
Source: Bang & Olufsen
[Download PDF KONTAN DAILY Manuver Bang and Olufsen]
oleh Jennie M. Xue
Produk-produk audio, visual, dan telekom Bang & Olufsen dikenal dengan sebutan “B&O” di antara para penggemarnya. Desain dan kualitas suara dan gambarnya luar biasa jernih dan memukau, membuatnya ikon kultural sekelas Leica. Pasar yang dibidiknya para insan berdompet super tebal dan bisnis kelas atas, seperti developer properti luks dan hotel-hotel berbintang lima.
Didirikan di tahun 1925, di Struer kota kecil Denmark, oleh dua insinyur muda Peter Bang dan Svend Olufsen, kini produk B&O dipasarkan di 100 negara melalui outlet khusus. B&O retailer mirip dengan Apple Store yang menjual eksklusif. Para konsumennya pun super fanatik.
Dengan valuasi USD 450 juta, B&O kini diincar akuisisi oleh perusahaan distributor produk-produk luks asal Hong Kong Sparkle Roll Group Ltd. Pasar Asia, terutama Cina, ternyata sangat memuja merek legendaris passion luxury B&O ini.
Kelebihan utama produk-produk B&O bukan hanya dari sisi akustik, desain, dan performance. Usia setiap produk diperkirakan sekitar 20 tahun. Setiap toko retail B&O menjanjikan berbagai bentuk layanan purna jual yang komprehensif.
Produk B&O sangat environmentally friendly dengan standar tinggi Environmental Design Standards, mengingat standar Skandinavia dan EU sangat tinggi. Setiap komponennya dipastikan diproduksi dengan standar ekologi tertinggi sejak awal desain hingga distribusi. Product requirement database mereka mencatat setiap fase proses manufaktur, sehingga tidak ada proses kecil yang terlewatkan.
Limbahnya pun dipastikan diolah ulang dengan standar tertinggi. Setiap outlet resmi siap membantu pembuangan produk B&O dan baterai agar tidak mencemari lingkungan dan apa yang bisa didaur-ulang, akan dioptimalkan.
Sebagai bisnis yang telah berusia hampir satu abad, strategi bisnisnya bergulir seiring perkembangan zaman. Satu hal yang mereka pertahankan adalah kualitas kejernihan suara dan gambar serta desain minimalis cerdas. Setiap penggemar B&O pasti bisa mengenali produk favorit mereka, karena memang tidak ada duanya di dalam industri consumer electronics.
Ekspansi kini merambah ke Asia, benua yang semakin tinggi daya belinya. Termasuk Cina dan Indonesia. Outlet B&O kini dapat ditemui di mal-mal premium di Asia, termasuk di ION Singapura dan Plaza Indonesia.
Teknologi display televisi OLED yang dipelopori LG digunakan B&O untuk produk-produk barunya. Ini menurunkan ongkos produksi (production cost), sehingga profit per unit dapat diperkirakan lebih tinggi. Sedangkan harga jual kemungkinan besar akan dipertahankan tetap tinggi. Era teknologi murah ternyata sangat menguntungkan consumer electronics luks.
Kerja sama dengan manufaktur otomobil luks juga diperdalam dengan integrasi B&O 3D Sound System dalam Audi A4 Saloon dan Audi A4 yang terdiri dari 19 speaker individual. Dapat diperhatikan suara surround yang tidak hanya disekeliling Anda, namun juga secara vertikal. Berbagai integrasi dengan BMW, Aston Martin, dan Mercedes juga dilakukan.
Apa pelajaran dari strategi bisnis B&O?
Pertama, bangun merek dengan kualitas super premium. Pastikan proses produksi dari desain hingga eksekusi distribusi ramah terhadap lingkungan. Turunkan carbon footprint seoptimal mungkin. Keselamatan planet berada di tangan produsen dan konsumen.
Kedua, bangun gurita retail dengan servis purna jual komprehensif, termasuk edukasi pembuangan limbah. Bekali tim di outlet dengan pengetahuan produk, servis, dan ramah ekologi.
Ketiga, bidik pasar B2B dan B2C dengan demografi jelas. Di mana konsumen berada, di situlah masuk produk melalui partnership B2B maupun direct ke konsumen. Semakin dikenal produk melalui partnership-partnership tersebut, semakin tinggi penjualan langsung ke konsumen (B2C).
Keempat, mengurangi ongkos produksi identik dengan meningkatkan profit tanpa menurunkan harga jual. Dengan menurunnya harga teknologi pada umumnya, kualitas materi tidak perlu diturunkan dan ini sangat menguntungkan bagi produsen teknologi luks.
Kelima, nilai magis sebuah merek dapat bertahan hingga satu abad atau lebih. Kuncinya adalah pemahaman filosofi produk yang diterjemahkan dalam proses produksi dan produk akhir premium.
Bisa dimengerti mengapa para produsen consumer products kini berlomba-lomba memasuki pasar luks. Pasar ini tergolong stabil mengingat purchasing power yang tetap tinggi walaupun terjadi resesi global. Menggunakan strategi “turunkan ongkos produksi” dan “kerja sama B2B atas dasar demografi identik” tampaknya cukup jitu.[]
KONTAN DAILY, Jumat, 31 Maret 2017