Select Page

Kontan Logo

KONTAN Daily Menularkan Virus Respek

oleh Jennie M. Xue

Kunci dari kesehatan suatu kultur, baik kultur organisasi, kultur keluarga, maupun kultur suatu negara adalah “respek” alias rasa hormat. Di Indonesia, konsumen seringkali tidak dihormati. Dengan kualitas produk yang rendah, konsumen sedang tidak dihormati. Dengan pelayanan yang di bawah standar, konsumen sedang tidak dihormati. Dengan tidak menjelaskan konten suatu produk secara jelas, konsumen sedang tidak dihormati.

Berapa kali Anda minta diambilkan suatu produk di sebuah toko, namun dijawab dengan ketus, “Tidak ada!” Belum lagi ketika pramuniaga bernyanyi-nyanyi sendiri atau bercakap-cakap dengan koleganya, sedangkan konsumen menunggu dilayani. Begitu banyak bentuk disrespek dalam bisnis, baik yang kasat nyata maupun yang tidak.

Dengan berasumsi bahwa “konsumen Indonesia bodoh,” maka produk yang B grade bisa dipasarkan. Anda telah melakukan disrespek. Dengan menyebut produk Anda adalah terbaik padahal secara obyektif Anda mengetahui bahwa bukan demikian halnya, direspek telah terjadi.

Kultur Indonesia pada umumnya masih negatif, walaupun sudah semakin positif di beberapa tahun terakhir ini. Komparasi dengan kultur di negara-negara lain menunjukkannya. Mengapa kultur menjadi negatif atau positif? Karena asumsi yang dipakai.

Di Jakarta dan kota-kota urban metropolitan lainnya, persahabatan tulus dan kepercayaan sudah merupakan barang mewah, karena impunitas, penegakan hukum yang lemah, dan tidak adanya database publik tentang rekam jejak seseorang, terutama dalam hal kekerasan dan kriminal, termasuk kriminal seks. Trust must be earned expensively in Indonesia.

Jadi, lebih “aman” untuk berasumsi negatif terhadap orang yang tidak atau baru dikenal, mengingat betapa banyaknya kasus penipuan. Bayangkan. Hanya dengan menerima panggilan telepon saja, pulsa telepon genggam kita bisa disedot. Hanya dengan menjawab telepon nyasar saja, kita bisa terhipnotis dan mengikuti “perintah” memberikan nomor dan kata sandi ATM kepada si penelpon.

Luar biasa kreatif, bukan?

Hilangnya respek dengan bersiaga penuh agar tidak kecipratan hal-hal negatif merupakan akibat langsung dari buruknya perlindungan hukum bagi warga. Dan ini menular ke dalam banyak segi kehidupan, termasuk ketika melakukan transaksi bisnis, product and business development, dan membenahi kinerja dan manajemen. Siapa bilang kebijakan pemerintah dan hukum negara tidak mempunyai hubungan dengan bisnis dan kesejahteraan finansial rakyat?

Sebagai pebisnis dan manajer, apa yang bisa Anda lakukan untuk membangun kultur respek? Jika Anda menunjukkan sikap menghormati seseorang, maka akan menular kepada orang lain. Dalam suatu organisasi, ini merupakan tahap pembangunan kultur berskala kecil yang bisa menulari kultur berskala lebih luas.

Pertama, kenali setiap individu dengan mengamati faktor dominasi, pengaruh, kestabilan kerja, dan disiplin dalam mengikuti SOP. Setiap faktor tersebut mempunyai nilai tersendiri. Catatlah dan refleksikan. Berguna agar Anda dapat memimpin individu-individu dengan bekal informasi tentang kepribadian mereka. Ini mempermudah proses pengambilan keputusan.

Kedua, gunakan Golden Rule plus. Golden Rule klasik: lakukanlah kepada orang lain, apa yang kau harapkan ia lakukan kepadamu. Golden Rule plus: lakukankah kepada orang lain apa yang dia harapkan kau lakukan sepanjang memberikan nilai positif dan bermoral baik bagimu dan bagi penerima.

Ketiga, mengapresiasi orang lain sepantasnya pada saat kejadian, dengan tulus, dan dengan jelas. Yang dimaksud dengan yang terakhir ini adalah kejelasan akan pujian yang diberikan. Misalnya, dari beberapa jenis makanan untuk dicicipi, jelaskan yang mana yang paling enak walaupun Anda berterima kasih atas kesempatan yang diberikan secara keseluruhan. Tujuannya adalah agar ada proses pembelajaran dalam suatu pujian. Sehingga ini menjadi positive reinforcement untuk mengulanginya.

Alangkah baiknya suatu pujian dilontarkan di tempat umum. Dan alangkah baiknya menanyakan apa yang sebenarnya diharapkan dari suatu situasi atau target. Ini merupakan poin keempat. Mengabarkan informasi dan menanyakan apa yang diharapkan dari seseorang merupakan bentuk respek yang sederhana namun membawa efek jangka panjang bagi manajemen dan organisasi.

Terakhir dan terpenting adalah menyampaikan apa yang sebenarnya menjadi alasan utama pembuatan dan pendistribusian sesuatu, baik produk, proyek, target, maupun kebersamaan dalam satu tim. Respek perlu disampaikan dengan cara yang demokratis, informatif, dan elegan. Sudah masanya konsumen dan pekerja dihormati sebagaimana insan berpendidikan baik dan berinformasi luas. Ingat.

KONTAN Daily, 20 Juni 2014

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pin It on Pinterest

Share This