Select Page

Luar Biasa

Download PDF: LUAR BIASA Mengenali Kualitas Coaching

by Jennie M. Xue

Begitu banyak coach yang menawarkan berbagai jasa kepada para pelanggan individu maupun korporat. Namun, bisakah Anda mengenali kualitas coaching yang terbaik dari yang baik dan yang baik dari yang biasa-biasa saja? Nama yang terkenal belum tentu merupakan jaminan kualitas. Ada beberapa ciri yang perlu diperhatikan dari seorang coaching yang baik dan terbaik.

Di sini penulis menggunakan terminologi “coaching” yang berbeda dari “motivator.” Seorang coach yang bereputasi baik menjalankan prinsip-prinsip coaching berdasarkan Ilmu Psikologi Positif yang bisa diukur, ditargetkan, dan dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Sedangkan seorang motivator mempunyai fungsi yang berbeda dari coaching. Seorang motivator mempunyai kebebasan penuh dalam berimprovisasi dan bisa dilakukan dalam satu sesi untuk memicu semangat.

Pertama-tama, Anda perlu mengenali bahwa tidak ada “one size fits all” dalam executive coaching. Seorang coach berfungsi mirip seperti seorang dokter atau psikolog yang perlu mendiagnosa masalah dan akar dari persoalan. Bisakah obat yang sama digunakan untuk penyakit yang berbeda? Tentu tidak. Demikian juga dengan coaching.

Seorang klien biasanya memerlukan coaching untuk mencapai tujuan tertentu yang perlu diukur agar bisa dipertanggungjawabkan. Selain itu, pengukuran “sebelum” dan “sesudah” coaching dilaksanakan membuktikan perkembangan positif, sehingga klien mempunyai pegangan dalam merepetisi aktivitas yang bermanfaat.

Keunikan dan kebutuhan klien merupakan rambu dan point of reference seorang coach yang baik. Ia tidak dengan serta-merta memberikan solusi yang sama bagi semua kliennya. Ia juga memberikan teladan akan proses pencapaian tujuan dan proses pembelajaran yang perlu dijalankan terus-menerus.

Industri executive coaching sendiri telah memasuki era maturitas, di mana pasar sudah mengenali keunggulannya dan perlu diferensiasi yang jelas agar masih bisa melakukan penetrasi. Klien mengenali dan akan semakin baik dalam mengidentifikasi para coach handal.

Pada dasarnya, seorang coach mempunyai fungsi utama “membangunkan” potensi kepemimpinan seseorang. Ini bisa dilakukan dengan tatapan muka individu maupun dalam grup. Perspektif yang digunakan bisa dari berbagai segi dan menggunakan data set yang bisa dipercaya.

Obyektif dari setiap sesi coaching adalah: meningkatkan kesadaran diri, membangun proses belajar mandiri, meningkatkan efektivitas diri, membangun pengaruh, menjembatan kepercayaan diri, dan membangun resiliensi dan kebijaksanaan. Jadi, apabila Anda adalah individu yang perlu menggunakan jasa dari seorang coach, sudah sepantasnya Anda mengenali obyektif dan tanyakan kepada calon coach tersebut.

Empat kuadran yang dipakai dalam matriks coaching adalah: organisasional, perilaku, personal, dan hasil akhir. Keempat kuadran tersebut merupakan kerangka program coaching yang fleksibel berdasarkan kebutuhan.

Seorang coach yang baik juga diharapkan berpartisipasi aktif dalam proses bimbingan, membuka diri terhadap pembelajaran, membuka diri terhadap perubahan, bersedia keluar dari zona nyaman, dan berorientasi masa depan. Dari wawancara awal dengan calon klien, seorang coach perlu mengidentifikasi tiga tingkatan pembelajaran: membangun mental taktis dan strategis dalam penyelesaian masalah, membangun kapasitas kepemimpinan yang fleksibel, dan mempelajari cara belajar yang baik dan benar.

Di Indonesia, seringkali seorang calon klien belum memiliki cara belajar yang baik dan benar, sehingga poin ketiga ini sangat berharga untuk dimasukkan ke dalam program coaching. Topik ini juga merupakan salah satu bagian yang paling berharga bagi para coachee alias klien.

Seorang coach bisa saja mempunyai sertifikasi internasional dari International Coach Federation (ICF). Namun ini bukan merupakan jaminan kualitas. Namun yang pasti, seorang coach yang baik mempunyai core competencies sebagai berikut: mempunyai dasar profesional yang etikal dan bisa dipertanggungjawabkan, mampu membangun hubungan baik berdasarkan kepercayaan, mampu berkomunikasi secara efektif, dan mampu memfasilitasi proses pembelajaran dan mampu mengukur hasil akhirnya.

Profesionalisme sebagai seorang coach menentukan hasil akhir proses coaching, mengingat proses pembelajaran membutuhkan hubungan timbal-balik yang setara antara coach dan klien. Kultur komunikatif yang aktif perlu dibangun terutama di Indonesia yang lebih pasif daripada di dunia barat. Di sinilah peran dan profesionalisme seorang coach menentukan kualitas coaching. Selamat bercoaching ria.[]

LUAR BIASA, September 2014

Pin It on Pinterest

Share This