Download KONTAN Weekly Menjadi Influencer
oleh Jennie S. Bev
Di social media, seorang influencer bisa dengan mudah diukur. Berbagai analytics software digunakan untuk mengukur ini. Jumlah hit alias traffic merupakan salah satu ukuran influencing power di dunia virtual. Di dunia nyata, mungkin jumlah pengikut bisa dijadikan indikator yang cukup dipercaya. Namun tentu saja seberapa dalam dan luas kadar keberpengaruhan seseorang sangat sulit untuk diukur.
Apa yang perlu dijadikan tolak ukur dari kadar keberpengaruhan (influencing) seseorang, suatu institusi, atau suatu merek? Enam “senjata,” menurut Vital Smarts dalam Influencer. Satu, mengajak supaya mencintai sesuatu yang mereka tidak sukai (motivasi personal). Dua, menolong hal-hal yang mereka tidak bisa lakukan (kemampuan personal). Tiga, memompa motivasi dan semangat (motivasi sosial). Empat, memberikan bantuan ketika diperlukan (kemampuan sosial). Lima, memberikan reward dan punishment pada tempatnya (motivasi struktural). Enam, mengubah lingkungan agar perbuatan positif semakin mudah dilakukan dan yang negatif semakin sulit dilakukan (kemampuan struktural).
Dalam kegiatan apapun, baik dalam bisnis maupun sehari-hari, enam sumber keberpengaruhan seseorang bisa dan sepantasnya dijalankan. Restauranteur Danny Meyer, misalnya, melayani 100.000 pengunjung dengan dibantu oleh 1.500 pelayan restorannya. Pengaruh Danny sangat kuat di mana kultur melayani didasari oleh ketulusan dan kebaikan hati terdalam. Misalnya seorang pengunjung restoran yang ketinggalan dompetnya di dalam taksi, langsung dibantu dengan menelpon perusahaan taksi dan telpon genggam yang tertinggal. Ini serupa dengan pengaruh Nordstrom yang luar biasa atentif terhadap kastemer.
Influencing di sini bukan hanya dalam lingkup customer service di bisnis dan kegiatan bermotif laba, namun bisa diterapkan dalam aksi-aksi nirlaba. Intinya, influencing adalah unsur dominan sebagai pemimpin. Bisa sebagai pemimpin pasar, pemimpin institusi, maupun pemimpin di kelas pelatihan. Prinsip-prinsipnya sama.
Wiwar Rojanapithayakorn seorang aktivis HIV/AIDS telah menyelamatkan setidaknya lima juta orang di Thailand dari kontraksi penyakit mematikan ini. Martha Swai di Tanzania membantu menurunkan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan program radionya. Aktivis berkaliber luar biasa ini, sebagaimana influencer lainnya juga mempunyai fokus dan daya ukur yang sangat mengagumkan. Influencer mempunyai perilaku high-leverage yang mendorong hasil luar biasa.
Satu lagi kasus influencer luar biasa: Dr. Donald Hopkins di Carter Center, Atlanta di negara bagian Georgia Amerika Serikat. Misi dokter idealis ini adalah menghapuskan penyakit yang disebabkan oleh cacing Guinea di seluruh dunia tanpa menggunakan pengobatan. Setiap tahun, 3 juta orang di 20 negara terkontraksi cacing ini yang menyebabkan rasa sakit luar biasa ketika cacing-cacing di dalam tubuh ke luar melalui celah-celah yang ada.
Kasus Wiwat aktivis HIV/AIDS menemukan dua hal penting. Satu, ketika momen krusial dan seseorang bertindak berbeda, maka ia menghindarkan penularan penyakit. Dua, perilaku tertentu sangat krusial untuk dilakukan. Maka ia mempunyai strategi: dengan 100 persen para pekerja seks bertindak berbeda di saat krusial, maka penyebaran HIV diinterupsi.
Carilah momen-momen krusial. Di situlah seorang influencer bisa me-leverage apa yang dimiliki sehingga bisa mengubah perilaku dalam skala besar.
Sekarang kita terapkan enam “senjata” dalam kasus doker Hopkins sang pemberantas penyakit cacingan. Satu, terapkan motivasi personal dengan mengajak anak-anak yang senang mandi di air kubangan untuk tidak main di sana. Dua, terapkan kemampuan personal dengan mengajarkan cara filtrasi air yang baik dan benar. Tiga, terapkan motivasi sosial dengan mengajak serta kepala desa dalam mengedukasi penduduk mengenai penularan cacingan.
Empat, terapkan kemampuan sosial dengan mengajak kerja sama dalam memfiltrasi air untuk dinikmati bersama. Lima, terapkan motivasi struktural dengan mengajarkan berbagai ketrampilan untuk meningkatkan daya ekonomi mereka. Semakin tinggi kemampuan finansial mereka, maka semakin baik kebersihan tangan. Ajarkan untuk makan dengan sendok dan garpu. Enam, terapkan kemampuan struktural dengan mempermudah mengambil air, misalnya dengan membangun jalan tembusan sehingga jarak lebih singkat.
Enam “senjata” seseorang sebagai influencer bisa diterapkan kapan saja dan oleh siapa saja. Dunia nyata maupun maya ternyata tidak jauh berbeda, sepanjang kita tahu titik-titik yang perlu difokuskan sebagai mekanisme leverage. Krusialitas suatu titik merupakan inti dari keberhasilan. Ini merupakan formula keberhasilan dan kepemimpinan seorang influencer. Fokus. Jalankan dengan jernih.[]
KONTAN Weekly, 1-7 Juli 2013