Select Page

Kontan

oleh Jennie S. Bev

Inti
dari manajemen adalah mengelola segala sesuatu yang berhubungan dengan bisnis
sehingga efisiensi dan profit menjadi optimal. Nah, bagaimana dengan startup
yang belum mempunyai pola-pola tertentu? Bagaimana mengoptimalkan sesuatu yang
masih berupa kertas kosong?

Memulai
sesuatu dari kertas kosong relatif lebih mudah daripada memperbaiki sesuatu
yang sudah berisi. Kesulitan baru akan timbul setelah setiap titik perkembangan
mempunyai tantangan. Tantangan pertama yang menjadi tanda tanya adalah
bagaimana sebenarnya peluang bisnis yang telah dipilih. 

Memulai
bisnis sendiri bisa dimulai dari nol, artinya tanpa ada bentuk struktur dan
sistem apapun. Kedua, bisa dengan memilih license,
franchise system, atau business opportunity yang sudah jadi,
sehingga segalanya menjadi turn-key.

Apapun
yang dipilih, setiap pebisnis yang mempertimbangkan untuk memulai suatu bisnis
penting untuk mengenal industri yang akan dimasuki. Misalnya, memulai restoran
pizza, maka ia perlu mengenal sebesar apa industri secara global, di Asia, di
negara yang dituju, dan kota serta distrik yang dituju. Potensi pasar,
demografi, daya beli, dan budaya pembelian dicermati dengan berbagai cara.

Setelah
itu, amati bisnis itu sendiri. Apa saja tantangan utama dari bisnis tersebut. Restoran
pizza, sebagai contoh, resep yang disukai oleh konsumen, misalnya adalah daya
jual utama. Selain itu, tempat yang nyaman dan pelayanan antaran yang cepat dan
baik. Pemasaran merupakan tantangan di setiap usaha.

Mitos
dan realitas suatu bisnis merupakan “seni” tersendiri. Bagi para pemula bisnis,
mungkin membayangkan memulai bisnis wine
sangat menarik, namun sering kali lupa bahwa proses fermentasi yang baik di
setiap botol anggur merupakan tantangan bagi setiap wine merchant, misalnya. Tidak jarang fermentasi terganggu karena
berbagai faktor. Ini menghasilkan produksi batch
yang kurang baik, bahkan gagal.

Selain
masalah teknis produksi dan pemasaran, masalah yang mungkin “klasik” ala
Indonesia adalah sumber daya manusia yang masih kurang memadai. Pebisnis pemula
sering kali “overestimate” atau “underestimate” kemampuan pegawai.

Data
dari harian Kompas terakhir, 48% penduduk Indonesia berpendidikan SD dan hanya
kurang dari 10% yang lulusan sarjana S1. Ledakan penduduk sebesar 3.5 sampai 4
juta bayi lahir per tahun sendiri merupakan tantangan luar biasa bagi
pemerintah dan para pelaku bisnis.

Oversupply SDM berkualitas SD akan
menjadi tantangan seleksi pekerja. Dan jumlah ini bertambah terus setiap tahun.
Sangat disayangkan, Indonesia tidak mempunyai intelligence system untuk memonitor ledakan penduduk, misalnya
dengan criminal record database nasional
yang bisa diakses bagi para pengusaha yang hendak mempekerjakan pegawai baru.

Sistem
cek dan ricek seperti ini sudah menjadi bagian dari rekrutmen di negara-negara
lain, seperti di AS tempat tinggal saya. Ini sangat memudahkan untuk melakukan
seleksi dalam penerimaan pegawai baru. Di negara-negara lain juga didapat
sistem serupa.

Jumlah
ledakan penduduk 3.5 sampai 4 juta bayi lahir per tahun bukanlah hal yang bisa
dipandang sepele. Bandingkan dengan jumlah penduduk Singapura yang hanya 5.2
juta jiwa. Ini berarti setiap tahun, di Indonesia bertambah penduduk yang
besarnya 4/5-nya negara merlion ini. Tanpa sistem inteligen yang baik, maka
tingkat kriminalitas bisa meningkat dan menjadi business environment yang tidak baik. Dalam SWOT, ini bisa menjadi
Threat.

Dengan
53% penduduk Indonesia hidup di kota-kota, maka terjadi overcrowded urban yang menyebabkan kemacetan dan pasokan sumber
daya sangat menipis. Macet dan pasokan tidak efisien merupakan tantangan
pebisnis yang perlu diantisipasi. Dalam bisnis pizza misalnya, pengiriman yang
cepat merupakan daya jual tinggi, namun faktor “tidak terduga” seperti macet
merupakan tantangan yang berangsur-angsur menjadi business environment yang mesti diterima sebagai “normal.” Pasokan
materi bisa menjadi tantangan karena kompetisi dengan restoran lain, misalnya.

Kriminalitas
urban, misalnya pemalakan dan penjambretan menjadi masalah urban klasik
kota-kota overcrowded. Pengiriman
pizza, misalnya, bisa menjadi terhambat, mengingat pasukan delivery ini
biasanya mengendarai sepeda motor yang relatif rentan dari kriminalitas urban. Masalah
urban lainnya, misalnya seringnya terjadi banjir juga menghambat bisnis-bisnis
makanan yang memberi layanan delivery.

Manajemen
startup seringkali dipandang sebagai “seni.” Tantangan-tantangan datang silih
berganti. Ini perlu dicatat dalam knowledge
management record
, sehingga apabila terjadi kejadian serupa di masa depan,
sudah ada cara penanganan berdasarkan pengalaman lampau.

 

Knowledge management yang baik memungkinkan
suatu perusahaan di-franchise-kan dan para franchisee bisa berhasil mencetak
outlet serupa dengan milik franchisor. Juga penting dalam merger dan akuisisi. Ini
merupakan kesempatan bagi para pebisnis startup untuk mencatat dari lembaran
kosong.

Selamat
memulai bisnis. []

KONTAN DAILY, 25 Januari 2013

Pin It on Pinterest

Share This