[Download PDF KONTAN WEEKLY Lagom, Hidup Secukupnya]
oleh Jennie M. Xue
Kalau Denmark punya filosofi Hygge, Swedia punya filosofi Lagom. Hygge dapat diartikan secara sebagai “enjoying life’s simple pleasures,” menikmati hal-hal kecil dalam kehidupan. Lagom artinya “secukupnya adalah terbaik.”
Baik hygge maupun lagom sama-sama menyukai kesederhanaan. Kalau hygge mengutamakan unsur “kenyamanan” (coziness) dalam kesederhanaan, seperti satu cangkir teh hangat ditemanin croissant segar, lagom lebih mengutamakan unsur “secukupnya,” yang berarti terkadang satu cangkir pun tidak ada.
Keduanya tidak menyukai kemewahan berlebihan. Hygge bersifat aktif, sedangkan lagom lebih bersifat statis. Lagom adalah state of mind positif yang selalu cukup dalam kondisi apapun.
Ketika dalam kondisi berkelimpahan, sebaiknya tetap diproyeksikan sebagai “secukupnya” dan sungguh-sungguh dinikmati secukupnya saja. Misalnya, ketika ada uang lebih, tidaklah digunakan untuk kenikmatan tidak perlu yang menghambur-hamburkan uang.
Tentu ini merupakan sesuatu yang mengagumkan karena berarti menerapkan mawas diri (self restraint), yang sangat sesuai dengan masyarakat egaliter Swedia. Di sana, serikat buruh bekerja harmonis dengan pihak manajemen perusahaan dan mereka bekerja disiplin penuh makna. Dan sistem sosialis demokrat sangat mengutamakan egalitas.
Yang menarik, filosofi lagom agak “keras” dibandingkan hygge yang lebih easy going. Lagom berpijak kepada moderasi dalam berhubungan dengan anggota masyarakat, pandangan-pandangan hidup, dan keterlibatan politik. Sedangkan hygge mempunyai makna hedonis secukupnya, di mana kita menikmati hidup sebaik mungkin dalam keterbatasan.
Baik filosofi lagom maupun hygge berasal dari Skandinavia yang dikenal dengan iklim Nordik yang keras dan sangat dingin. Kultur Viking yang merupakan kakek moyang Skandinavia modern merupakan bangsa pekerja keras namun juga “play hard.” Bisa dipahami mengapa filosofi hygge dan lagom diwariskan hingga hari ini.
Lagom juga berarti gaya hidup berimbang antara kerja dan beristirahat serta pengeluaran dan frugalitas (kesederhanaan dalam pengeluaran). Ada kemiripan dengan filosofi zen yang menitikberatkan “cukup” dalam hidup, apapun yang terjadi.
Hati dan pikiran adalah rumah kita. Dan kemampuan mengelola keduanya merupakan instrumen penting untuk menjalankan hidup, karir, dan bisnis.
Dalam filosofi lagom, kemarahan, kesedihan dan segala pikiran dan perasaan negatif juga tidak diumbar. Secukupnya saja. Just enough. Ini sangat membantu dalam menciptakan hidup stabil tanpa drama.
Dalam konteks luas, lagom mempunyai arti dalam konsep fairness dan kesetaraan. Dalam lagom, tidak ada ketimpangan karena semua dalam kondisi balance dan cukup. Ini juga berlaku dalam konteks ekologi dan kesinambungan alam.
Jadi, filosofi praktis lagom dapat diterapkan dalam konteks individu, kerja, masyarakat, negara, dan lingkungan. Lagom juga merupakan ekspersi yang digunakan untuk mengungkapkan “just right” atau “great.”
Beberapa bentuk penerapan lagom dalam kehidupan, dunia kerja, dan bisnis.
Satu, menjaga keseimbangan ekologi. Ini paling penting, mengingat environmental destruction telah hampir melampaui batas untuk dapat diselamatkan.
Dua, menjaga fairness alias keadilan dalam setiap relasi dengan stakeholder. Tidak perlu berlebihan, namun fair, keputusan diambil berdasarkan fakta, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Tiga, mengenali, menjaga fairness, dan respek terhadap kontribusi individu dan pribadi. Kontribusi harus mendapat kredit sepantasnya. Respek perlu ditingkatkan.
Empat, bertindak seimbang (balanced) dalam pengambilan keputusan. Kenali fakta dan cara pengambilan keputusan yang baik dan fair.
Lima, hemat dan secukupnya dalam pengeluaran. Dengan pengeluaran secukupnya, kerja dapat dikelola sehingga tidak perlu mengorbankan kepentingan-kepentingan mendasar lainnya.
Enam, respek terhadap stok dan bahan dasar. Dalam bisnis, stok inventori dan bahan dasar tidak perlu berlebihan. “Just in time” dapat mewakili filosofi ini.
Tujuh, hidup dalam mindset “secukupnya,” tanpa kebosanan dan kemewahan berlebihan. Ketika kita hanya secukupnya dalam menjalankan hidup, kita tidak perlu mengalami rasa bosan dan tidak perlu bermewah-mewah berlebihan.
Delapan, pikiran yang “lagom” adalah pikiran yang bekerja “secukupnya.” Don’t over think. Jangan berpikir berlebihan. Don’t undermine yourself. Jangan merendahkan diri sendiri. Anda cukup sebagai individu.
Sembilan, your home is enough. “Rumahmu” adalah cukup. Rumah filosofis lagom adalah konsep sederhana yang seringkali sulit untuk diterapkan: “cukup.” Maka, gunakan ini sebagai timbangan apakah apa yang Anda lakukan itu patut atau tidak.
Ketika Anda cukup bekerja, cukup bermain, cukup berinteraksi, dan cukup menjalankan yang terbaik, itulah optimasi. Filosofi lagom tentu hanyalah salah satu dari berbagai filosofi praktis yang ada. Kita semua perlu pegangan dan titik awal (starting point), lagom memberi referensi sederhana dan mudah untuk diterapkan.
KONTAN WEEKLY, 18-24 September 2017