[Download PDF KONTAN WEEKLY Multi Skill, Untuk Apa?]
oleh Jennie M. Xue
Apa jurusan Anda di perguruan tinggi? Apakah sesuai dengan profesi sekarang? Kemungkinan ya, kemungkinan tidak. Banyak orang yang kita jumpai tidak bekerja di bidang yang dipilihnya di bangku kuliah.
Padahal, orang-orang seperti itu malah mempunyai multi skill alias ketrampilan majemuk. Jadi, apabila ada seseorang yang senang belajar macam-macam, patutlah didukung. Mereka inilah yang disebut sebagai “berotak kreatif.”
Sepanjang sejarah, creative thinker mendominasi perkembangan peradaban manusia. Leonardo Da Vinci, Truman Capote, Albert Einstein dan Elon Musk termasuk kategori ini. Namun tentu saja tidak semua sekaliber mereka. Para pemikir kreatif pasti ada di sekeliling Anda atau bahkan Anda sendiri.
Tidak ada skill yang “terbengkalai” hanya karena kita tidak bekerja sesuai dengan jurusan di bangku kuliah dahulu. Dan tidak ada skill yang terbuang hanya karena kita pernah belajar namun tidak sampai mendalam. Mengapa?
Pertama, setiap ketrampilan (skill) mempunyai tempat di dalam pikiran (mind) kita yang dibangun di dalam otak (brain). Apa yang pernah kita pelajari akan membentuk struktur-struktur baru dalam konstruksi yang ada.
Dalam Teori Konstruktivis Ilmu Pedagogi, setiap individu terus-menerus mengkonstruksi pemahaman dan pengetahuan melalui pengalaman-pengalaman, kejadian-kejadian, dan refleksi-refleksi. Ini semua membentuk diri seseorang, termasuk berbagai soft skills dan survival skills yang dimilikinya.
Kedua, setiap pengalaman hidup yang dialami akan mematangkan soft skills dan survival skills. Tentu setiap orang memiliki daya tangkap berbeda dan pengaruhnya berbeda pula. Semua diserap di alam bawah sadar dan dapat dipanggil kembali ketika diperlukan.
Misalnya, seseorang dengan latar belakang accounting dan perpajakan akan sangat memperhatikan faktor keuangan dari suatu proyek. Sedangkan mereka yang berlatar belakang arsitektur mungkin lebih memperhatikan faktor efisiensi dan efektivitas konstruksi.
Ketiga, setiap skill yang ada dan terus terbentuk memberi warna baru bagi skill-skill lainnya. Perpaduan skill dan sudut pandang jelas memberi berbagai nuansa, sehingga perspektif jadi lebih mendalam.
Mereka yang mempunyai multidisplin akan memandang sesuatu dari berbagai perspektif yang terkadang tidak disangka sebelumnya. Juga lebih holistik dan komprehensif. Bagaikan prisma, sudutnya semakin banyak sehingga pancaran warna juga lebih beragam.
Keempat, dari setiap perpaduan skill, akan timbul rasa ingin tahu yang baru. Ini membangkitkan spirit belajar dan kuriositas. Diri yang multidisiplin biasanya menggunakan cukup banyak bagian dari otak sebelah kanan maupun kiri. Dan ini merupakan kelebihan yang patut disyukuri.
Semakin banyak disiplin yang dikuasai dengan cukup mendalam, semakin konstruksi pikiran kreatif terbentuk. Ini meningkatkan kreativitas dan awareness akan bagian-bagian diri yang “positif” maupun “negatif.”
Kelima, multi skill yang dimiliki membuat mereka melihat dunia dari sudut pandang berbeda. Kondisi ini sering kali membuat mereka terlihat “aneh” atau “tidak lazim.” Dalam kepemimpinan, ini sebenarnya merupakan kelebihan, karena mereka yang mampu melihat “apa yang tidak terlihat” sesungguhnya mempunyai mata pikiran yang mampu memperbaiki berbagai hal.
Seorang pemimpin yang memiliki ketrampilan multi akan sangat berguna ketika perlu memberi berbagai contoh dan mengerjakan hal-hal baru. Daya pikirnya telah terlatih untuk menggunakan berbagai pendekatan.
Keenam, dengan multi skill, mereka semestinya mampu menghadapi berbagai kondisi yang kompleks. Berpindah dari kemampuan kognitif ke pengendalian emosi hingga ke penanganan masalah secara spontan dapat dilakukan dalam waktu lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang spesialis dalam satu skill.
Mereka sangat berharga dalam lingkungan kreatif. Misalnya, karena proses berpikir yang tidak umum, maka berbagai elemen yang tidak berarti apa-apa bagi orang umum, akan punya arti.
Akhir kata, idealnya, kita setia kepada satu pilihan utama. Namun ini tidak perlu dalam arus utama (mainstream). Apa saja yang sangat dihayati dan dinikmati, jalankan. Namun ketika ada kesempatan belajar berbagai hal baru, baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan yang kita jalankan, ambil saja.
Semakin banyak warna dalam satu lukisan, semakin indah. Demikian pula dalam diri kita. Setiap skill membawa satu warna dalam pikiran kita. Semakin banyak skill, maka semakin indah pikiran kita dalam kompleksitas dan kesederhanaan berpikir.[]
KONTAN WEEKLY, 21-27 Agustus 2017