[Download PDF KONTAN DAILY Mengenal Etsy Pasar Bagi Pengrajin]
oleh Jennie M. Xue
Kalau di Indonesia ada Kuka.co. id, sebelumnya telah ada Etsy.com yang bermarkas di Brookly, New York. Etsy didirikan di tahun 2005 dan satu dekade sesudahnya, ia go public dengan nilai USD 266,6 juta dan harga per saham USD 16. Hari ini, nilai Etsy mencapai USD 2 miliar dengan pengguna 54 juta orang penjual kerajinan tangan.
Pendiri Etsy adalah Robert Kalin dan Josh Silverman sebagai CEO terbaru yang diangkat bulan Mei lalu. Silverman pernah menjabat sebagai CEO Skype dan Evite. Sedangkan CEO sebelumnya Chad Dickerson pernah memegang posisi CTO Etsy dari 2006 hingga 2011.
Investor-investor besar pemegang saham Etsy termasuk Accel Partners, Index Ventures, Union Square Ventures, dan Tiger Global Management. Posisi Etsy dalam konstelasi dunia dotcom e-commerce cukup menarik.
Etsy adalah marketplace alias pasar online bagi para pengrajin berbagai produk kerajinan tangan, dari lukisan abstrak, aksesoris perak, sweater rajutan, hingga ukiran kayu dan website mungil. Jika Anda bekerja dari rumah dan menghasilkan produk kerajinan cottage industry, Etsy adalah tempat untuk menjualnya.
Bisa dimengerti mengapa Etsy adalah komunitas para hipster dan bohemian yang senang dengan produk-produk unik one of a kind di dunia. Barang-barang yang ditawarkannya unik dan khas tiada duplikatnya di dunia. Ini karena proses produksinya sangat eksklusif, dikerjakan satu per satu.
Persyaratan cottage industry ini sangat jelas dalam terms and condition dan enforcementnya ketat. Inilah faktor yang sangat membedakan Etsy dari marketplace online lainnya, seperti eBay dan lainnya.
Salah satu Etsy seller paling berhasil adalah Alicia Shaffer yang beromzet USD 70 ribu per bulan. Ia didepak dari sana di tahun 2015 ketika ia ketahuan menjual barang-barang impor dari China buatan pabrik. Ini jelas melanggar aturan main Etsy yang mengutamakan produk kerajinan tangan eksklusif dan cottage industry lokal.
Filosofi manajemen dan ekspansi bisnis Etsy juga sangat menarik. Di Eropa, pusat mereka di Berlin, London, Dublin, dan Paris. Di Kanada berpusat di Toronto. Australia di Melbourne. Jepang di Tokyo. AS Pantai Barat di San Francisco. Dasar pemikiran pemilihan kota-kota tersebut adalah keunikan tiap kota, di mana kultur berbeda-beda.
Perbedaan adalah aset kultural Etsy. Semakin berbeda kultur di suatu tempat, semakin kaya produk-produk kultural yang dihasilkannya. Semakin kayalah inventaris produk yang dijual Etsy.
Di kota-kota tersebut dibangun komunitas yang disebut Etsy Lab. Dalam laboratorium ini, para produsen diundang untuk saling belajar dan berbagi ilmu. Komunitas pembelajaran ini meningkatkan ketrampilan para anggota dalam segi produksi dan estetika (technical skills).
Setiap Kamis juga diadakan Business Night di mana para peserta belajar segi-segi bisnis dalam e-commerce, seperti memoles foto-foto agar tajam dan mengundang pembeli dan menggunakan berbagai fitur yang kurang dikenal (business skills). Serta mempelajari berbagai strategi pemasaran.
Intinya, Etsy sangat berorientasi artisan yang berwirausaha. Sebagaimana UKM di Indonesia yang perlu banyak dilatih ketrampilan berbisnis, Etsy menggunakan jalur ini untuk outreach pembelajaran ke produsen dan konsumen.
Apa yang bisa kita pelajari dari studi kasus Etsy ini?
Pertama, pegang teguh aturan main situs.
Etsy adalah situs marketplace kerajinan tangan. Titik. Jika ada pelanggaran, perlu ditegur dan diperbaiki, karena bisnis e-commerce sangat mengandalkan diferensiasi produk. Tidak bisa segala macam produk dijual, karena akan membingung konsumen, branding, dan positioning.
Kedua, bangun outreach offline.
Bangun berbagai komunitas dan laboratorium agar brand situs tidak hanya semakin menggema, namun memberikan manfaat bagi banyak orang. Ada unsur ketulusan sosial di sana dan ini sangat powerful dalam bisnis. Ini disebut sebagai “kekuatan organik.”
Ketiga, kembangkan ketrampilan para produsen.
Ajarkan berbagai ketrampilan yang membantu proses produksi dan marketing. Ingat, setiap anggota marketplace adalah mitra usaha. Ketika mereka sukses, maka sukses pulalah pemilik situs. Rangkul mereka dengan kesadaran tersebut.
Keempat, enam sumber revenue yang kreatif.
Biaya listing sangat terjangkau, yaitu USD 20 sen. Komisi per penjualan 3,5 persen. Selain itu, revenue berasal dari listing yang dipromosikan, checkout langsung, penjualan shipping labels, dan pembayaran POS. Dengan USD 1.000 omzet per produsen Etsy per tahun, dengan 54 juta anggota, omzet perusahaan mencapai USD 54 trilyun. Angka ini sangat fantastis.
Akhir kata, hanya dengan membidik sumber produk dengan jitu, suatu perusahaan dapat menguasai pangsa pasar. Etsy adalah ratu dotcom barang-barang kerajinan dan ia masih terus merajai dunia maya.[]
KONTAN Daily, 14 Juli 2017