Select Page

Kontan

Download KONTAN Article on LIBOR (PDF) 

(Versi yang belum diedit.)

oleh Jennie S. Bev

Skandal LIBOR baru-baru ini merupakan dampak buruk dari kapitalisme berbasis kerakusan. Benarkah? Sebenarnya apa yang terjadi dengan Barclays, Wall Street dan manipulasi yang terjadi?

Pertama-tama, mari kita bahas apa itu LIBOR. LIBOR singkatan dari London Interbank Offered Rate. LIBOR merupakan pengukuran dari suku bunga bank-bank global yang dikenakan terhadap peminjaman jangka pendek, tanpa garansi terhadap default, tidak seperti garansi yang diberikan oleh FDIC di Amerika Serikat. LIBOR dimonitor oleh badan-badan pemerintah di Inggris Raya, seperti UK Financial Services Authority, namun tidak diregulasikan.

Standar LIBOR digunakan di dunia internasional dan kemungkinan besar juga berdampak bagi Anda sendiri, baik disadari maupun tidak. Misalnya, setiap perjanjian pemakai kartu kredit, KPR dan kredit kendaraan bermotor mengacu kepada standar LIBOR dalam pengenaan suku bunga.

Skandal LIBOR baru-baru ini di London dilakukan oleh para traders di Barclays dan beberapa bank yang memanipulasi suku-suku bunga utama pada tahun 2005 sampai 2009 untuk meningkatkan keuntungan trades mereka. Barclays sendiri adalah salah satu bank terbesar di dunia dan terbesar kedua di Inggris Raya.

Karena LIBOR merefleksikan suku bunga yang dibayarkan atas hutang-hutang jangka pendek dengan durasi satu hari hingga satu tahun, maka fluktuasinya merupakan cermin dari situasi moneter dunia yang sesungguhnya. Dalam situasi normal, biasanya sangat kecil resiko yang disebabkan oleh saling pinjam-meminjam antar bank. Sebaliknya, dalam situasi tidak normal alias riskan, misalnya ketika ekonomi dunia mengalami stres di tahun 2008, LIBOR merupakan indikator pertama yang mendeteksi ketidakberesan di dalam sistem perbankan.

Beberapa lama sebelum 2008, LIBOR naik dan turun secara drastis dalam proporsi yang sama, namun di September 2008, divergensi yang tajam terjadi terlepas US Federal Reserve terus-menurus menurunkan suku bunga. Ketika Lehman Brothers, Citigroup, Bank of America, dan Royal Banks of Scotland and Lloyds menyatakan insolvensi alias bangkrut, jelas terlihat betapa LIBOR merupakan indikator yang jitu. 

Di Wall Street, LIBOR para currency traders berusaha mempengaruhi LIBOR mengingat demikian banyak suku bunga yang mengacu kepadanya dan suku bunga tersebut erat hubungannya dengan penawaran-penawaran kredit bagi konsumen yang pada akhirnya bermuara kepada profitabilitas. Dapat dipahami mengapa para taders mengharapkan LIBOR untuk tidak berada diambang terlalu tinggi karena ini merupakan indikator awal masa-masa sulit.

Demikian skandal di Barclays di mana para trader telah menggunakan pengaruh mereka untuk menurunkan LIBOR supaya kredit dipermudah dan profit bisa diangkat secara umum. Mereka melaporkan LIBOR rate yang jauh lebih rendah daripada yang sesungguhnya mereka terima dari pasar. Pelaporan palsu ini mempengaruhi pasar untuk mendapatkan kucuran kredit mudah, padahal di masa-masa sulit tersebut, credit freeze merupakan konsekuensi logis.

Seberapa kuatnya kepentingan dunia akan pelaporan LIBOR yang sesungguhnya dan sebenar-benarnya? Paling tidak USD 350 trilyun bond dan pinjaman menggunakan acuan LIBOR. Tanpa kesungguhan dan integritas, USD 350 trilyun menggelembung dan mengempis tanpa dasar mekanisme yang fundamental. Betapa berbahayanya bagi ekonomi dunia.

Lantas, skandal Barclays merupakan puncak dari fenomena gunung es-nya kapitalisme-kah? Pertanyaan ini hanya bisa dijawab dalam 1.000 halaman. Dalam ideologi kapitalisme, kekuatan pasar bisa memberikan manfaat dengan asumsi akuntabilitas terjaga. Namun, para pemegang ideologi sosialisme mungkin berargumen bahwa power tends corrupt and capitalism power corrupts absolutely. Keynesian masih merupakan pilihan saat ini, ketika performance pasar belum bisa diandalkan akuntabilitasnya.

Mengingat besarnya pengaruh LIBOR dalam berbagai nadi finansial, tidak mengherankan berbagai kepentingan politik telah “mengkorupkan” pelaporan LIBOR sebenarnya sebagaimana yang dilakukan oleh para traders di Barclays. Imbas dari pemalsuan LIBOR sebenarnya telah terjadi secara global, namun sebagaimana sistem-sistem lainnya, sistem ekonomi memang tidak akan pernah terlepas dari kelemahan-kelemahan yang terutama disebabkan oleh rendahnya akuntabilitas para pelakunya.

Bayangkan efek dari LIBOR yang “ngaco” terhadap berbagai bentuk opportunity loss yang telah terjadi. Ditambah dengan berbagai bentuk implosi ekonomi global, LIBOR yang “ngaco” juga menambah beban litigasi yang membutuhkan koreksi jangka-panjang. Bisa dibayangkan pula bagaimana carut-marutnya jika litigasi menghasilkan keputusan bahwa perbaikan-perbaikan retroaktif perlu dilakukan untuk memperbaiki situasi ekonomi makro.

Pertumbuhan ekonomi bisa diprediksikan akan terhambat karena skandal ini. Dan sekarang adalah fase-fase genting yang sangat memerlukan pertumbuhan yang optimal.[]

KONTAN, 23-29 Juli 2012

Pin It on Pinterest

Share This