[Download PDF KONTAN DAILY Model Bisnis dan Kompetisi SaaS Dunia]
oleh Jennie M. Xue
Mungkin Anda pernah membaca istilah SaaS (dua S kapital dan dua A huruf kecil). Singkatan apa ini? Software as a Service. Ini adalah software atau aplikasi yang dapat diakses dari mana saja karena perangkat ini berada di dalam cloud drive.
Ketika menggunakan software yang di dalam cloud tersebut, Anda seakan-akan sedang menggunakannya dari dalam hard disk Anda. Web-based email seperti Gmail, Yahoo, dan Hotmail sebenarnya juga merupakan SaaS dalam bentuk sederhana.
Sepuluh perusahaan SaaS terbesar di dunia adalah Microsoft, Oracle, IBM, SAP, Symantec, EMC, VMWare, HP, Salesforce, dan Intuit. Total revenue mereka dalam satu tahun sekitar USD 171 miliar, hampir separuh dari revenue global sebesar USD 386 miliar. Di seluruh dunia, para perusahaan IT berlomba-lomba menawarkan SaaS, apalagi kini era Web 3.0, segala sesuatu dapat dengan mudah dikoneksi dan otomatisasi.
Apa kelebihan SaaS bagi pemodal dan entrepreneur? Kapital awal berbentuk funding bisa saja cukup rendah, karena ini merupakan bentuk intellectual property. Bagi para pakar IT dengan programming skill luar biasa, ini merupakan kesempatan emas untuk membuktikan diri.
Kedua, kontrol bisnis tersentralisasi yaitu berpusat di Intranet SaaS dan jangkauan skalabilitas tanpa batas. Skalabilitas ini sangat menarik karena berarti siapapun dan di manapun dapat menggunakan servis mereka sepanjang pemakai memiliki akses Internet memadai.
Selain dari segi programming, tentu saja SaaS terbaik adalah yang sangat aplikatif. Misalnya, untuk Saas project management, perancang konseptor sebaiknya seorang pakar project management yang tidak hanya bagus dalam hal teoritis namun sebagai aplikator. Ia perlu mengenal berbagai konsep dan bagaimana itu diterapkan dalam berbagai industri dan tingkatan hulu-hilir.
Di era booming bisnis dot-com dan aplikasi Indonesia, ada beberapa perusahaan SaaS yang patut diperhitungkan. Beberapa di antaranya: Jurnal.id untuk pembukuan, Sleekr.co untuk platform bisnis, Talenta.co untuk manajemen HR dan payroll, Meeberpos.com untuk POS berbagai bisnis food and beverage, Olsera.com untuk POS berbagai bisnis ritel dan Nutapos.com untuk POS “kasir instan” berbagai bisnis makanan, termasuk warung dan foodtruck.
Ketiga, keberadaan model bisnis SaaS ini memungkinkan outsourcing terbalik alias reverse outsourcing, di mana proyek-proyek tidak lagi perlu di-outsource ke negara-negara berkembang, namun negara-negara berkembang menawarkan SaaS yang dapat dipakai di negara-negara maju. India termasuk berhasil dalam hal ini.
Mungkin SaaS asal India yang paling dikenal adalah Zoho, yang merupakan operating system bagi bisnis secara komprehensif. Omzet telah mencapai USD 500 juta per tahun. Didirikan tahun 1996 oleh Sridhar Vembu dan Tony Thomas di Silicon Valley dan kini dioperasikan oleh 2500 pegawai dari Chennai, India.
Selain itu, ada PubMatic, SaaS untuk otomatisasi pemasaran bagi publisher (penerbit digital). Yang dimaksud dengan “publisher” di sini adalah dalam konteks e-commerce, bukan penerbit buku atau majalah konvensional. Mereka memberi jasa penempatan dan manipulasi iklan dan berbagai digital asset lainnya yang biasa digunakan dalam dunia periklanan web. Didirikan tahun 2006 oleh Amar Goel, Rajeev Goel, dan Mukul Kumar, mereka berbasis di Pune dan kini telah merambah ke Milan, New York City, Redwood City, Sydney, dan Tokyo.
Funding Series E dari Nokia Growth Partners senilai USD 13 juta telah diterima mereka dan total mencapai USD 76 juta. Hebatnya, model bisnis SaaS PubMatic telah menghasilkan omzet USD 130 juta per tahun.
SaaS gemilang dari India berikutnya adalah Vizury, yang merupakan firma pemasaran berbasis big data. Produk mereka mempersonalisasikan percakapan antar kanal. Dengan lebih dari 600 klien ternama, produk SaaS mereka telah dipakai di 50an negara.
Didirikan tahun 2008 oleh Chetan Kulkarni, Vikram Nayak dan Gourav Chindlur, Vizury kini mempekerjakan 300 orang dan berbasis di Bengaluru. Mereka telah menerima USD 16 juta injeksi kapital Series C dari Intel Capital, Ascent Capital, Nokia Growth Partners dan Inventus Capital Partners. Funding total telah mencapai USD 27 juta dengan omzet per tahun USD 100 juta.
Akhir kata, memulai bisnis SaaS merupakan salah satu cara meningkatkan ekspor HAKI yang sangat tinggi skalabilitasnya. Kuncinya adalah hukum siber (cyberlaw) Indonesia yang perlu mengikuti perkembangan zaman serta sekuritas data terjamin, sehingga pemakai dari luar negeri “berani” mencoba dan memakai untuk jangka panjang.[]
KONTAN DAILY, Jumat, 23 Juni 2017