Image Source: Sup China
[Download PDF KONTAN DAILY Luckin Coffee si Unicorn China]
oleh Jennie M. Xue
Starbucks di China sedang kebat kebit karena ada unicorn yang baru berusia dua tahun bernama Luckin yang tampaknya akan melahap habis putri duyung asal Seattle ini. Luckin Coffee didirikan Oktober 2017 oleh Jenny Qian Zhiya di Beijing.
Qian Zhiya ini pernah berperan sebagai eksekutif operasional penyewaan mobil berikut supir bernama Ucar di China. Jadilah ia kini salah satu perempuan paling berhasil dalam dunia startup di China.
Dalam usia yang sangat muda ini, mereka telah berbicara soal IPO dengan nilai USD 3 miliar. Ya, miliar, bukan juta. Luar biasa.
Starbucks sendiri telah menjadi simbol status milenial dan kelas menengah atas. Apalagi setelah berpartner dengan Alipay dan Ele.me untuk deliveri. Starbucks telah merambah ke 3600 gerai di seantero China.
Luckin Coffee sendiri telah memiliki 2000 gerai hingga akhir 2018 dan direncanakan akan mencapai 4500 gerai hingga akhir 2019. Velositas seperti ini hampir tidak pernah dijumpai di China.
Di tahun 2018, Luckin Coffee telah berhasil menarik USD 400 juta dalam dua ronde financing. Valuasinya kini telah mencapai USD 2,2 miliar menurut GIC di Singapura, China International Capital Corp dan Joy Capital.
Sedangkan profitnya sendiri tidak perlu dibicarakan, demikian kata CMO Yang Fei. Kekuatan Luckin Coffee terletak di daya jangkau dengan gerai-gerai mini dan order online dengan aplikasi untuk pickup atau deliveri.
Salah satu bukti kekuatan Luckin Coffee adalah gerai Starbucks yang telah tergusur dari Forbidden City di China. Dan ini adalah salah satu simbol kemenangan startup-startup lokal China atas korporat multinasional tua.
Dari para konsumen Luckin, ada dua keluhan utama mereka atas Starbucks.
Satu, aplikasi Starbucks yang tidak berfungsi banyak dalam customer service, selain sebagai kantung rewards belaka. Dua, Starbucks tidak punya divisi deliveri.
Di bulan Mei 2018, Luckin menggugat Starbucks atas monopoli pasar. Dan Starbucks kini berpartner dengan Alibaba untuk meluncurkan divisi deliveri. Sedangkan Luckin berpartner dengan Tencent.
Jadilah kini Starbucks mengubah strategi bisnis mereka dengan memfokuskan diri kepada pasar kelas atas dengan branding Reserve. Starbuck’s Reserve Roastery di Shanghai yang dibuka di akhir 2017 merupakan gerai terbesar mereka di seluruh dunia.
Luckin sendiri masih berfokus cepat (cashless store), deliveri, dan pasar menengah bahkan menengah bawah dengan berbagai program diskon dan berhadiah via WeChat. Pricing mereka sendiri sekitar USD 0.50 hingga USD 1 lebih rendah dari Starbucks.
Starbucks masih kuat soal gaya hidup, sehingga para penggemar Luckin masih tetap memilih ke sana untuk bercengkerama dengan para sahabat. Analoginya, Starbucks adalah Apple-nya kopi sedangkan Luckin adalah Xiaomi.
Kopi Kenangan di Indonesia bisa jadi punya pola serupa dengan Luckin Coffee. Namun masih terlalu dini untuk dianalisa.
Dari pola-pola berbagai startup, valuasi memang tidak berdasarkan profit karena mayoritas startup masih belum punya profit. Namun nilai daya jangkau di masa depan itulah yang membuat mereka bervaluasi super tinggi hingga mencapai miliaran USD.
Bisakah startup-startup Indonesia mencapai posisi unicorn secepat Luckin Coffee? Pasti bisa. Intinya adalah bagaimana kita mewujudkan nilai daya jangkau di masa depan dengan apa yang bisa kita buktikan sekarang.
Dunia startup Asia memang semakin cerah dan ceria dengan valuasi unicorn yang tidak tanggung-tanggung. Kuncinya adalah pembuktian awal dengan growth melejit dalam beberapa tahun pendirian. Growth di sini bisa jadi belum berbentuk profit namun daya jangkau.
Ya. Daya jangkau startup menentukan kualitas unicorn. Selamat ber-startup ria.[]
KONTAN DAILY, Jumat, 5 April 2019