[Download PDF KONTAN Daily Menjadi Master Strategist]
oleh Jennie M. Xue
Bagaimana Bill Gates (Microsoft), almarhum Steve Jobs (Apple), dan Andy Grove (Intel) menjadi para legenda strategi? Mereka tidak dilahirkan dengan kemampuan ekstra dalam hal ini, namun proses belajar dan jatuh bangun mengkristalkan kemampuan mendesain dan menjalankan strategi sebaik mungkin.
Profesor Administrasi Bisnis Internasional di Harvard Business School David B. Yoffie dan Profesor Manajemen di MIT Michael A. Cusumano telah melakukan riset mendalam tentang kepemimpinan tiga raksasa IT tersebut. Dalam buku mereka “Strategy Rules: Five Timeless Lessons from Bill Gates, Andy Grove, and Steve Jobs,” lima kerangka strategi merupakan inti dari sukses berkesinambungan.
Pertama, bervisi ke depan namun mempelajari masa lalu. Filsuf dan teoris politik Irlandia Edmund Burke pernah berkata, “Those who don’t know history are destined to repeat it.” Mereka yang tidak mengenal sejarah akan mengulanginya. Seorang strategis yang baik mengenali apa saja yang telah dipelajari dari kesalahan masa lalu dan menjembatani masa kini dengan masa depan.
Caranya adalah dengan menganalisa diri akan batas-batas dan prioritas, arah perilaku konsumen, dan mengantisipasi pergerakan industri. Gunakan pengaruh sedapat mungkin. Antara lain dengan menjadi anggota atau pengurus organisasi industri penentu arah.
Dua, bertaruh untuk hal-hal besar, namun tanpa mempertaruhkan keseluruhan perusahaan. Para strategis legendaris mengenali kekuatan pengaruh mereka, namun upaya dilakukan dengan berbagai cara yang etikal walapun terkadang agak kontra-intuitif. Alias menjadi kontrarian yang “melawan arus.”
Gates dengan Microsoft startup tahun 1980an berani berkompetisi dengan IBM. Grove dengan kebijakan policy Intelnya menjadi pemasok teknologi mikroprosesor dengan market share terbesar. Jobs mengganti PowerPC chip dengan produksi Intel merupakan “pertaruhan” cukup besar di saat itu.
“Mengkanibalisasi” produk lama dengan produk baru yang sama-sama dibangun sendiri kedengarannya “mengerikan,” namun coba pikirkan baik-baik: bukankah lebih baik produk lama kita digantikan oleh produk baru kita sendiri? Prinsip Jobs yang paling spektakuler dan dicatat oleh penulis biografi Walter Isaacson, “If you don’t cannibalize yourself, someone else will.” Contoh klasik “tidak berani menjadi kanibal diri sendiri” adalah Kodak.
Tiga, membangun platform dan ekosistem, bukan hanya produk. “Platform” adalah terminologi yang sering digunakan diberbagai kesempatan. Seorang politikus dan penulis buku perlu mempunyai “platform” yang terdiri dari para pendukung dan pembaca.
Di dunia IT, ini berarti membangun suatu fondasi yang dipakai bersama-sama sebagai faktor pengikat. Gates membangun Windows, Jobs membangun iOS dan Page membangun Android. Baik dengan lisensi maupun open source, tiga platform inilah yang digunakan oleh berbagai gadget kita.
Empat, mengeksploitasi leverage dan kekuasaaan, ala Judo dan Sumo. Kemampuan memilih dan memilah para strategis legendaris menentukan arah bisnis. Gunakan beberapa taktik martial arts ini: bergerak di bawah radar, pegang kompetitor, dan gunakan kekuatan diri untuk memenangkan kompetisi. Serang sisi-sisi kompetitor yang lemah.
Lima, membentuk perusahaan di sekeliling jangkar utama. Kenali kelebihan utama perusahaan, seperti Microsoft dengan teknologi software, Intel dengan mikrochipnya, dan Apple dengan kekuatan desainnya. Kenali kekurangan diri sehingga bisa diisi oleh partner lain.
Setiap CEO legendaris belajar dari kesalahan mereka. Grove, misalnya, menyadari pentingnya pendekatan bottom-up selain top-bottom. Gates pernah nyaris dikalahkan oleh Netscape, namun akhirnya berhasil mengatasi kompetitor ini dengan beradaptasi optimal. Jobs malah pernah dipecat dari Apple yang didirikannya. Setelah ia kembali, ia sadari pentingnya menjalin kerja sama yang baik dengan para kompetitor, termasuk Microsoft.
Ketika suksesi terjadi, kejernihan strategi harus dijaga dengan baik. Gates and Grove telah mengundurkan diri dari posisi CEO, namun kehadiran mereka sebagai penasehat masih dibutuhkan karena kejernihan visi perusahaan perlu selalu diingatkan.[]
KONTAN Daily, Jumat 27 November 2015