Select Page

[Download PDF KONTAN DAILY Mencari dan Menjadi Angel Investor]

oleh Jennie M. Xue

Angel Investor (AI) mempunyai fungsi sosial penting. Dengan semakin banyak dana yang ditanamkan oleh para AI ke dalam berbagai bisnis, semakin berdaya bisnis-bisnis tersebut dalam menjalankan roda ekonomi.

Secara makro, bisa membangun kesejahteraan bagi para stakeholder, termasuk Anda dan saya. Dan diharapkan bisa trickle-down juga ke para penjaja informal di sekitar. Efek positifnya akan menggulung luar biasa.

Ide bisnis jenial yang memberikan solusi atas suatu masalah semestinya menarik para investor. Walaupun seringkali konsumen sendiri tidak menyadari adanya “kebutuhan” tersebut. Bisakah Anda bayangkan hari-hari sebelum komputer tablet seperti iPad diciptakan? Saat itu, kita tidak begitu merasa membutuhkannya namun hari ini kita tidak bisa hidup tanpanya.

Walaupun penulis telah beberapa kali membahas mengenai AI, fenomena ini masih sangat menarik. Di AS, ada acara televisi bernama Shark Tank yang diproduseri oleh Mark Burnett.

Acara ini merupakan kompetisi ide-ide bisnis yang dipresentasikan di hadapan para “shark” yaitu para pebisnis kawakan seperti Mark Cuban pemilik Dallas Mavericks, Daymond John pendiri FUBU, Kevin O’Leary pendiri O’Leary Financial Group, Barbara Corcoran dan lainnya. Para pemenang kompetisi ini mendapatkan dana segar untuk merealisasikan bisnis mereka.

Salah satu yang paling menarik perhatian penulis adalah Groove Book, yaitu jasa pencetak foto-foto digital di telepon genggam yang mempunyai revenue model “subscription” alias berlangganan setiap bulan. Groove Book ini telah diakuisisi oleh Shutterfly, pionir digital photo printing via mail order senilai USD 14,5 juta.

Para juri Shark Tank, entitas Shark Tank, dan Shutterfly merupakan contoh ekstrim jalur yang bisa diambil untuk mencari AI. Tergantung dari perjanjian investasi mereka, bisa saja mereka merangkap sebagai AI.

Dan yang menarik dari fenomena AI ini adalah batas-batas geografis tidak menjadi masalah. Para AI mempunyai mindset “bisnis global” dan berani terjun langsung dalam melalukan due diligence asesmen resiko dan analisis bisnis. Bisa diperhatikan dari berbagai bisnis gaya hidup di Indonesia dan Singapura, betapa banyak yang berasal dari investasi asing. Bisa saja sebagian berasal dari AI yang bergabung dalam angel networks.

Di Inggris Raya, daftar para angel aktif bisa dijumpai di direktori: http://www.ukbusinessangelsassociation.org.uk/member/directory. Di Amerika Serikat: http://www.angelcapitalassociation.org/directory/. Di Australia: http://businessangels.com.au/. Dan para AI tidak terbatasi oleh keanggotaan resmi dalam suatu organisasi. Siapa saja, termasuk teman dan anggota keluarga Anda bisa saja menjadi AI bagi bisnis atau proyek baru Anda.

Tentu saja, due diligence alias “melakukan analisis mendalam” baik mengenai AI maupun sebagai AI merupakan kebutuhan yang menentukan sukses atau gagalnya suatu investasi. Kemampuan mengenali ketidakpastian dan hal-hal di luar dugaan yang menjadi ancaman dan kelemahan membutuhkan ketrampilan dan kejelian terasah bertahun-tahun.

Jadi, walaupun siapa saja bisa menjadi AI dan bisa berinvestasi sebagai AI, “kelonggaran” konsep AI sebaiknya tidak dengan “longgar diumbar” begitu saja.

Pertama, kenali nilai dari suatu bisnis. Ini membutuhkan industry multiplier yang spesifik dan membutuhkan riset cukup mendalam. Misalnya, untuk bisnis berbasis online, multiplier yang digunakan bersifat eksponensial, sebagaimana perkembangan Youtube yang luar biasa pesat, misalnya, sehingga nilai jualnya saat itu USD 1,65 miliar. Instagram dijual kepada Facebook sebesar USD 1 miliar.

Untuk bisnis brick-and-mortar, misalnya toko bakmi tentu mempunyai formula perhitungan nilai yang lebih aset dan revenue based, bukan nilai eksponensial di masa depan. Net Present Value (NPV) bisa dihitung dengan lebih nyata dengan Internal Rate of Return (IRR) yang bisa ditargetkan 30 persen ke atas.

Kedua, due diligence mencakup risk-reward, business plan, marketing plan, serta faktor-faktor legal dan lainnya yang sama sekali tidak bisa dilewatkan. Visi tentu penting, namun visi perlu didukung dengan data set yang bisa dipertanggungjawabkan. Intuisi bisnis perlu digunakan, namun bukan merupakan satu-satunya faktor penentu final.

Selamat mencoba menjadi dan mencari angel investor.

KONTAN DAILY, Jumat, 16 Desember 2016

Pin It on Pinterest

Share This