Select Page

office450

Kontan Logo

[Download PDF KONTAN Weekly Mengelola Politik Kantor]

oleh Jennie M. Xue

Jika Anda pernah bekerja di kantor, pasti kenal “office politics” alias “politik kantor.” Sikut-sikutan dan berbagai “fitnah” menjadi makanan sehari-hari. Namun setiap organisasi mempunyai kultur yang berbeda, sehingga “kadar” kekentalan politik kantor juga tidak sama.

Bagi para manajer dan tim manajemen, sebaiknya “kadar” politik kantor diinterupsi sehingga bisa semakin melemah. Yang perlu ditingkatkan adalah “kadar” berkompetisi secara sehat. Bagaimana strateginya?

Menurut Harvard Business Review Guide yang ditulis dengan ciamik oleh Karen Dillon, co-author New York Times best-seller berjudul How Will You Measure Your Life?, ada beberapa hal yang perlu dicermati, dipahami, dan dikuasai agar terjadi perubahan berarti yang positif bagi organisasi.

Pertama, mengenali berbagai tipologi para “bos” alias “mereka yang memimpin” walaupun mungkin dengan kemampuan manajemen asal-asalan. Kenali apakah atasan Anda merupakan pemimpin yang baik atau tidak bagi Anda.

Seorang pemimpin yang baik, mendorong subordinat untuk maju baik dalam tugas, karir, maupun aktualisasi diri. Jadi, jika atasan Anda melakukan hal-hal sebaliknya, maka sebaiknya Anda beraksi dan berproaktif untuk memajukan diri sendiri dan menyadarkan atasan akan pentingnya dukungan moral bagi bawahan. Memang ini tidak gampang dilakukan, namun perlu dicoba untuk kenyamanan kerja tim.

Kedua, mengenali berbagi tipologi antar kolega di tempat kerja. Kenali kolega berdasarkan lima tipe: sangat kompetitif, pe-bully (merendahkan, meremehkan, dan menyudutkan), membela klik sendiri (grup internal favorit), mencuri kredit, dan si sirik. Yang lebih penting lagi adalah mengenali akar permasalahan.

Walaupun penanganan setiap kasus berbeda, coba gunakan sudut pandang kolega yang bermasalah tersebut. Apa yang menyebabkan terjadi kompetisi yang tidak sehat? Apakah jumlah posisi promosi terbatas? Mengapa salah satu kolega tampak “membully” Anda? Apakah Anda tampak “lemah” dan “tidak berdaya”?

Bangunlah citra bahwa Anda adalah “kolega yang baik dan bisa diandalkan” tanpa bicara buruk di belakang orang lain dan siap membantu untuk kepentingan tim. Pecahkan pola-pola yang tidak produktif dalam diri dan kolega. Bahkan, kalau bisa pecahkan pula pola-pola atasan Anda yang “memberatkan” tim. Gunakan gaya dewasa yang diplomatis namun otoritatif.

Ketiga, mengenali berbagai masalah di tempat kerja. Apa sebenarnya masalah dalam perusahaan atau organisasi yang meresahkan tim manajemen dan subordinat? Apakah masalah tersebut berpotensi mem-PHK-kan alias me-layoff Anda dan kolega? Jika ya, tetaplah berlaku tenang dan tidak kasak-kusuk di tempat kerja mengenai pencarian pekerjaan baru.

Beri masukan kepada tim manajemen apabila ada yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi masalah perusahaan atau organisasi. Intinya adalah “mengurangi masalah.” Bukan menambah masalah baru. Pikirkan baik-baik sebelum Anda menawarkan bantuan atau input solusi.

Keempat, meningkatkan “soft skills” untuk bertahan dan berkarya pesat. Tingkatkan kemampuan yang tidak terlihat, alias ketrampilan dan kemampuan yang tidak teknikal, seperti promosi diri (self-branding), bernegosiasi, kepemipinan, forecasting, menulis, dan sebagainya.

Selain itu, bangun strategi “survival” alias “bertahan hidup.” Strategi ini dijalankan dengan etikal, tanpa ada penyerangan yang tidak perlu, apalagi tikaman dari belakang. Jalankan dengan sportifitas tinggi, tanpa pengecualian. Lakukan aktivitas secara gentleman.

Kelima, menggabungkan keempat elemen di atas. Dalam kultur organisasi yang bersih dan sehat, politik kantor dapat dimimalkan sehingga kreativitas dan produktivitas bisa maksimal. Gunakan radar “kreativitas dan produktivitas” untuk menentukan aktivitas yang dijalankan: is this activity going to help with creativity and productivity?[]

KONTAN Weekly, 16-22 Februari 2015

Pin It on Pinterest

Share This