Download KONTAN Daily Mindset Memilih Diri Sendiri
oleh Jennie S. Bev, Santa Clara
Berbagai
kebijakan dikeluarkan untuk menurunkan offshore outsourcing dari Amerika Serikat
ke negara-negara lain. Dimulai dari penalti terhadap perusahaan pelaku, hingga
insentif pajak di negara-negara bagian tertentu agar perusahaan-perusahaan
tertentu tetap berneksus di negara bagian tersebut.
Negara
bagian Michigan, misalnya sangat terganggu dengan penyusutan bisnis manufaktur
otomobil, hingga memberikan tax holiday dan memberikan tanah cuma-cuma untuk
pembangunan industri berat kembali. Juga beberapa negara bagian seperti
Arkansas memberikan tanah cuma-cuma bagi siapa saja yang mampu menciptakan
lapangan kerja dan bisnis minimal seharga USD100.000. Obral deh.
California
yang masih menikmati re-booming of IT, gaming industry, dan dot-com companies,
lebih “pelit” dalam memberikan insentif, bahkan hampir tidak ada. Berbasis di
Silicon Valley dan hidup di antara para pakar dan pekerja IT dan finasial,
sangat mudah untuk mengobservasi keadaaan pasar lapangan kerja. Booming di
bidang-bidang tertentu, namun sangat buruk untuk bidang-bidang yang bisa dengan
sangat mudah dialihdayakan (outsourced) ke para pekerja independen (freelancer)
dan negara-negara lain via Internet.
Dunia
semakin tanpa batas, sepanjang Anda memiliki ketrampilan dan keahlian yang
tidak tergantikan. Menjadi lulusan Harvard memang membanggakan, demikian pula
jika Anda mempunyai gelar doktor. Namun di era Open Source luar biasa ini,
dengan hanya USD6.600 saja, Anda sudah bisa mendapatkan gelar MSc in Computer
Science dari universitas papan atas di bidang IT yaitu Georgia Tech University
atas kerja sama Udacity dengan AT&T http://www.omscs.gatech.edu. Urgensi untuk menjadi lulusan
Ivy League di abad ini beda dengan ketika di tahun 1980an.
Jadi,
kalau Anda adalah drop-out universitas dan mengambil kelas-kelas online
pengganti program-program elit dengan uang kuliah USD50.000 per tahun, Anda
termasuk golongan yang “cerdas dan tanggap” akan perubahan zaman. Di era super
cepat ini, sepanjang skill sets memadai, tentu Anda bisa terbang ke sana sini
dengan fleksibel.
Intinya
adalah kreativitas, inovasi, dan spirit wirausaha luar biasa (super entrepreneurship, istilah saya).
Juga, jadilah warga global. Dilahirkan sebagai WNI? Indah sekali. Namun
sekarang sudah zaman memiliki warga negara berbasis ekonomi alias economic citizenship, seperti Eduardo
Saverin co-founder Facebook yang melepaskan WN AS untuk menjadi WN Singapura (http://www.bloomberg.com/news/2012-05-11/facebook-co-founder-saverin-gives-up-u-s-citizenship-before-ipo.html).
Bangun
bisnis-bisnis dengan skalabilitas luar biasa. Bagi yang fasih dengan IT dan
dunia Internet, tinggal raup saja pasar global dengan sekejap mata. Bagi yang
masih bermain di dunia offline, model bisnis Indomart dan Alfamart yang
dipelopori oleh 7-Eleven di AS merupakan model yang sangat ideal. Bisnis
kecil-kecilan namun mempunyai outlet ratusan bahkan ribuan merupakan model yang
sesuai untuk iklim Indonesia dengan struktur piramida yang sangat lebar di
bawah.
Memang
tidak semua memiliki “jiwa berwirausaha” yang tinggi, namun ini bisa dilatih
dengan meningkatkan observasi. Intinya adalah: fokus, kecil itu indah, dan
“memilih diri sendiri.” Fokus artinya hanya memiliki satu pikiran saja di dalam
benak dalam waktu tertentu. Ketika Anda sedang observasi tentang bisnis
makanan, misalnya, latihlah pikiran Anda hanya untuk berpikir satu topik ini
saja dalam satu minggu, misalnya. Maka mata Anda akan mempunyai “refleks”
mencari tahu soal makanan, demikian pula pikiran di dalam otak Anda.
“Kecil
itu indah” artinya apa? Bisnis bisa dimulai dengan modal sekecil mungkin dan
dengan pangsa pasar yang Anda kenal. Mikrobisnis, istilahnya. Indonesia sendiri
padat dengan mikrobisnis. Pandanglah sepanjang jalan, para penjaja makanan dan
warung-warung di tepi jalan semuanya adalah mikrobisnis. Apa yang dijual? Wah,
banyak produk Unilever, P&G dan lain-lain. Raksasa bisnis dan konglomerat
mengandalkan mikrobisnis untuk hidup.
“Memilih
diri sendiri” artinya apa? Anda tidak perlu menunggu perusahaan raksasa untuk memanggil
Anda menjadi CEO, namun Anda bisa langsung “memilih diri sendiri” sebagai CEO
mikrobisnis maupun “free agent” yang membuka pasar sendiri dengan skill dan
knowledge yang ada.
Jadi,
baik Anda punya hard skills, soft skills, or anything in between, Anda pasti
sukses di era offshore outsourcing ini. Yang penting adalah know-how.[]
KONTAN Daily, Jumat 15 Juli 2013