?

Pertama, mengakui kelebihan setiap anggota tim. Kedua, menunjukkan kekurangan setiap anggota tim. Ketiga, memberikan masukan agar kekurangan bisa diperbaiki dan kelebihan bisa ditingkatkan. Keempat, memberi kesempatan agar para anggota tim bisa memperlihatkan kelebihan-kelebihan mereka yang bisa menginspirasi. Kelima, mengajak untuk memperhatikan sisi lain selain sisi negatif, karena pikiran negatif hanya bisa menjadi “negatif” melalui pemberian suatu nilai.[]

KONTAN Daily, Jumat 11 April 2014

Pin It on Pinterest

Share This