[Download PDF KONTAN Daily Menjadi Girlboss.]
by Jennie M. Xue
Perempuan muda bergaya bohemian kelahiran 1984 bernama Sophia Amoruso ini pernah menjadi seorang pengelana yang tidur di mana saja dan makan dari sisa buangan. Kini ia adalah CEO perusahaan fashion beromzet USD 100 juta per tahun dengan kantor seluas 50.000 kaki persegi di Los Angeles dan mempekerjakan 350 pegawai.
Berbeda dari para jutawan dot-com yang kebanyakan lulusan atau jebolan universitas ternama, seperti Stanford dan Harvard, ia tidak pernah kuliah di bangku universitas. Dan kebetulan masuk ke dunia retail online dengan menjual pakaian bekas di eBay. Motonya? Hidup ini pendek. Jangan malas.
Dalam buku best-sellernya berjudul #Girlboss (tagar Girlboss), Amoruso memaparkan perjalanan hidupnya yang unik dari seorang pengelana hingga menjadi seorang bos perempuan. Ia memulai dengan mindset: lebih baik mengerahkan energi seluruhnya untuk menjadi idola bagi diri sendiri daripada menjadikan orang lain sebagai idola.
Bagi seorang Amoruso, berkesempatan makan tiga kali sehari dan mempunyai kamar tidur hangat saja merupakan kemenangan tersendiri, mengingat latar belakangnya yang bohemian dan nomadis. Ia merasa dirinya pecundang di masa-masa kecil dan remajanya, namun ia kini merasa terberkati sebagai seorang CEO perusahaan dot-com yang dirajai oleh para pria ahli IT dan jebolan universitas ternama.
Amoruso merupakan suatu enigma yang sangat pantas dijadikan teladan bagi para entrepreneur perempuan. Bahkan majalah Forbes menjulukinya “fenomena fashion” terbaru.
Pertama, ia memilih untuk memulai bisnis dengan nyaris nol kapital. Pakaian-pakaian perempuan yang dijualnya di eBay dibelinya dari pasar murah pakaian bekas. Buku panduannya hanya satu: Starting an eBay Business for Dummies.
Jalur penjualan dan pemasaran yang dipakainya telah ada sebelumnya, jadi ia tidak menciptakan sesuatu yang baru. Ia bukan pencipta, ia adalah user yang luar biasa dan berhasil. Ia bukan Mark Zuckerberg, Steve Jobs, atau bahkan Tony Hsieh. Ia memiliki daya belajar tinggi dan fokus, terlepas dari keterbatasannya.
Dengan ketajaman mata akan kualitas “layak pakai,” ia berhasil membeli dengan harga luar biasa murah sekitar beberapa USD saja dan dijual mark-up ratusan persen. Thrift stores seperti Goodwill, Salvation Army, dan semacamnya merupakan ladang buruannya.
Toko online pakaian bekas tersebut diberi nama Nasty Gal. Nama ini berasal dari album vinyl Betty Davis yang diluncurkan di tahun 1975 dengan judul lagu yang sama. Gaya yang dibawakannya vintage alias “pakaian bekas layak pakai” dengan dandanan ala tahun 1970an. Bukan perempuan fashion dengan Hermes, namun putri hippie dengan poni lurus.
Kini Nasty Gal beromzet sekitar USD 100 juta per tahun. Dengan prinsip “menyukai diri sendiri dulu sehingga orang lain juga menyukai kita,” ia belajar mencintai berburu pakaian bekas, termasuk melalui Craigslist yang padat iklan baris barang-barang bekas, seperti teater bangkrut dan koleksi pakaian seseorang yang baru meninggal dunia.
Suatu ketika, ia membeli jaket bekas Chanel seharga USD 8 dan dijual di eBay dengan tawaran awal USD 9.99. Ternyata berhasil dijual seharga USD 1500. Dahsyat benar model bisnis lelang vintage clothes ini.
Kedua, Amoruso memanfaatkan marketing gratis efek dari social media seperti MySpace dengan 60.000 friendsnya. Selain itu, ia juga menggunakan dirinya sendiri sebagai model.
Ketiga, Amoruso mengerti nilai siluet dan “jatuhnya” sebuah pakaian ketika difoto. Semakin baik “jatuhnya,” akan semakin indah dipandang dan semakin mudah dijual. Ini adalah skill tentang fashion yang cukup advanced.
Dalam satu setengah tahun, mereka telah beroperasi dari gudang pelabuhan di Benicia. Setahun kemudian, mereka pindah ke tempat operasi yang lebih besar di Berkeley. Delapan bulan kemudian, mereka pindah lagi ke Emeryville di mana Pixar berlokasi. Dalam satu tahun, mereka tumbuh 700 persen.
Perjalanan Amoruso unik dan “biasa” yang bisa diteladani siapapun. Asal rajin, pasti bisa. Ini telah terbukti dengan omzet USD 100 juta per tahun. Wow.[]
KONTAN Daily, Jumat 27 Februari 2015