
Image Source: Vanity Fair
[Download PDF KONTAN Daily Menghindari Resiko ala Michael Burry]
oleh Jennie M. Xue
Anda mungkin tidak kenal wajahnya, namun pernah mendengar namanya. Michael Burry. Laki-laki dengan Asperger’s Syndrome ini dibesarkan di San Jose, Silicon Valley, sebelah selatan dari San Francisco. Ia dikenal sebagai seorang “big short-seller” terbesar dalam period subprime mortgage crisis yang mengeruk keuntungan USD 1.5 miliar.
Michael Burry bukan seorang “risk taker” namun ia mengaku bahwa ia adalah seorang “risk avoider.”
Analisanya tentang meletusnya gelembung properti di tahun 2007 telah ia dimulai sejak 2003 ketika suku bunga rendah menarik dan investasi subprima mulai menggila. Sebelum meletusnya gelembung ini, tidak ada satupun investor subprima dan para investor Wall Street yang mau mendengarkan analisis Henry Paulson dan Michael Burry ini. Saat itu, mereka tergila-gila produk mortgage-backed securities (MBS) dan Credit Default Swap (CDS).
Eurforia bisnis properti, kredit subprima, CDS, dan MBS sangat kental saat itu. Namun Michael Burry tidak termakan fiesta ini.
“Black swan event” seringkali muncul dalam dunia investasi walaupun sangat jarang namun mempunyai efek kolosal. Kolapsnya ekonomi AS saat itu termasuk fenomena serupa. Uniknya, bagi seorang Michael Burry, ini sudah bisa dideteksi sejak lama.
Apakah Burry hanya sedang beruntung saja atau ia adalah salah satu dari investor paling cerdas di dunia?
Pengakuannya sebagai seorang pengidap Asperger’s Syndrome, daya nalarnya bekerja sebagai “orang luar,” dengan kata lain perspektif yang ia pakai dalam menjalani hidupnya seakan-akan berada dari luar pagar. Ini memberikan daya observasi dan obyektifitas yang lebih tinggi dan lebih baik dibandingkan dengan Anda dan saya. Ia selalu menganalisa apapun yang ada di sekitarnya.
Ketika ia menjalani internship sebagai dokter muda di Stanford University Hospital, ia tinggal di Silicon Valley yang sedang meriah dengan berbagai IPO. Burry pun mengenali gelembung dot-com dan gelembung properti yang bisa menjadi kesempatan luar biasa bagi investor seperti dirinya. Karir di dunia medis ia tinggalkan.
Michael Lewis penulis “The Big Short” memuji riset Burry yang dalam dan sekelas Warren Buffett. Ia menganalisa saham-saham yang overvalued dan undervalued. Ia memilih saham-saham yang undervalued dengan prinsip “value investing.” Ia pun mendirikan Scion Capital yang berinvestasi berdasarkan riset mendalam long-term value.
Gotham Capital pun menyatakan kekaguman mereka dan ikut berinvestasi di Scion Capital. Dalam beberapa bulan ia mendapatkan USD 200 juta kapital. Burry tetap bekerja sendiri dalam mengelola Scion Capital.
Di tahun pertama Scion, mereka mendapatkan growth 55 persen, sedangkan S&P turun 12 persen. Selama lima tahun, S&P turun 6.8 persen, sedangkan Scion naik 242 persen.
Di tahun 2003 ketika interest-only mortgage diperkenalkan, Burry telah mencium awal kolapsnya ekonomi. Prediksinya, para peminjam akan mengalami kesulitan membayar prinsipal hutang ketika interest-only payment teaser period selesai, atau bahkan belum selesai. Pertimbangan utamanya adalah penghasilan konsumen tetap, sehingga harga properti yang terus menanjak akan tiba di titik jenuh dan meletus. Apalagi ketika pertumbuhan ekonomi melambat.
Tepat prediksinya, di tahun 2007, piramida mortgage-backed securities kolaps berkeping-keping. Scion Capital pun menikmati USD 1.5 miliar dan Burry sendiri mendapatkan USD 100 juta. Para investornya yang setia menunggu sejak 2000 mendapatkan net gain 472 persen.
Burry sebenarnya bukanlah pemburu big short, ia adalah pemburu long short. Namun ia melakukan big short saat itu karena memang ia “telah melihat” kolaps ekonomi. Kini ia adalah investor tunggal tanpa hedge fund capital yang “membelenggu.”
Menghindari resiko adalah gaya investasi Michael Burry yang melontarnya ke posisi “investor hebat.” Benchmark yang bagus.[]
KONTAN Daily, 22 Mei 2015