Select Page

newstand 1500x750

Kontan Logo

KONTAN Daily Metamorfosis Time Forbes

oleh Jennie M. Xue

Majalah Time dengan bingkai cover dan huruf berwarna merah menyala telah menemani para pembaca tentang isyu-isyu internasional selama beberapa dekade. Time Inc adalah holding company dari 90 majalah kenamaan dunia, termasuk majalah Time, Fortune, Sports Illustrated, People, InStyle, dan Real Simple.

Bagaimana kondisi perusahaan media cetak terbesar di AS ini? Bisakah Majalah Time bertahan dengan turunnya nilai iklan di media cetak? Bisakah mereka melawan kompetitor Web-based magazine? Majalah Forbes dengan Forbes.com-nya tampak jauh lebih siap dan kini telah meraih otoritas yang baik sebagai majalah bisnis online.

InStyle saat ini masih merupakan primadona dengan jumlah iklan melebihi Vogue. People beromzet USD 600 juta tahun lalu. Sedangkan iklan majalah Time telah merosot 50 persen sejak lima tahun lalu. Dalam empat tahun terakhir, Time Inc dipimpin oleh tiga orang CEO dan pernah dalam 9 bulan tanpa pemimpin sama sekali.

Time Warner yang merupakan induk perusahaan Time Inc dipinang oleh Rupert Murdoch sebesar USD 80 miliar, namun masih belum final. Dengan perubahan perilaku konsumen yang kini lebih banyak membaca via Internet daripada membaca majalah-majalah cetak, Time Inc berinovasi dengan struktur editorial. Kini mereka mempunyai Chief Content Officer (CCO), disamping Editor in Chief.

Dengan jabatan resmi CCO, Majalah Time bukan lagi semata-mata majalah cetak yang mempunyai Web site sebagai komplemen versi cetaknya. Majalah Time versi Web mempunyai business model dan revenue model yang berbeda.

Revenue model Web-based magazines versi 2.0+ (melampaui 2.0) kini telah mengadopsi “native advertising” melalui “searchable content.” Native advertising sendiri bisa saja merupakan konten alias artikel atau kolom yang ditulis tanpa menyebutkan sponsor yang dimaksud. Dan sponsor yang dimaksudkan idealnya mempunyai searchable content.

Bagaimana eksekusi publikasi online versi 2.0+ seperti Majalah Time? Jelas dilematis dan mengundang pertanyaan. Bagaimana suatu konten bisa memberikan nilai obyektivitas optimal apabila ada unsur “native advertising” alias “menjadi rumah bagi iklan yang tidak terbaca seperti iklan”?

Belajar dari Forbes.com yang merupakan entitas publikasi terpisah, business model dan revenue model jurnalisme elit sudah bergeser cukup jauh. Disrupsi (disruption model) sebagai kebutuhan sudah tampil sebagai pemenang.

Lewis Dvorkin, Chief Product Officer Forbes.com menggunakan delapan elemen dalam mendisrupsi model bisnis media online. Satu, hubungan antara penerbit dengan pembaca mempunyai bentuk segitiga, di mana “marketer” alias pemasar mempunyai tempat yang berbeda daripada ketika majalah berbentuk cetak.

Dua, setiap individu adalah merek tersendiri, sehingga setiap jurnalis dan kolumnis membawa pasar tersendiri. Beberapa nama jurnalis yang juga merupakan merek kuat: William Randolph Hearst, Walter Cronkite, Sam Donaldson, dsbnya. Kini mereka adalah merek-merek legendaris.

Tiga, membangun model kerja yang sesuai dengan tuntutan Internet dan kebutuhan pembaca. Forbes.com diisi oleh 1000 kontributor dalam delapan kanal. Setiap kontributor adalah kreator konten, produser, dan manajer programming yang sigap dalam menggunakan Web-based tools terbaru sekaligus yang terbaik di bidang yang ditulis.

Empat, fluiditas Forbes.com yang terus bermetamorfosa sepanjang diperlukan dalam konteks Web yang selalu bergerak dan berubah. Kini mereka telah kompatibel dengan iPad dan gadget-gadget lainnya.

Lima, mempermudah penerbitan dan programming. Content Management System (CMS) telah dibangun dan para penulis dan kolumnis hanya perlu menyesuaikan diri dengan coding sederhana. Tugas utama mereka hanya menciptakan konten yang bisa dinikmati dengan berbagai gadget tanpa masalah.

Enam, terhitung Agustus 2010, di setiap artikel Forbes.com tampak counter berapa kali artikel tersebut telah dibaca. Jumlah pembaca menunjukkan popularitas tulisan tersebut. Dan counter data tersebut merupakan bagian dari big data indikator yang menentukan arah perkembangan Forbes.com.

Tujuh, jurnalis digital tidak hanya merupakan pewarta satu arah, namun kini dituntut untuk menjawab berbagai komen dan berinteraksi dua arah dengan para pembaca. Jurnalis mempunyai fungsi sebagai pemimpin komunitas pembaca tulisan-tulisannya.

Delapan, media online berfokus dan berporos pada individu, tidak semata topiknya. Ini menuntut manajemen yang proaktif sebagaimana mengoperasikan sebuah startup. Di era Internet ini, setiap perusahaan merupakan startup, mengingat kompetisi dan tuntutan tren yang berderap sangat cepat.[]

KONTAN Daily, Jumat 21 November 2014

Pin It on Pinterest

Share This